jangan samakan aku dengan tashrif

151 12 7
                                    

"Ica, hana, islah... Sudah hentikan!" tegur mbalut kepada tiga bocah yang sedang asyik main tumpuk tumpukan.

"Bentar mba, aku baru aja berada di posisi paling atas, masa disuruh udahan, kan gak adil" timpal ica yang sedang mendapat bagian paling atas.

"Ica, kalo dibilangin sama mba lutfah itu harus didengerin, nanti kualat loh" hana membela mba lutfah. Yang rupanya, dia berada di posisi paling bawah, pantas saja. "Is, kamu kok berat banget, udah deh turun... Aku gak tahan tauk" lanjutnya.

"Yeee, baru setengah menit aja udah ngelambaikan tangan, nih ya rasain" kemudian ica memompa beban lebih berat lagi. Dua bocah dibawahnya hanya meng-aduh pasrah, apalagi hana.

"Ica, hana, islah, sini deh mba punya sesuatu, mau?" mbalutfah kemudian mengeliarkan laptopnya.

"Apaan mba? Liat dong liat" tiga bocah polos itu membubarkan permainannya tanpa komando.

--------------------------------------------------------------------
Lanjutin apa enggak ya? Kalo ada satu yang komen aku lanjutin. :) percuma dong kalo lanjut tapi cuma sendiri yang baca. Kacang? Gak kuat akutu *alaysyndromenya kambuh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Santri HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang