Setelah dirawat selama tiga hari, akhirnya Calya diizinkan pulang dan mendapatkan izin dari kerjaannya selama seminggu. Selama tiga hari itu juga, Hiro selalu bersamanya. Pria itu benar-benar marah pada securitynya dan Senna. Untunglah ia bisa meredakan amarah Hiro.
Calya baring diranjang, sedangkan matanya tertuju pada Hiro yang terlihat begitu sibuk diruang kerjannya. Matanya fokus kelaptop. Dengan kacamata kerja seperti itu membuat Hiro terlihat sangat dewasa. Kaos dan celana pendek selutut terlihat sangat cocok dan casual padanya.
Hiro menghembuskan nafas berat. Melepas kacamatanya dan menutup laptopnya. Ia langsung tersenyum saat mendapati Calya sedang memperhatikannya.
"Aku ada hadiah untukmu" ucap Hiro mengeluarkan sebuah buku dari laci kerjanya.
"Apa itu?"
Hiro hanya tersenyum. Ia baring di samping Calya meminta Calya berbaring di dalam peluklannya sehingga mereka bisa membaca buku itu sama-sama.
"Ini buku favorite kamu?" Mata Calya langsung membesar mendapati buku Beauty and the Beast yang sangat ia sukai sejak kecil. Sebenarnya, sejak Calya masuk rumah sakit, Hiro mulai menyebutnya dengan kata "kamu" . Awalnya Calya merasa canggung dengan kata itu, tapi lambat-laun ia mulai bisa menyesuaikannya.
"Dari mana kamu tahu?"
"Aku mengetahui semua hal tentang istriku"
"Aku menyukai buku dan filmnya. Aku terus menontonnya berulang-ulang kali. Kamu akan membacakannya untukku?"
"Aku akan membacakan buku ini untuk mengantar tidurmu" ucap Hiro. Ia mencium singkat kening Calya dan mulai membacakan cerita kesukaan Calya "Suatu hari, hiduplah seorang gadis cantik..."
***
Calya membuka matanya perlahan. Cahaya matahari langsung menusuk mataknya membuatnya harus menyipitkan matanya. Ia baru sadar kalau sosok Hiro sudah tidak ada di dekatnya.
"Aku akan segera mengurus jadwalku, tentu saja. Lagipula disanakan ada pak Rey yang menggantikan aku..."
Mata Calya langsung tertuju pada Hiro yang sibuk dengan ponselnya. Ia terlihat seperti selesai mandi dengan masih menggunakan handuk yang menutupi pinggang hingga kakinya, sedangkan kepalanya masih basah.
Calya menghela nafas berat. Ia tahu, Hiro harus segera kembali ke Australia tapi pria itu tidak pergi karena dirinya.
Calya segera bangkit dari baringnya. Menyiapkan pakaian yang akan di kenakan Hiro hari ini. Setelah itu, ia memakaikan sebuah handuk kecil untuk menutupi kepala Hiro yang masih basah. Pria itu langsung tersenyum melihat Calya begitu memperhatikannya. Setelah itu Calya langsung masuk kekamar mandi.Calya masuk kemar dan mendapati Hiro masih sibuk dengan laptopnya. Sepertinya ia harus membicarakan masalah keberangkatan Hiro sekarang juga. Hiro tidak bisa memaksa keadaan untuk tetap disini seperti ini.
"Hiro, sarapan sudah siap. Ayo, kita makan"
Mendengar ajakan Calya, Hiro langsung menghentikan aktifitasnya dan menyusul wanita itu ke meja makan.
"Emm, Hiro..."
"Ya?"
"Kamu harus ke Australia"
Mendengar ucapan Calya, Hiro langsung menghentikan aktifitas makannya. Hiro menatap Calya dalam "tidak" ucapnya
"Hiro..."
"Aku tidak akan meninggalkan kamu sendirian lagi. Ingat wanita gila itu akan datang saat kamu tidak bersamaku" ucap Hiro memotong ucapan Calya
"Aku akan menjaga diriku disini"
"Aku tidak akan pergi!"
"Pergilah. Selesaikan pekerjaanmu secapatnya dan pulanglah" ucap Calya pelan.
"Tidak, Calya. Mami dan papi masih di Amerika. Kak Evan dan ayahmu juga ada bisnis luar negeri"
"Tapi, kamu tidak bisa terus-terusan berada disini. Proyekmu akan berantakan!"
"Aku tidak ingin bertengkar, Calya"
"Kalau begitu pergilah. Semua masalah akan selesai kalau kau pergi"
"Aku akan pergi.... Tapi kamu ikut bersamaku"
Mendengar ucapan Hiro, membuat Calya mematung.
"Kalau kau setuju, kita akan pergi besok. Aku tidak yakin kamu baik-baik saja saat aku tidak bersamamu, Calya"
"Hiro, bisa izin istirahat seperti ini saja membuatku merasa beruntung. Aku tidak bisa izin lebih lama Hiro, walau aku kepala rumah sakit bukan berarti aku bisa seenaknya. Aku yakin kamu ngertikan posisiku. Aku hanya tidak ingin rekan bisnismu memiliki pandangan jelek padamu, karena kamu yang menyampur adukkan urusan pekerjaan dengan masalah pribadi"
Hiro hanya terdiam mendengar penjelasan Calya.
