#17

5.7K 23 3
                                    

Setengah jam kemudian, Adi sudah meninggalkan lokasi hari mingguannya bersama Nivi. Tapi tidak pulang. Dengan mengendarai oplet ia menuju tempat pangkas rambut Jabon. Di sana sudah menunggu Woko dan Dade, teman-teman ngebandnya dari masa putih abu-abu dulu.

"Ah akhirnya elu datang juga. Dari tadi kami tinggal nungguin elu, Di, elu!" sambut Dade mengelu-elukan kehadiran Adi.

Sambil tersenyum Adi salim kepada Dade. Semenjak perpisahan sekolah, baru pagi ini Adi bertemu Dade lagi. Dia baru kembali setelah hampir dua tahun merantau ke Batavia. Tak banyak perubahan pada diri Dade, kecuali gaya ngomongnya yang sedikit berubah menjadi lo-gue ketularan anak Jakarta.

Di sebelah Dade ada Woko, cowok Jawa tulen berambut semi gondrong terurai. Kebetulan di kota Palembang penduduknya memang multi etnis. Sama seperti Woko, Adi juga berdarah Jawa murni. Bedanya Woko lahir di Dampit, Jatim, sementara Adi adalah seorang PUJAKUSUMA alias Putra Jawa Kelahiran Sumatera.

Di dalam Gebrak Band, hanya Dade yang asli anak Palembang. Sedangkan Jabon, yang bernama panjang Jabon Siregar, sudah bisa ditebak dari mana dia berasal.

Lain lagi Linn, Ayah Linn asli orang Palembang, tapi Ibunya dari Gunung Sitoli, pulau Nias. Wajar jika wajah Linn rada-rada Mandarin. Karena kalau menurut sejarah dan sudah dibuktikan lewat penelitian ilmiah, nenek moyang suku Nias memang berasal dari daratan Tiongkok.

Kalau Dewik, meskipun asli keturunan Melayu, tapi di Palembang juga termasuk pendatang. Keluarganya berasal dari Tanjung Samak, Kabupaten Meranti, wilayah Riau yang berbatasan dengan negara Malaysia. Sementara Yonah, karena adiknya, mau tak mau dia juga seorang PUJAKESUMA, Putri Jawa Kelahiran Sumatera.

"Udah selesai acaranya sama Nivi?" tanya Jabon.

"Belum sih. Tapi demi Gebrack Band yang agung, aku rela meninggalkan Nivi dan buru-buru ke mari," jawab Adi. "Tapi aku belum terlambat kan?"

"Yang penting kamu udah nongol nggak apa-apa. Lebih baik telat daripada telat banget," kata Woko memaklumi.

Jabon justru tersenyum sinis. "Aku nggak setuju tuh. Menurutku, lebih baik telat daripada tidak sama sekali, itu hanya alasan pemalas, orang bersemangat pasti berusaha tepat waktu."

"Yaelah, Bon. Bahasa lu serius banget kayak pidato personil MLM bintang lima," Dade menimpali.

Jabon cuek saja. Adi dan Woko tersenyum penuh misteri.

"Trus gimana jalan-jalannya?" Jabon bertanya lagi.

Adi memiringkan kepala, memikirkan jawaban yang tepat. Salah jawab bisa habis kena hina.

"Seru. Nivi mengajak ke tempat yang sama sekali nggak aku duga sebelumnya."

"Dari foto yang kamu pamerin di Facebook kalian terlihat bahagia. Selamat deh," ucap Jabon datar.

Adi hanya senyum-senyum.

"Oh iya, Di, band Gubrak mau dikelola lebih serius, dengan konsep baru. Kalau kamu setuju kamu bisa tetap gabung, tapi kalau enggak, dengan sangat terpaksa kami akan mencari drummer lain," lanjut Jabon.

"Kok gitu? Maksud kamu konsep baru seperti apa?" Adi menoleh ke arah Jabon dengan tatapan menusuk. Ia sedikit tak suka dengan penuturan Jabon yang seolah hendak menyingkirkannya.

"Band ini mau dibikin beda. Band anti cinta! Sebuah band yang anti menyanyikan lagu-lagu cinta. Seperti yang kita ketahui bersama, dewasa ini kebanyakan lagu isinya menye-menye tentang jatuh cinta, patah hati, galau, cemburu dan sebangsanya. Nah, Gubrak Band akan tampil beda. Nantinya band ini khusus menyanyikan lagu-lagu religi, sosial, politik, kemanusiaan, ekonomi, pertahanan keamanan dan pariwisata."

