Selesai kuliah Adi tidak langsung pulang ke rumah. Ia singgah di tempat pangkas rambut Jabon, ingin sedikit merapikan rambutnya yang mulai tampak menyemak. Usaha potong rambut yang dikelola Jabon sebenarnya kecil, tapi punya banyak pelanggan tetap. Adi termasuk di antaranya. Sebagai sahabat, di sana Adi bisa ngutang dan mengangsur pembayarannya.
Jabon sedang ada pelanggan ketika Adi tiba di sana. Meski sahabat, Adi tetap wajib ikut antrian. Tapi tidak menjadi persoalan bagi Adi, sambil menunggu giliran ia bisa mengisi waktu dengan chatting-an dengan Linn. Dasar jodoh, baru saja Adi mulai mengetik, Linn sudah lebih dulu menyapa.
'Udah siang nih, kak. Kamu jangan lupa ingetin aku makan siang ya?'
'Eh, iya. Makasih ya, Sayang, udah ngingetin aku untuk ngingetin kamu makan siang. Hampir aja lupa. Kalau sampai lupa, aku pasti nggak akan memaafkan diriku sendiri.'
'Hehe... Nggak apa-apa. Aku tetep cinta.'
'Minumnya diingetin juga nggak?'
'Nggak usah, kak, ntar kamu capek. Kalau haus atau kepedesan aku juga pasti inget sendiri kok.'
'Pinternya. Oh ya makan siangnya bareng calon mertuaku?'
'Enggak. Kayaknya mereka udah kenyang. Soalnya sudah banyak makan asam garam kehidupan.'
'Hahaha...'
'Aku kangen.'
'Aku juga. Kangen.'
'Kakak lagi apa, selain ikut-ikutan kangen?'
'Nggak ada. Sekarang ini aku khusus kangen aja. Ntar sore baru aku ke sana.'
'Hehe. Serius? Jam berapa?'
'Empat.'
'Kayaknya nggak bisa. Jam segitu aku ngerjain PR akutansi bareng Yonah dan Dewik.'
'Batalin aja. Nanti sama aku aja ngerjain barengnya.'
"Asyik banget. Apaan sih?" tanya Jabon penasaran melihat Adi tertawa dan senyum-senyum kepada layar android.
"Nonton film," jawab Adi sekenanya.
"Film apa?"
"SMA Hot!"
"Wih. Bagus dong?"
"Lumayan. Isinya rekaman anak SMA lagi dihukum jemur di lapangan."
"Bagus banget itu! Kirim dong lewat infra merah."
"Nggak bisa, Bon. Pulsaku lemah!" jawab Adi tanpa melihat kepada lawan ngomongnya.
Jabon tak ikut campur lagi. Ia kembali konsen mencukur rambut pelanggannya. Adi juga kembali meneruskan acara chatting-nya, tidak hirau walau sudah mendapat peringatan baterai tinggal 9%. Ia akhirnya merapat ke colokan biar bisa tetap chatting sekalian ngecas. Saking asyiknya, Adi sampai lupa kalau sesungguhnya dari tadi sambil menahan pipis. Ada kalanya memang, ngobrol berbalas-balasan pesan singkat bersama kesayangan terasa lebih seru dan mengasyikkan.
Hingga tanpa terasa 15 menit sudah berlalu.
"Jadi pangkas nggak nih? Main HP mulu!" seru Jabon tiba-tiba, membuyarkan keasyikan Adi.
"Eh, iya. Tapi bentar aku ke kamar mandi dulu," kata Adi sambil meringis membekap selangkangannya. Nafsu pipisnya yang sedari tadi masih bisa ditahan, sekarang sudah tidak bisa. Diletakkannya handphone yang masih dicas tersebut, lalu tergesa-gesa pergi ke toilet.
--~=00=~--
"Linn nggak bisa dateng. Katanya jam 4 ada acara keluarga," Yonah menunjukkan kepada Dewik pesan dari Linn yang baru saja ia terima.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen romantis
Novela JuvenilSebuah cerita cinta yang rada rada. Tidak baik dibaca di tempat umum .