part 9

2.1K 121 1
                                    

Entah bagaimana menjelaskannya namun perasaan Irene saat ini sangatlah senang. Menghabiskan waktunya bersama dengan Mingyu di taman, lebih tepatnya mereka melakukan kencan satu harian. Tak ada perasaan lelah bagi Irene, semuanya berasa terangkat dengan sendirinya karena rasa bahagianya ini.

Dan kini di salah satu restaurant bintang lima, Irene tampak tengah menikmati salad dengan begitu lahapnya. Berbeda dengan Mingyu yang hanya memandanginya sedari tadi. Pria itu hanya tersenyum memandangi ekspresi lucu Irene menikmati salad tersebut. Sadar tengah di perhatikan, Irene pun menghentikan aktifitas melahap saladnya dan sedikit melirik Mingyu yang memandangi dirinya dengan senyuman mautnya yang menjadi salah satu kelemahan Irene.

"Apa aku terlihat aneh..? atau apa kau tidak pernah melihat gadis yang makan banyak seperti ku ya sebelumnya..?" Tanya Irene begitu hati hati.

"Hm...kau begitu special...aku menyukainya.." balas Mingyu.

"Kau membuat ku malu saja.." ucap Irene yang tertunduk menyembunyikan pipinya yang merah.

"Hm...boleh aku permisi sebentar, aku ingin ke toilet.." ucap Mingyu yang tentunya di perbolehkan oleh Irene.

Ada alasan kenapa Mingyu tiba tiba permisi ke toilet, bukan karena dia memang ingin buang air, namun dia haus. Lalu apa hubungan dengan toilet.

Seperti yang kita ketahui, Mingyu adalah seorang vampire, dan seorang vampire dan ketikan benar benar haus, mereka harus meminum darah atau mereka akan lemas. Oleh karena itu, karena di restaurant ini tidak menjual darah dan memang seharusnya tidak ada. Mingyu pun memutuskan untuk kembali ke apartemennya dengan cara berteleportasi dari kamar mandi ke apartemennya untuk meminum darah yang memang sudah tersedia banyak disana.

***

Dengan mengejapkan matanya dan memikirkan tempat yang akan ditujunya, Mingyu dengan kecepat cahaya sampai di apartemennya. Dengan cepat Mingyu langsung membuka lemari es nya dan tampak berpuluh puluh bungkusan darah di dalam sana. Mingyu pun mengambil salah satu bungkus darah dari lemari es tersebut lalun meminumnya dengan cara menyedotnya langsung dari bungkusan darah tersebut dengan menggunakan gigi taringnya.

Setelah merasa dahaganya benar benar hilang, Mingyu pun langsung menyeka mulutnya dengan sebuah handuk kecil dan membuangnya dengan sembarang. Dan tak lama kemudian, Mingyu melakukan seperti hal yang sebelumnya di lakukan saat akan berteleportasi ke apartemennya. Dan untuk sepertkian detik kemudian Mingyu telah berada di kamar mandi restaurant tempat dia dan Irene kencan.

***

"Lama menunggu..?" Tanya Mingyu yang baru kembali dari kamar mandi dan langsung mendudukan dirinya di bangku yang berada di hadapan Irene.

"Hm...tidak sama sekali..." balas Irene sambil tersenyum.

"Hm...Mingyu apa itu yang ada di bibir mu, sini biar aku bantu bersihkan.." lanjut Irene yang kemudian hendak menyeka ujung bibir Mingyu yang ternyata terdapat sedikit noda darah di ujung bibirnya.

Namun betapa terkejutnya Irene saat mendapat perlakuan kasar dari Mingyu. Yakni Mingyu menepis tangan Irene dengan cukup kuat walaupun sebenarnya di rasa Mingyu cukup pelan, namun tidak cukup bagi ukuran seorang manusia apalagi wanita.

"Aww.." ringis Irene yang memegang tangannya yang terasa nyeri karena tepisan Mingyu tersebut.

Bukannya memperdulikan Irene yang kesakita, Mingyu malah sibuk dengan noda darah yang ada di bibirnya. Melihat perlakuan kasar Mingyu ini, sontak timbul sepintas pikiran jelek di benak Irene.

"Apa itu adalah noda lipstick wanita lain..makanya dia sampai sebegitunya..berarti dia tadi..." batin Irene marah.

"Maaf aku begitu lancang, aku tidak tahu perlakuan ku tadi begitu membuat mu marah.." ucap Irene yang kemudian mengambil tasnya dan bergegas pergi meninggalkan Mingyu.