Adi terdiam berusaha memahami apa yang dijelaskan Jabon.

"Dan yang paling penting, karena band ini mengusung tema anti cinta, supaya lebih menjiwai, semua personilnya nggak boleh jatuh cinta, nggak boleh punya pacar!"

Sampai di sini Adi sedikit terkejut. Dipandanginya Woko dan Dade, tapi mereka terlihat tenang-tenang saja.

"Gimana, Di? Semua udah setuju. Kecuali kamu. Dade sama Woko nanti juga setuju."

"Aku juga setuju."

Jabon menatap Adi beberapa saat. "Yakin?"

"Iya. Yakin!"

"Siap ngejauhin Nivi demi Gubrack?!"

Adi langsung terdiam.

"Silahkan pilih, Gebrack atau Nivi?" desak Jabon.

"Tentu saja aku pilih Gebrack. Yakin!" jawab Adi mantap.

Jabon tersenyum lebar. "Pilihan yang tepat, Di. Percayalah, dengan nggak punya pacar, kita bisa lebih fokus memajukan band ini. Punya pacar itu sebenarnya malah ngerepotin hidup kita dalam meraih masa depan yang cerah!"

Adi dan Dade manggut-manggut membenarkan ucapan Jabon. Sementara Woko tampak cuek. Seumur hidupnya dia belum pernah punya pacar, jadi tidak tahu rasanya direpotkan pacar itu seperti apa repotnya.

"Trus sampai kapan paham anti pacaran ini berlaku?" kali ini Dade yang bertanya.

"Pokoknya sampai band kita terkenal!" tandas Jabon.

"Kalau sampai bertahun-tahun nggak terkenal juga gimana?" Adi bertanya pesimis.

"Nah ini. Ini yang aku nggak suka dari kamu, Di, suka negatif thingking di awal. Kalau kita kompak dan berkerja keras, percaya deh, kesuksesan itu bisa kita raih dalam waktu yang nggak terlalu lama!"

"Gini aja, sebaik larangan pacaran itu diberi masa tenggang," sela Dade memberi saran.

"Gimana kalau tiga bulan?" Adi langsung mengajukan usul.

"Tiga bulan? Baru ngapain band kita tiga bulan? Sama juga enggak!" Jabon menolak mentah-mentah. "Dua tahun, deh!"

"Gila lu! Yakin dua tahun sanggup tanpa pacaran, apalagi anak band godaan ceweknya kan banyak?" Dade meragu.

"Gimana kalau tiga bulan empat hari?" tawar Adi sekali lagi.

"Enam bulan deh! ?" Dade ikut menawar.

"Setahun aja deh. Itu udah harga pas!" usul Jabon.

"Aku nggak yakin, Bon," Adi masih belum sepakat. "Sebaiknya nggak usah sampai tahun-tahunan. Dalam hitungan bulan aja."

"Iya, Bon. Bener kata Adi, dalam hitungan bulan aja," Dade mendukung Adi.

Jabon berpikir sebentar. "Dalam hitungan bulan? Yaudah, gimana kalau duabelas bulan?"

"Nah itu baru mantap! Aku setuju," sahut Adi mengacungkan jempol.

"Yaudah lah, gue juga setuju," Dade juga setuju walau tampak terpaksa.

"Apalagi aku!" sambar Woko yang sedari tadi tidak punya kesempatan berbicara.

Jabon manggut-manggut. Senyumnya semakin lebar nyaris ke kuping. Dipandanginya ketiga temannya satu persatu. Kepada Adi yang paling lama.

"Berarti selama duabelas bulan ke depan, di antara kita berempat nggak ada yang boleh punya pacar, dengan cara apapun dan dengan siapapun, baik dengan sejenis apalagi lawan jenis. Nggak boleh! Siapa saja yang ketahuan punya pacar, berarti penghianat dan akan dipecat dari Gebrack secara nggak hormat!" kata Jabon berapi-api.

"Setiap malam minggu kita semua wajib berkumpul. Entah nanti ngeband, nyiptain lagu, nonton bola, siskamling, pokoknya ngumpul! Buat sementara ini, aku rela tempat pangkas rambutku ini dijadikan basecamp Gebrack. Nanti kalau band kita sudah jaya, kita bisa nyewa tempat sendiri."

"Terkadang, kita memang harus rela mengorbankan masa muda demi masa depan. Lagian cuma setahun ini," tutup Jabon mengakhiri pembicaraan.

--~=00=~--

Cerpen romantis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang