15. Your Breath

141K 6K 29
                                    

   Calya keluar dari kamarnya dan mendapati bi Minah sedang menata sarapan di meja makan.

"Bi, kenapa repot-repot buatkan saya masakan gini? Banyak banget"

"Ini pesan dari tuan, Nyonya. Katanya bibi harus masakin nyonya selama tidak ada tuan"

"Nggak usah repot-repot, Bi. Pekerjaan bibi yang lainkan juga banyak"

"Bibi tidak repot kok, Nyonya. Aduh, ternyata tuan romantis juga ya, nyonya. Beruntung banget deh" seru bi Minah dengan centilnya

"Bibi mulai lagikan"

"Nyonya malu ya? Mukanya sampai merah gitu"

"Sudah ah, bi. Ayo kita makan"

"Saya juga makan, nyonya?"

"Iyalah, bi. Kalo saya sendiri yang makan ini semua, ya nggak bakalan habis"

"Tidak apa-apa, nyonya?" Tanya Bi Minah ragu

"Santai aja, bi. Calya sudah nganggap bibi Minah seperti keluarga Calya sendiri"

"Terima kasih, nyonya" ucap Bi Minah tulus

Setelah sarapan Calya langsung bergegas pergi kekantor. Hari ini ia ada pertemuan penting yang harus ia hadiri. Namun, langkah Calya sontak terhenti. Kedua matanya tertuju pada puluhan pria yang berjajar rapi depannya dan dengan kompak memberi salam padanya.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Calya bingung

"Kami akan menjaga ibu selama tuan Hiro berada di Australia" jawab seorang pria yang memiliki tubuh kekar seperti yang lainnya. Wajah sangarnya semakin menakutkan karena pakaian serba hitam yang ia kenakan

"Tapi, saya akan bekerja dan tidak perlu ada pengawasan. Semua akan baik-baik saja. Rumah sakit saya aman. Jadi, kalian silahkan tinggal disini"

"Maaf, bu. Kami tidak bisa. Silahkan masuk ibu, kami akan mengantar ibu" ucap pria lainnya sambil membukakan pintu.

Calya menatap tiga mobil yang berjejer didepannya. Calya tercengang beberapa saat. Ini benar-benar berlebih, mereka mengawalnya mengalahkan pengawalan seorang presiden.

"Saya akan pergi dengan mobil saya. Kalau kalian ingin ikut, hanya satu orang diantara kalian!"

"Saya akan menemani ibu" ucap seorang pria yang memiliki tubuh paling besar diantara yang lain.

Mata Calya langsung menjelajahi bodyguard yang lain, sampai matanya tertuju pada pria yang terlihat agak muda dan tubuh tidak begitu besar.

"Aku akan pergi kekantor dengan dia. Ini kunci mobilku. Dan sebelum kita pergi, ganti pakaianmu dengan pakaian biasa. Pakaianmu itu terlalu menarik perhatian" ucap Calya sambil berjalan pergi.

"Siap, Bu"
                            ***
   Calya menyandarkan punggungnya dikursi kerjanya. Hari ini cukup melelahkan baginya. Tapi, ia berusaha untuk tidak bekerja keras demi kandungannya.

   Sejujurnya Calya tidak begitu menyangka akan memiliki anak secepat ini. Apalagi jika diingat-ingat bagaimana hubungannya dengan Hiro. Dari awal hubungan mereka saja, sudah sangat menyedihkan. Tapi, Calya bersyukur dengan hubungan mereka yang sudah membaik dan baby twins yang melengkapi mereka.

Dering ponsel Calya memecahkan lamunan Calya. Video call dari Hiro.

"Hai"

"Kamu baik-baik sajakan? Kamu mual? Ada yang sakit? Sudah minum susu hamil? Tadi pagi sarapankan? Sekarang sudah makan malam? Kenapa kamu tidak menjawabnya"

"Bagaimana aku mau menjawab kalau kamu tidak pernah berhenti bertanya?"

"Maafkan aku. Kamu terlihat tidak baik. Kamu tidak apa-apa?"
Calya memijat pelipisnya sambil menatap Hiro yang masih mengenakan kemeja kerjanya

Our Wedding [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang