Matahari baru saja terbenam di balik gedung-gedung pencakar langit. Suasana sudah mulai remang-remang. Adi yang sedang mempersiapkan diri untuk bertemu Linn, disambangi Jabon yang petang itu penampilannya terlihat lebih necis dibanding biasanya.
"Aku mau keluar. Ntar lagi aja kita ketemu sambil nonton derby Manchester," kata Adi tanpa bermaksud mengusir.
"Aku ke sini juga cuma bentar kok. Abis ini mau ke rumah Nivi," jelas Jabon.
"Jadi kemari buat nyari alasan lagi?" tanya Adi tanpa melihat lawan bicaranya. Ia sibuk menatap cermin menata rambutnya.
"Enggaklah. Aku mau minta do'a restumu, Di. Malam ini aku mau nembak Nivi."
Adi menatap Jabon sedikit tak percaya. Jabon mengangguk-angguk, isyarat bahwa ucapannya tadi tidak main-main.
"Aku restui, Bon. Semoga berhasil," ucap Adu menepuk-nepuk bahu Jabon. "Aku juga mau keluar karena mau jadian sama anak SMA, temen adikku. Namanya Alinna."
"Hah?! Kok tumben kamu doyan anak SMA?"
"Abis gimana, biarpun masih SMA, dia udah cantik, ada lesung pipinya."
"Semoga keterima," doa Jabon sambil gantian menepuk-nepuk bahu Adi penuh semangat.
"Jangan kenceng-kenceng! Sakit bego!" hardik Adi menoyor jidat Jabon. Pundaknya terasa sengkleh.
Jabon hanya cengengesan sambil mengusap-usap keningnya.
"Kalau aku pasti diterima. Soalnya aku sama dia udah deket banget. Malam ini tinggal penerimaan aja," sambung Adi sambil tersenyum dan mengangkat-angkat alis kepada sosok ganteng banget di dalam cermin.
"Ikut senang dengernya."
"Semoga ntar aku juga dapat kabar bahagia tentang kamu sama Nivi."
Jabon tersenyum malu-malu kucing garong. "Terima kasih. Nanti kalau Nivi nerima aku, jangan lupa makan-makannya ya, Di?"
"Woey kebalik!" hardik Adi bersiap menoyor Jabon sekali lagi, namun calon korbannya itu sudah lebih dulu kabur pulang.
Setelah kondisi aman, Jabon datang lagi. "Tadi sore aku ketemu Dade."
"Dia udah pulang dari Jakarta?"
"Udah. Sekarang dia pindah kerja di sini. Tadi juga sempat ngomongin untuk kembali menghidupkan Gebrak band."
Adi memandang Jabon dengan raut antusias. "Serius? Wah aku setuju banget, Bon. Udah kangen manggung lagi."
Gebrak adalah band mereka semasa SMA tapi sudah lama vakum. Terakhir kali perform dua tahun silam saat perpisahan sekolah. Setelah itu para personilnya masing-masing sibuk bersolo karir.
Jabon, yang menempati posisi gitar, sibuk merintis usaha pangkas rambut. Dade sang bassit, sempat bekerja di ibukota Indonesia. Woko yang juga memegang gitar, sibuk ke sana ke mari mencari kebenaran. Sementara Adi yang dapat jatah tukang gebuk drum, selain kuliah, juga sibuk latihan bola dan melupakan mantan. Satu lagi, Beno sang vokalis, sedang kuliah di Malaysia dan sudah mengundurkan diri.
Andai saja sedang tidak ada keperluan dengan gebetan masing-masing, Adi dan Jabon sangat ingin membahas Gebrack Band lebih banyak lagi.
--~=00=~--
Benteng kuto besak merupakan tempat favorit merayakan malam minggu bagi kawula muda Palembang. Pada malam minggu tempat itu tidak pernah tidak ramai. Ada saja muda-mudi duduk-duduk di bangku taman atau sekedar bermain-main ayunan.
Di salah satu bangku, tampak Adi yang sudah hampir setengah jam duduk gelisah seorang diri menanti kedatangan Linn. Jam sudah menunjukkan pukul 20.01. Artinya sudah meleset semenit dari waktu yang telah disepakati, namun Linn tak kunjung nongol. Ketidaksabaran Adi mencapai batasnya ketika jam menunjukkan angka 20.02. Diteleponnya Linn menggunakan ponsel pribadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen romantis
Roman pour AdolescentsSebuah cerita cinta yang rada rada. Tidak baik dibaca di tempat umum .