Mingyu sadar dia telah menyakiti hati wanita yang baru beberapa jam lalu dijadikannya sebagai kekasihnya, dia bisa tahu itu dengan membaca pikiran wanita itu barusan. Namun Mingyu tidak tahu harus berbuat apa untuk membalikan suasana, dia juga tidak mau berlaku begitu kasar pada Irene tadi, semuanya hanya reflex saja.

Karena tidak tahu harus berbuat apa lagi, akhirnya Mingyu pun memutuskan untuk mengejar Irene. Dan tentunya dengan kemampuan berteleportasinya Mingyu dengan cepat mengejar Irene yang kini telah berada di depan hotel menunggu taksi.

***

Mingyu pun langsung menarik tangan Irene yang tentunya mendapat reaksi terkejut dari Irene. Namun tak lama kemudian, Irene langsung menghempaskan tangan Mingyu. Namun Mingyu tidak diam begitu saja, dia langsung menarik tangan Irene dan membawa Irene menuju baseman.

"Kenapa kau pergi begitu saja...?" Tanya Mingyu begitu dingin pada Irene

"Kau masih membutuhkan ku...?" balas Irene tak kalah dingin.

"Apa maksud mu..? kau sudah ingin berkelahi dengan ku, padahal kita belum lagi sampai satu hari menjadi sepasang kekasih... sebenarnya apa mau mu..?" ucap Mingyu dengan smirk dan sedikit tawa meremehkannya.

"Aku tahu aku tidak seperti wanita yang biasa kau ajak tidur, namun bisa kah kau menghargai perasaan ku..? ku pikir kau benar benar menyukai ku. Tapi ternyata aku salah..lagi pula apa istimewanya aku... sampai kau tiba tiba saja jatuh cinta pada ku..Aku salah terhadap semuanya...Aku tidak mau seperti mereka, berakhir di tempat tidur, dan semuanya selesai...bukan itu yang ku mau..!!!" bentak Irene dengan matanya yang mulai berkaca kaca.

"Kenapa kau tiba tiba membicarakan hal itu..?"

"Kau habis berciuman dengan wanita lain bukan..? noda merah itu berasal dari lipstick gadis lain bukan..?" tebak Irene yang masih berusaha menahan air matanya.

"Aku tidak pernah seperti ini pada siapapun, bahkan keluarga ku sendiri..tapi ini untuk pertama kalinya aku bingung dengan apa yang harus ku lakukan..kau tahu kenapa..? karena apapun yang akan aku jelaskan pada mu pasti tidak akan membuat mu dengan begitu mudahnya percaya...."

"Ya...karena memang itu yang terjadi...Jadi lebih baik kau lepaskan saja aku,...aku tidak cocok menjadi mangsa mu... aku rela mencintai mu lebih lama, bahkan lebih lagi, tanpa harus kau balas...akan lebih baik seperti itu, dari pada harus seperti mereka yang ber..." belum selesai Irene menyelesaikan kata katanya tiba tiba saja Irene langsung ditarik Mingyu kedalam dekapannya.

"Kau sanggup...tapi aku tidak... dan kau tidak akan berakhir seperti mereka, karena kau mempunyai akhir cerita yang berbeda dengan mereka, akhir cerita bersama ku..." ucap Mingyu yang memeluk Irene yang kemudian menepuk nepuk punggung Irene mencoba menenangkan Irene yang ternyata air matanya sudah tumpah dan membasahi dada bidang Mingyu.

"Sudahlah...maafkan aku...ini salah ku..." lanjut Mingyu masih mencoba menenagkan Irene.

"Ini adalah darah, tadi aku tidak sengaja melukai bibir ku, aku tidak mau membuat mu kahwatir.." lanjut Mingyu yang kemudian langsung mendapat respon dari Irene.

"Be..benarkah, bagaimana sekarang..sini biar aku lihat.." ucap Irene dengan mata sembabnya dan ekspresi kahwatirnya yang kemudian mengundang tawa dari Mingyu.

"Kenapa kau tertawa..?"

Bukannya menjawab pertanyaan Irene, Mingyu malah mencium pipi Irene yang tentunya membuat Irene cukup terkejut.

"Yak..!!! kenapa kau senang sekali mencium ku secara tiba tiba.."

"Lagi pula kau menyukainya bukan...? Dan lagi, memang jika aku bilang kau akan langsung meberikannya.." goda Mingyu yang memajukan kepalanya hingga kini Irene dapat merasakan deru nafas Mingyu dengan sangat jelas.

"Te..tentu...saja..t.."

"CHU" Lagi Mingyu mencium Irene, namun bukan di pipi lagi melainkan tepat di bibir merah Irene.

"Kau bagaikan candu bagi ku.." ucap Mingyu yang kemudian memeluk Irene yang masih dengan posisi shock nya.

/////////////////TBC///////////////////////

AFFECTION INHALATOR {Complete}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang