#8

1.9K 39 2
                                    

Hari ini Linn jadi sedikit pendiam dari biasanya. Ia yang sehari-hari suka bercanda dengan Yonah, menjadi segan dan tidak enak hati. Ia masih syok menerima kenyataan bahwa Yonah adiknya Adi. Bahkan ketika jam istirahat, ia memilih bertahan di kelas, tidak ikut Yonah dan Dewik ke kantin.

"Tumben jam istirahat kerasan di kelas. Tadi Rein nyari-nyari kamu," lapor Dewik. Ia baru saja kembali dari kantin bersama Yonah.

"Biarin. Suruh nyari di Google aja," jawab Linn males-malesan dengan tampang tak jelas.

Yonah memandang Dewik tak mengerti. Dan Dewik membalas dengan mengendikkan bahu, pertanda ia juga tak mengerti.

"Selamat menempuh jomblo baru," ucap Rein yang tahu-tahu sudah menyusul ke kelas.

"Beritanya udah nyebar?" tanya Linn memandang Rein, Yonah, Dewik kemudian papan tulis secara berurutan.

"Yonah yang bilang tadi pas aku nyariin kamu ke kantin," jelas Rein.

Linn tak merespon dan terus menatap kosong ke arah papan tulis.

"Nggak usah sedih gitu lah. Masih banyak cowok lain," kata Rein memberi dukungan moril.

"Dih! Siapa yang sedih?" kilah Linn tidak terima kesedihannya ini dikait-kaitkan dengan putusnya dengan Evan.

"Oh iya nanti sore jadi kan jalan?" tagih Rein.

"Jalan?" Linn amnesia.

"Iya. Kan kemarin kamu udah janji?"

"Eh, masa sih? Duh, iya. Emm... Tapi kayaknya nggak bisa deh, Rein. Soalnya nanti sore aku demam."

"Berarti nanti sore aku jenguk kamu aja. Aku bawain gitar, ntar aku nyanyiin lagu biar cepet sembuh."

"Udah ah, Rein. Jangan gangguin aku. Aku lagi putus cinta!" tukas Linn menatap Rein jutek.

Rein berusaha tersenyum. Ia sadar saat ini bukan waktu yang tepat untuk mendekati Linn. Emosinya sedang tidak bagus sehabis putus cinta kemarin. Akhirnya setelah minta maaf, ia undur diri dari kelas Linn.

"Bukannya kamu emang ngarep bubaran sama Evan? Kok ujungnya jadi galau gitu?" heran Yonah sesaat setelah kepergian Rein.

"Bukan gara-gara itu," sahut Linn pelan. "Aku sedih karena kemarin udah ngomong yang enggak-enggak tentang Adi. Yonah aku bener-bener minta maaf."

Yonah tersenyum maklum. "Biasa aja kali, Linn. Kayak baru kenal aja. Aku udah paham kok, kamu emang basic-nya gampangan suka sama cowok."

Linn memandang Yonah dengan tatapan sedih. "Tapi perjalananku dalam menyukai Adi nggak gampang, Yonah.

Aku sampai harus kehilangan dompet, putus rantai."

Yonah dan Dewik serempak tertawa pelan. Sementara Linn kembali tertunduk. Dengan sepak terjangnya selama ini dalam urusan cowok, Wajar jika Yonah dan Dewik menganggap ini cuma lelucon, hanya main-main seperti biasanya.

Linn sendiri bingung dengan perasaannya. Tapi yang pasti ia semakin tidak bisa melupakan Adi. Jika kemarin bertemu tiga kali sehari, hari ini sepertinya tidak akan berjumpa sama sekali. Linn kangen.

Dan ketika pulang sekolah siangnya, Linn menghampiri Yonah di parkiran. "Ntar ngumpul lagi yuk. Di rumah Yonah aja, di rumah Dewik udah, di rumahku sering?"

"Lho bukannya nanti sore kamu ada jadwal demam?" Yonah mengingatkan.

Linn garuk-garuk kepala. "Nggak jadi. Demamnya aku undur 20 tahun lagi."

"Nggak baik lho, Linn, menunda-nunda sesuatu itu," nasehat Yonah.

"Kapan-kapan aja, nanti sore aku banyak cucian," tolak Dewik.

Cerpen romantis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang