Chapter 21

5K 55 0
                                    


"Tadi itu apa? Kenapa gue bisa dengan santai meluk Nia? Dan kenapa Nia tak menolak pelukan gue? Dan kenapa dengan detak jantung gue?"

________

Gue masih duduk di sofa panjang dekat tempat tidur gue. Gue masih mikir keras kenapa gue bisa ngelakuin hal itu ke Nia bahkan gue baru kenal dia.

Nia, tubuh Nia itu mungil jadi gue dengan mudah memeluknya penuh. Eh tunggu. Bukannya gue tadi sama Nia di kolam renang? Dan pasti Nia hanya memakai bikini untuk renang?! Astaga kalau Nia sadar kalau gue meluk dia saat dia cuma pake bikini pasti dia marah. Mati gue.

Karna sibuk memikirkan hal yang akan terjadi nanti, gue gak sadar kalau Nia udah didepan gue.

"Rian ? Lo ngelamun ?" ucapnya sedikit menunduk dengan mengunakan handuk yang hanya menutupi bagian dada dan paha sedikit.

"Ahh gak kok. Lo udah siap ?" tanya gue berusaha menatap kearahnya karna iman gue mulai tergoyah ngeliat Yui cuma pake handuk ditambah lagi sedikit lagi buah dadanya akan kelihatan sama gue.

"Udah kok, lo udah bisa mandi ." ucapnya tersenyum dan menegakkan badanya kembali. Kali ini senyum tulus dan hangat sama seperti gue ketemu Nia pertama kali. Gue suka senyum itu.

"Ohh okey ." ucap gue langsung masuk kamar mandi. Tapi saat gue masuk kamar mandi gue lupa kalau handuk yang di kamar gue sekarang cuma 1 dan yang lainnya sedang dicuci sama staff apartement.

"Hmm, Nia gue lupa kalo .. Itu ... Hmm .. Handuknya cuma satu dikamar gue." ucap gue menggaruk tengkuk dan sedikit malu.

"Benarkah ? Sorry ya Ri. Bentar gue buka dulu. Tapi lo gak jijik kan sama bekas gue ?" ucapnya sebelum melepaskan handuk.

"Ya gak lah, harusnya gue yang nanya gitu. Itu kan handuk yang gue pinjamin ke lo." ucap gue mendekat ke Nia.

"Ohh iya ya. Lupa. Ya gak lah, gue kan percaya sama lo." ucapnya tersenyum.

"Hmm, lo bisa balik badan Ri?" ucapnya sedikit malu.

"Huh?! Bisa kok ." jawab gue yang tadi memang sedang menghadap Nia. Gue langsung membelakangi Nia.

"Nih handuknya ." ucapnya memberikan handuk.

"Maka-"

"Apa ?"

"Nia ?" ucap gue terkejut.

"Iya? Ada yang salah ?" ucapnya polos.

Tentu saja ada yang salah. Gimana gak coba. Dia cuma dibalut selimut putih tebal yang pasti diambil dari kasur gue. Dan gue pasti bisa nebak kalau dia tidak menggunakan pakaian dalam sehelai pun. Dan .. Ohh my god. Iman guee bertahan lah sebentar. Dia .. Nia .. Tampak sangat menggoda iman gue .

"Rian ?" ucapnya mendekat ke arah gue. Tentu saja masih dengan selimut tebal ditubuhnya yang menjuntai ke lantai bak pakaian pengantin.

"Ehh iyaa. Gue.. Gue mandi dulu ya Nia." ucap gue buru buru masuk kamar mandi sebelum Junior gue merajai nafsu gue.

*

Gimana nih. Gue lupa bawa pakaian ganti. Rian pasti gak punya pakaian wanita kan dia lakilaki. Tapi itu gak masalah gue bisa pinjam baju Rian atau pake Seifuku tadi.

Yang jadi masalah adalah... Pakaian dalam gue. Ohh my god. Gue baru sadar dan gue gak tau mau bilang kaya gimana ke Rian kalau pakaian dalam gue gak ada.

Gue kan malu bilang ke dia. Masa gue berbalut selimut terus sih. Gue pake acara kedingin pula lagi. Please, hangatnya Rian jangan hilang dulu dong. Gue dingin nih. Batin gue.

Cekrek .

Pintu kamar mandi terbuka menandakan Rian udah siap mandi.

"Udah siap mandinya Ri ?" ucap gue duduk di sofa panjang dekat ranjangnya berusaha santai.

When My Husband Is My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang