FE - 11

88 10 0
                                    

Suasana tempat parkir sekolah
hari ini sangat ramai siswa-siswi karena kedatangan Anrez yang bisa di bilang sangat langka. Cowok itu sampai di sekolah pukul 06.30 WIB dan berpenampilan acak-acakan. Anrez tidak sempat mandi, wajahnya sangat kusut. Banyak siswa yang meneriaki nama Anrez.

"Anjir Anrez ganteng banget."

"Mukanya lagi kucel aja tetep cakep."

"Calon suami idaman banget si Anrez."

"Tadi malem abis sama gue tuh."

"Dasar mesum!"

Kira-kira seperti itu suara siswa perempuan yang mengagumi Anrez, tak jarang pula ada yang memberinya bekal, cokelat dan bunga. Bahkan Anrez sampai bosan memakan cokelat, setiap hari ada saja yang mengiriminya seperti itu.

Anrez melewati koridor sekolah dengan wajahnya yang datar, dia sama sekali tidak memperdulikan cewek-cewek SMA Majah Pahit yang sangat antusias memanggil namanya. Anrez muak. Dia tidak suka di perlakukan seperti itu, Anrez menganggap dirinya biasa saja. Tapi kenapa siswi di sekolah ini memandang dirinya dengan tatapan takjub.

Disisi lain, Ariska masih setia memeluk guling kesayangannya. Padahal bunda sudah memanggil berkali-kali tetapi Ariska tetap tidak ingin merubah posisi tidurnya. Sampai akhirnya dari lantai bawah Bunda menghidupkan musik dengan volume paling keras hingga Ariska terbangun.

"Bunda ngapain dengerin musik kuat-kuat sih?" gerutu Ariska tanpa membuka matanya.

Gadis itu berdecak.
"BUNDAAAAAA!!!" teriaknya.

"BUNDA, MASIH PAGI BERISIK BANGET!"

"BUNDA BANDEL BANGET SIH!"

"GAK BISA DI OMONGIN YA!"

Ariska cepat-cepat membuka pintu kamarnya ingin mematikan lagu itu, tapi ketika sampai depan pintu, Bunda sudah siap ingin menyiram Ariska dengan air satu gayung di genggamannya.

Byuuurrr....

Ariska memejamkan matanya yang terasa perih. Sedangkan bunda melipat kedua tangannya di depan dada.

"Masih mau bilang kalau bunda bandel?" ucap bunda yang Ariska balas hanya mengusap wajahnya sendiri. Ariska terus memegangi mata.

"Kamu bandel banget sih, buruan mandi udah telat. Bunda minta maaf." ujar Bunda sambil mendorong tubuh Ariska ke dalam kamar.

Ariska mengucapkan sumpah serapah di dalam hati, kalau bukan Bunda pasti sudah Ariska marahi, bahkan Ariska dorong dari lantai dua.

Ketika Ariska sudah selesai mandi, ia bergegas menuju dapur untuk mengambil roti.

"Ayah udah berangkat kerja jadi kamu naik angkot ya. Bunda lagi sibuk." ujar Bunda di sela-sela Ariska lagi sibuk membenarkan dasinya.

Ariska tersedak, lalu buru-buru mengambil minum.
"Bunda jangan bercanda deh, ini aku udah telat banget." sanggah Ariska.

"Naik angkot lebih lama, Bun."

"Buruan berangkat, hati-hati." ucap Bunda lalu meninggalkan Ariska yang masih kesal.

Gadis itu menghentakkan kakinya berkali-kali di lantai.

***

Gerbang sekolah sudah ditutup sejak 15 menit yang lalu, Ariska membuang nafas dengan kasar. Gadis itu memanggil-manggil nama penjaga sekolah. Sampai penjaga sekolah itu muncul dan menatap Ariska heran.

"Pak tolong buka gerbangnya dong." Ariska memasang wajah memelas.

"Gak bisa non, bel masuk sudah bunyi lima belas menit yang lalu."

Faded ExpectationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang