Linn mulai tidak bisa mentolelir sikap Adi yang tidak pernah menemuinya setiap malam minggu. Memang Adi bisa menggantinya pada malam senin, malam selasa, malam jum'at atau bahkan malam satu suro. Tapi Linn tetap tidak puas. Sebab yang ia inginkan malam minggu. Malam Lain tidak.
"Malam minggu nanti temen TK-ku ada yang ultah. Aku diundang. Temenin ya, kak?" pinta Linn penuh harap.
Malam itu malam rabu, besoknya malam kamis. Malam minggu masih kurang beberapa hari, tapi Linn merasa perlu meminta sejak jauh jauh hari.
"Nanti ketahuan Yonah gimana?"
"Gak mungkin. Ini temenku jaman balita. Yonah dan Dewik gak diundang."
"Kenapa sih harus malam minggu?"
"Karena dia lahirnya tanggal 13 Agustus, dan tanggal 13 Agustus nanti itu hari sabtu malam minggu. Paham, kak?" jelas Linn pelan namun penuh penekanan.
Adi terdiam menyadari pertanyaan bodohnya. Andai tidak ada kewajiban kumpul bareng teman-teman ngebandnya, ia akan langsung mengiyakan ajakan Linn. Adi yang sadar sudah diam-diam menghianati Gebrak, tak ingin menambah rasa bersalah dengan tidak hadir di tengah-tengah sahabat-sahabatnya pada tiap malam minggu.
"Kalau malam minggu aku nggak bisa, Beb. Mungkin kamu bakal marah, tapi aku memang benar-benar nggak bisa. Maafin aku."
Jawaban yang sudah Linn khawatirkan sebelumnya. Tapi meski sudah siap dengan jawaban itu, Linn tidak bisa menyembunyikan rona kecewa dari wajahnya.
"Pokoknya malam minggu nanti kalau nggak bisa nemenin, lebih baik kita puu...." kerongkongan Linn seakan tersumbat trisula, tak sanggup menuntaskan kalimatnya. Pikirannya berkecamuk bimbang.
"Puu... Pulang kampung?!" tebak Adi.
"Embuh!" damprat Linn. Sikap Adi yang masih saja mengajak becanda di saat situasi sedang serius, benar-benar membuatnya kesal.
Wajah Adi tertunduk lunglai. Kalau mau, sebenarnya ia juga bisa kesal. Kesal dengan Jabon kenapa sok-sokan bikin aturan busuk melarang pacaran? Kesal dengan Linn kenapa tidak terima hanya karena tidak diapeli malam minggu? Kesal dengan Yonah kenapa sore tadi sayur jengkol di rumah dihabisin? Kesal dengan dirinya sendiri kenapa kesal?!
"Kak," panggil Linn mengusik kekesalan Adi.
Adi mengangkat wajah, kemudian menarik nafas dalam-dalam. Seekor remaja nyamuk yang sedang terbang rendah di depan wajah Adi, nyaris terhisap ke dalam lubang hidungnya.
"Kalau seandainya kita putus, kamu mau gimana?" tanya Linn lirih dan ragu-ragu.
"Mau berusaha balikan sama mantan aku."
"Kan?!!" Linn langsung melotot galak. "Kamu sebenarnya memang gak sayang aku!"
Emosi Linn yang tadinya mulai stabil, sekarang kembali terobrak-abrik. Duduknya berputar memunggungi Adi. Bibirnya mecucu. Pipinya gembung.
"Tapi serius kok aku mau balikan sama mantan aku. Kalau kamu mutusin aku, berarti mantan aku kan kamu, Sayang. Iya, nggak?"
Linn bergeming. Diliriknya Adi dengan tatapan geram, cowok itu mengangkat alis dan coba memberikan senyuman terbaiknya. Tapi Linn justru kembali berpaling, tak tergoda sedikitpun dengan senyum Adi. Jelek banget!
"Beb..."
Linn tak sudi menjawab.
"Bebi..."
"Nggak denger!"
"Oh. Pantesan nggak dijawab."
Linn kembali menghadap Adi. Memandang cowok menyebalkan itu intens dan cukup lama. "Sebenarnya kenapa sih, kak, selalu lebih mentingin band ketimbang aku?"
"Kamu lebih penting, Sayang. Kamu menempati posisi puncak dari segala prioritasku. Cuma memang tiap malam minggu aku harus berkumpul dengan teman-teman musisiku," Adi coba menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen romantis
Teen FictionSebuah cerita cinta yang rada rada. Tidak baik dibaca di tempat umum .