•Sebelumnya gue minta maaf kalau banyak typo.•
Ariska turun dari motor yang sedang ia tumpangi dan segera berpamitan oleh ayahnya."Berangkat assalamu'alaikum." ucap Ariska sambil mencium punggung tangan ayahnya.
"Wa'alaikumsalam." jawab ayah mengacak-acak rambut Ariska beserta senyumnya yang khas.
Gadis itu langsung berjalan menuju kelasnya dengan langkah yang santai dan menikmati udara di pagi hari. Pandangannya menyapu ke sekeliling arah lapangan.
"ARISKA CALONNYA KIM WOO BIN SUDAH DATANGG!" jerit Shenna seraya menghampiri Ariska sambil berjoget-joget.
Ariska hanya terkekeh melihat hal yang biasa Shenna lakukan kepadanya. Teman karibnya itu selalu menunggu Ariska di depan kelasnya. Walaupun mereka berbeda kelas, tentu tidak menjadi alasan Shenna untuk tidak menunggu Ariska.
Shenna merangkul gadis itu, kemudian bertanya sekedar mimpi apa dia semalam atau bercerita tentang dirinya yang selalu melakukan _push up_ atau _sit up_ seratus kali tengah malam.
Tidak heran jika bentuk badan Shenna sangat diinginkan para perempuan kebanyakan.
"Nanti latihan jam 4 sore!" Shenna mengingatkan.
"Gue selalu inget itu, Shen."
"Kali aja lo lupa," balasnya seraya menaikkan kedua bahu. "mending, nanti lo gak usah bawa penonton alay, lo, deh." cecar Shenna.
Ariska berhenti, menatap heran.
"Itu yang buat semangat gue membara!" ucapnya dengan penuh dramatis."Membara sih, membara. Tapi modal, dong. Galon bude kantin masa dicolong." perotesnya.
Ariska menaikkan tasnya yang mulai menurun, "Itu sih bukan gue yang nyuruh, mereka terlalu setia, sih sama gue." ia menjulurkan lidahnya lalu terkekeh tanpa dosa.
Shenna menaikkan alis, "Dasar bocah." umpatnya.
Ariska menutup kepala dengan jaket yang dikenakannya lalu berlari pelan sambil terkekeh mengingat kelakuan penonton suruhannya melakukan hal memalukan. Ada yang sampai membuka baju sekolahnya demi menunjukkan tulisan "I love Ariska." di tubuhnya.
Disela-sela canda-tawa itu, terdengar suara yang familiar di telinga keduanya.
"Guru woy guru," sahut ketua kelas Shenna 9.2 yang berbeda kelas dengan Ariska yang menempati kelas 9.3.
Ariska menghela nafas, "Perasaan gue udah datang pagi." gumamnya.
Shenna pun memasuki kelas karena Bu Ikke selaku guru bahasa indonesia sedang berjalan menuju ke kelas.
"Gue ke kelas duluan!" Shenna memukul punggung Ariska.
Gadis itu meringis, kemudian ia juga pergi menuju kelasnya.
Ketika sampai di kelas, Ariska melemparkan tasnya pelan seraya menjatuhkan bokongnya di kursi.
"Lo udah ngerjain pr?" tanya was-was Melody–teman sebangku Ariska.
Ariska membulatkan matanya lalu menepuk jidat.
***
_Bel istirahat berbunyi..._
"Mau beli apa?" tanya Shenna sambil menatap Ariska.
"Soto enak kali ya? Laper gue." jawabnya.
Shenna mengangguk mantap, karena ia juga merasa sangat lapar hari ini. Seketika tatapan Shenna merubah menjadi heran begitu melihat wajah Ariska yang sangat lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faded Expectations
Teen FictionAriska mengusap air mata yang masih tersisa diwajahnya. "Ryck," panggil Ariska. Rycki menoleh, mencoba menutupi rasa khawatir kepada gadis itu. "Ke-kenapa Anrez," Ariska menyeka air matanya yang hendak keluar lagi. "gak s-su-ka sama g-gue?" Suaranya...