Sesampainya di rumah, Adi segera masuk kamar dan mengunci diri. Dompet yang tadi diselipkan di celana diambilnya dengan dada deg-degan. Diamati sebentar, lalu dengan tangan kanan mencoba menimbang-nimbang isinya. Lumayan berat. Pasti isinya jutaan! Batin Adi penuh harap dan tak sabar membelanjakannya. Dengan uang itu, Adi berencana membeli sepatu baru dan mengganti ban motornya. Kalau masih ada sisa akan Zuck gunakan untuk umroh."Jangan lakukan! Itu bukan milikmu!" sisi hati baiknya tiba-tiba mencegah.
"Buka saja. Kamu yang menemukannya, berarti sudah menjadi milikmu," setan memprovakasi.
Adi terdiam bimbang.
"Kembalikanlah kepada yang berhak," bisik malaikat di kuping kanan Adi.
"Udah cepat buka aja! Kalau gak sekarang kapan lagi? Kalau bukan kamu siapa lagi?!" di kuping kiri setan terus memanasi.
"Jangan dengarkan dia. Anggap saja itu suara setan!"
"Justru dia yang nggak usah kamu dengerin. Lanjutkan!"
"Jangan!"
"Lanjutkan!"
"Bukan urusan saya!" geram Adi di dalam benak.
Di saat sisi jahat dan sisi baik hatinya terus bergejolak, Adi sudah membuka dompet itu lebar-lebar. Seketika matanya membelo. Mulutnya ternganga. Rambutnya gatal.
Ternyata, isi dompet itu berbeda jauh dari angan-angannya. Sangat jauh! Tidak ada uang sepeser pun di dalamnya. Dilihatnya sekali lagi lebih teliti hingga ke sudut-sudut dompet paling terpencil. Tapi tetap tidak ada uang bergambar apapun. Adi tidak menyerah, ditutupnya dompet itu beberapa saat, lalu kembali dibuka. Sama saja! Masih tidak ada uang. Hanya terdapat sebujur lipgloss.
Dan masih belum percaya dompet semewah itu isinya cuma lipgloss, Adi membalikkan posisi dompet, digerak-gerakkan ke bawah, berharap ada rupiah ataupun benda berharga runtuh dari dalamnya. Tapi sama saja. Nihil!
"Anjerid! Dompet PHP!" damprat Adi mencampakkan dompet itu ke dinding, terpental mengenai pojokan lemari, lalu terjun bebas membentur lantai, sebelum akhirnya terpeleset beberapa senti ke bawah meja belajar.
"Mampus!" maki Adi kepada dompet sekaligus pada dirinya sendiri. Jarum jam di dinding sudah berada di 07.50. Itu artinya ia hanya punya kesempatan 10 menit untuk sampai ke kampus. Dengan panik tak menentu, Adi berlari ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan cuci ketek.
--~=00=~--
Ayah Rein memang berasal dari pulau Timor. Dulu semasa Timor Timur masih dilanda perang suadara, ia diungsikan ke rumah kerabatnya di pulau Lombok. Beberapa bulan di sana, ayah Rein yang pada masa itu masih pemuda kecil, nekat ikut orang-orang Sasak merantau ke Malaysia. Dan ia bekerja di negeri jiran tersebut hampir sepriode presiden lamanya.
Namun karena datang tanpa dokumen resmi, suatu hari ia kejaring razia Polis Diraja Malaysia dan dideportasi ke Indonesia melalui kepulauan Riau. Di beberapa wilayah propinsi Riau memang kerap menjadi tempat pembuangan TKI ilegal. Makanya jika bertemu orang dari Lombok di sana, kemungkinan besar mereka adalah eks TKI di Malaysia.
Selanjutnya karena tidak memiliki uang untuk kembali ke pulau Timor, ayah Rein terpaksa bertahan di Pekanbaru. Pada akhirnya ia justru betah dan bertemu jodoh di sana. Itu setelah Timor Timur pisahan dengan NKRI dan berubah nama menjadi Timor Leste, ayah Rein memilih menetap di Pekanbaru, walau sesekali jika ada uang dan waktu luang, ia akan pulang ke tanah leluhurnya.
"Tahun 2012 kemarin, ayah meninggalkan Indonesia. Pulang ke Dilly. Setahun kemudian aku disuruh nyusul ke sana," jelas Rein. Ia sedang singgah ke kelas 3 IPS A, kelasnya Linn. Rein sendiri ditempatkan di 3 IPA B.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen romantis
Novela JuvenilSebuah cerita cinta yang rada rada. Tidak baik dibaca di tempat umum .