"Aku akan baik-baik saja. Aku akan menjaga twins baby kita baik-baik. Aku tidak akan menemui siapapun. Aku hanya kerumah sakit untuk kerja lalu pulang tanpa singgah ketempat manapun. Percaya padaku. Pergilah ke Australia"
Hiro menatap Calya yang juga sedang menatapnya. Ia tidak ingin meninggalkan wanita ini sendirian dirumah ini. Sungguh, ia tidak ingin ada hal buruk yang akan menyakitinya lagi. Hiro yakin, kalaupun ia akan pergi ke Australia pikirannya hanya penuh pada Calya yang berada di Indonesia. Tapi, apa yang diucapkan Calya benar. Ini adalah proyek besarnya.
"Baiklah" ucap Hiro akhirnya.
***
Hiro menatap kesekeliling rumahnya. Ia sudah memasah cctv di sekeliling rumahnya. Kali ini, siapapun yang akan mengganggu keluarganya ia benar-benar akan menyerahkannya ke polisi. Ia tidak bermain-main soal ini. Ia bahkan tidak peduli kalau Calya melarangnya, yang pasti ia hanya menyakinkan dirinya kalau wanita itu baik-baik saja selama ia pergi.
Hiro berjalan menuju halaman rumahnya. Begitu melihat Hiro, semua bodyguard yang ia pekerjakan langsung berbaris rapi di depannya.
"Aku tidak ingin hal seperti kemarin terjadi lagi!"
"Siap, pak"
"Kemarin aku masih memaafkan kalian, tapi jika hal itu terjadi lagi, kupastikan kalian akan menyesalinya" ucap Hiro menatap kesepuluh bodyguardnya
"Siap, pak"
"Jaga dia terus. Kemanapun ia pergi, kalian harus menjaganya. Tidak ada yang boleh menemuinnya selaian rekan kerja dan keluarga. Jangan biarkan ia kelelahan. Terus bersamanya!"
"Siap, pak"
***
Calya tersenyum mendapati Hiro yang sedang duduk di sofa menatap hujan yang turun. Seakan-akan itu hal baru baginya.
"Hai" sapa Calya lalu duduk disamping Hiro.
Menyadari kehadiran Calya, Hiro langsung membuka sebelah headset yang terpasang ditelingnya.
"Hai"
"Kapan kamu akan berangkat?"
"Besok"
Hiro langsung tersenyum mendapati wajah sedih Calya mengetahui keberangkatannya esok hari.
"Semua akan baik-baik saja" ucap Hiro merangkul Calya kedalam pelukannya
"Aku selalu merasa aman didekatmu"
"Kalau begitu ikutlah denganku ke Austalia"
"Tidak perlu, karena aku yakin kamu tetap menjagaku walau kamu jauh. Buktinya, rumah ini sudah di penuh dengan cctv yang membuatku merasa terawasi"
"Itu untuk kebaikanmu"
"Possessive banget sih"
"Itu bukan possessive, tapi protective" ucap Hiro mengacak lembut rambut Calya
"Calya..." Panggil Hiro setelah terdiam beberapa saat
"Ya?"
"Kita tidak belanja baju bayi?"
"Terlalu cepat, bahkan kita belum tahu jenis kelaminnya"
"Aku benar-benar tidak sabar menanti kehadiran mereka. Nanti mereka harus memanggilku apa ya? Ayah, papa, daddy atau..."
"Kamu terlalu cepat memikirkannya" ucap Calya sambil tertawa
Kali ini Hiro sudah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan menjaga Calya sebagaimana seorang suami yang menjaga istrinya. Ia tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk hal bodoh seperti yang ia lakukan selama ini. Calya sudah terlalu baik padanya. Calya sudah begitu perhatian padanya. Ia harus menyadari bagaimana ia seharusnya. Mencoba mengungkapkan perasaannya dan bersikap terbuka pada Calya.
"Calya..." Panggil Hiro setelah diam beberapa saat
"Ya"
"Aku mencintaimu"
"Aku juga"
Hiro langsung mengecup singkat bibir Calya. Membuat pipi Calya langsung merona malu.
"Mau mendengar lagu ini bersama?"
"Tentu" ucap Calya memasang sebelah headset di telinganya.When you hold me in the street
And you kiss me on the dance floor
I wish that it could be like that
Why can't it be like that?
'Cause I'm yoursWe keep behind closed doors
Every time I see you, I die a little more
Stolen moments that we steal as the curtain falls
It'll never be enoughIt's obvious you're meant for me
Every piece of you, it just fits perfectly
Every second, every thought, I'm in so deep
But I'll never show it on my faceBut we know this.
We got a love that is homelessWhy can't you hold me in the street?
Why can't I kiss you on the dance floor?
I wish that it could be like that
Why can't we be like that?
'Cause I'm yoursLittle Mix, Secret Love Song
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding [END]
RomanceAku ingin sekali, berlari padamu saat aku merasa sedih, menangis dalam pelukmu. Aku ingin sekali, berlari padamu saat aku merasa takut, berlindung dalam tubuhmu. Aku ingin sekali, berlari padamu saat aku merasa dingin, meminta kehangatan dalam...