#20

4.8K 22 0
                                    

Akhirnya, tanpa sepengetahuan masyarakat luas,Adi dan Linn sudah jadian. Bagi Linn, ini adalah kisah cintanya yang paling lucu dan membahagiakan. Adi malah lebih bahagia dari itu. Dengan pacaran sembunyi-sembunyi, ia sudah seperti peribahasa sekali tepuk dua pulau terlampaui, bisa memiliki Linn sekaligus bisa tetap bersama Gebrack.

Dan malam itu sehabis keliling-keliling pakai RX King, Linn mengajak Adi singgah ke sebuah restoran cepat saji cabang dari Amerika. Karena sudah jadian, Linn ingin mentraktir Adi makan-makan.

Sejuk dan harumnya ruangan membuat perut mereka bertambah lapar begitu memasuki restoran. Tapi sejuknya memang kebangetan, serasa diterpa angin kencang pasca mandi air hangat. Beruntung bagi Adi, malam itu ia mengenakan kupluk sehingga dinginnya tidak terlalu terasa.

"Dingin banget ya?" keluh Linn menggosok-gosok lengannya. Ia baru saja memesan makanan.

"Mau kupluk nggak?" tanya Adi.

"Mau, Mas. Mau, mau," senyum manis Linn langsung mekar, menghiasi jawaban atas tawaran kekasih tersayangnya itu. Ia tampak kesenengan, seperti anak kecil yang akan dibelikan mainan baru.

Adi melepas kupluknya, lalu bersiap memasangkannya ke kepala Linn.

"Lho, kok beginian sih, kak?" Linn memandang Adi tak mengerti.

"Lho, emangnya kenapa?" Adi memandang Linn lebih tak mengerti.

"Tadi kan kakak bilangnya 'mau kupeluk nggak?' Gitu?" tanya Linn dengan muka dipolos-polosin.

Sesaat Adi mencelos, sebelum akhirnya melengos menyembunyikan wajahnya yang hampir tergelak. Ditepuknya lembut kening Linn dua kali. "Kupluk, Sayang. Kupluk! Hadeh... Nggak usah pura-pura koplok dech!"

Linn tertawa sambil membekap mulut. Andai bukan di tempat umum, ia pasti sudah tertawa terbahak-bahak.

Sementara Adi dengan sabar dan penuh kasih sayang, melanjutkan memasang kupluknya ke kepala Linn. Lalu tersenyum ketika selesai. "Kamu lucu kalau pakai kupluk, kayak Afika...

"Benua Afrika?!"

"Terserah. Bebas! Aku lagi dapet, males tengkar." Jawab Adi singkat.

Linn kembali tertawa. Ia selalu gagal menahan tawa setiap kali berhasil membuat Adi kesal.

"Aku emang sering mendadak bolot kalau sama kamu kak..."

"Kok malah aku yang salah?"

Linn mengangkat bahu, sambil menyelesaikan sisa tawanya. "Seandainya aku koma, trus cuma dengan kakak bisikin 'ayo dong siuman'. Aku pasti langsung sadar."

Adi diam. Dalam hati menebak-nebak arah tujuan perkataan Linn.

"Soalnya aku dengarnya 'ayo dong ciuman'. Muahaha...

"Kan? Dasar anakan staples!" caci Adi sambil tertawa kesal. Dan dengan gemas menarik kupluk di kepala Linn hingga ke bawah, membuat seluruh kepala Linn terbenam di dalam kupluk.

Sambil terus tertawa, Linn membuka kembali kupluk yang menutupi wajahnya itu. Saat proses pembukaan melewati mata, tawanya spontan terhenti, ekspresi wajahnya berubah ketakutan.

"Ada apa, Beb?" tanya Adi keheranan melihat cepatnya perubahan wajah Linn.

"Ada Yonah, kak. Aduh... Harus sembunyi di mana ini? Ke toilet apa ke dalam lesung pipi?" Linn panik sekali. Lalu tanpa pikir panjang, dia berjalan mengendap-ngendap ke kamar mandi restoran.

Adi menengok ke belakang. Linn benar, ada Yonah dan Dewik yang sudah memasuki restoran. Cepat-cepat Adi mengembalikan wajah ke arah semula. Tapi terlambat, Yonah sudah terlanjur memergokinya.

"Kak Adi?" sapa Yonah.

"Iya saya sendiri," Adi berusaha tenang.

"Sama siapa?"

"Sendiri."

Pelayan datang ke meja Adi membawakan makanan yang tadi sudah dipesan Linn.

"Kok porsinya dua?" selidik Yonah melihat pelayan meletakkan makanan untuk dua orang.

Adi tak berkutik. "Maksudnya tadi berangkatnya sendiri. Terus di sini nggak sengaja ketemu kenalan lama. Yaudah aku traktir aja dia. Mumpung banyak duit kan?"

Yonah manggut-manggut tapi tak percaya. "Terus sekarang mana temannya?"

"Ngapain sih nanya-nanya terus? Bisa jawab juga nggak ada hadiahnya."

Yonah menghela napas. Ia memilih mengalah dan tak ingin kepo lebih jauh lagi.

"Yonah kamu pesen makanannya. Aku ke toilet bentar," kata Dewik.

Adi kelabakan. "Eh, Wik, tunggu!"

"Ada apa, kak?"

"Gimana kalau aku cariin batu kecil buat kamu, trus kamu kantongin, ntar pasti kebeletnya sirna?" kata Adi berupaya menawarkan bantuan.

"Nggak usah repot-repot, Kak. Terima kasih," tolak Dewik halus, kemudian beranjak ke toilet.

Gaswat! Adi yang semakin kelabakan, segera kirim pesan WA kepada Linn, memberitahu bahwa Dewik sedang ke arah toilet.

"Kayak ada yang aneh," gumam Yonah curiga.

"Udah sana kembali ke tempat masing-masing," Adi mengibaskan tangan, mengusir tampan adiknya.

Yonah ngeloyor pergi mencari tempat tak jauh dari Adi. Tak beberapa lama, Dewik sudah kembali lagi dengan wajah biasa-biasa saja. Melihat itu Adi merasa plong banget. Itu berarti selama di toilet tadi, Dewik dan Linn tidak saling bertemu.

'Sayang gimana keadaan kamu?' Adi bertanya via pesan WA.

'Aku selamat, Kak. Tapi aku pulang duluan naik taxi. Takut banget ketemu mereka.'

Adi tergagap. Mungkin karena chemistry di antara keduanya sudah sangat kuat, tiba-tiba Adi juga merasakan takut banget seperti yang Linn rasakan. Ia takut banget memikirkan siapa yang bertanggung jawab membayar makanan ini? Tadi kan Linn yang mau traktir?! Kok malah pulang duluan? Sementara Adi sendiri tidak ada uang. Dompetnya ketinggalan di rumah gara-gara tadi tidak dibawa.

Di dalam ketakutan itu, Adi menoleh ke arah Yonah yang kebetulan juga sedang melihatnya. Adi mengangguk dan tersenyum manis. Yonah tidak menggubris. Adi bangkit mendekati Yonah dengan langkah digagah-gagahin.

"Mm... Yonah. Kamu tau nggak, kalau kedatanganku ke sini adalah mau pinjem duit kamu?"

--~=00=~--

Cerpen romantis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang