FE - 12

69 8 0
                                    


Bel istirahat berbunyi...

"Panas banget hari ini." Fany mengibas-ngibaskan tangannya di udara.
Ariska hanya memiringkan senyumnya dan menaikkan kedua alis sebagai jawaban 'iya'.

Sepanjang perjalanan menuju ke kantin tidak ada percakapan apapun di antara keduanya. Fany sibuk mengipaskan wajahnya yang mulai memerah sedangkan Ariska menatap datar setiap objek yang di lewatinya.

"Duduk di pojok aja kali ya?" tanya Fany.

Ariska menoleh, "Terserah."

Hari ini Fany meminta Ariska untuk menemaninya sewaktu istirahat karena Erica sedang sakit. Padahal, masih banyak teman perempuan lainnya di kelas Fany. Dengan perasaan yang sedikit kesal mendengar nama Erica, Ariska mengiyakan permintaan Fany.

"Gue pesen minuman dulu, lo mau apa?" ucap Fany yang hendak berdiri.

"Samain aja."

Fany beranjak dari tempat duduknya untuk membeli minuman. Di kantin ramai, Ariska merasa dadanya sangat penat. Gadis itu melupakan sesuatu. Celana Anrez masih ada di dalam tasnya.

"Gue mau balikin kaya mana?" gumam Ariska.

"Nitip Erica?" gadis itu bertanya pada diri sendiri. "Ah, kalau gitu gue melewatkan kesempatan gue."

"Ngirim surat buat kakak kelas itu, terus ngajak ketemuan?"

"Minta nomer hpnya?"

Ariska menutup wajahnya dengan tangan, "Ah gila, kenapa jadi pusing gini? Tinggal samperin 'kan beres."

"Eh, tapi gue mau lebih rumit." ucapnya bimbang.

"Gak gue balikin aja kali ya? Biar dia nyamperin gue"

"Terus dia mohon-mohon, dan celananya tetep gue pegang."

"Sampai gue bilang, kalau lo mau celana lo balik, lo harus jadi pacar gue." gadis itu mulai tertawa geli.

Ariska menggelengkan kepalanya cepat. "Udah di kasih hati malah minta jantung." ujarnya.

Tepat pada kalimat yang Ariska lontarkan itu, Fany datang dengan dua gelas minuman. Wajahnya sangat kusut, rambutnya sedikit acak-acakan. Tapi tidak mengurangi kecantikannya.

"Lama ya? Sorry, abisnya ngantri dulu." ucap Fany.

"Gak kok," ucap Ariska seadanya.

Lalu Fany mulai menyeruput es cappucino miliknya.

Ariska berdehem, "Btw, Erica sakit apa?" tanyanya.

"Kurang tau gue,"

Ariska hanya menganggukkan kepalanya.

"Gue itu dulu sempet sebel sama Erica." ucap Fany yang di balas Ariska hanya dengan menaikkan satu alisnya.

"Gue suka sama seseorang, tapi dia malah nikung."

Uhuk-uhuk..

"Ya, begitulah." suara Fany terdengar surau.
"Eh Ga, sini." lanjutnya sambil melambaikan tangan ke udara.

Ariska melihat seseorang yang mulai berjalan menghampiri mereka. Cowok bertubuh tegap dan mempunyai lesung pipi. Dia sudah duduk di samping Fany.

"Kenalin Ga," Fany menoleh ke arah Rangga. "Ini Cle." lanjutnya.

Ariska tersenyum kikuk, "Hai."

"Hai."

"Maksudnya apaan nih." batin Ariska.

Fany menatap mereka berdua. "Kalian belum kenal kan?"

Keduanya diam.

"Hm yaudah kalau gitu, gue duluan ya. Bye!" ucap Fany yang ingin keluar dari kantin.

Faded ExpectationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang