"Beri salam" ucap ketua kelas 10 IPA 2–dimana tempat Ariska belajar yang sedang menyiapkan.
"Assalamu'alaikumwarrohmatullahiwabarrokatuh."
"Walaikumsalamwarrohmatullahiwabarrokatuh." sahut Bu Ayu selaku guru agama di kelas itu sekaligus wali kelas mereka.
"Keluarkan Al-qur'an dan bacakan ayat satu sampai sepuluh." ujarnya.
Mereka langsung melaksanakan yang di perintahkan oleh Bu Ayu.
Bu Ayu sosok wanita paruh baya yang sangat baik, walau pun siswi X IPA 2 belum bisa di bilang terlalu dekat dengan beliau, tapi mereka bisa merasakan kasih sayang dari bu Ayu.
Bu Ayu juga pernah bercerita tentang keluarganya, sampai menangis. Beliau bercerita tentang anaknya yang seharusnya sekolah, seperti anak-anak didiknya. Tapi karena fisiknya kurang sempurna dan juga kurang lancar bicaranya, dia tidak sekolah.
Bagian yang paling menyedihkan ketika Bu Ayu pulang dari mengajar, anaknya yang bernama Vero itu menyambutnya dengan gumaman tidak jelas. Vero selalu bergumam "Mama." sambil tertawa bahagia.
Sepulang mengajar Bu Ayu selalu memeluk dan mencium Vero. Tidak bisa membendung air mata lagi, Bu Ayu bercerita sambil menangis, beliau berharap anaknya selalu sehat dan bisa bermain seperti remaja-remaja lainnya.
Badan Vero kaku, agak susah di gerakkan. Jadi, Vero hanya tergeletak di kamarnya. Seharian dan selalu.
Semua yang berada di dalam ruangan kelas ini jadi belajar, ketika kita merasa hidup kita kurang bahagia, lihatlah kehidupan orang lain. Banyak yang kurang bahagia dari kita, tetapi mereka menutupi lukanya dengan tawa. Karena mereka percaya, tidak selamanya hidup itu akan menderita.
Jangan larut dalam kesedihan. Teruslah bangkit, masa depan masih cerah untuk kita yang ingin berusaha.
***
"Diem dulu sih!" teriak ketua kelas. Saat ini keadaan kelas sangat berisik."Enggak."
"Bisa bu guru."
"Aya cantik loh kalo marah." ucap beberapa siswa di kelas ini.
Ketua kelas yang bernama Cahaya itu hanya mengeluarkan napas dengan kasar, mendengkus malas. Percuma juga Cahaya memarahi segerombolan cowok itu, yang ada keadaan kelas tambah berisik.
Derap langkah kaki dari luar membuat kelas itu menjadi hening. Tiba-tiba guru BP memasuki kelas.
"Pelajaran siapa ini?" tanyanya.
"Bu Sri Tuniati, bu." ucap salah satu siswa.
"Ada tidak gurunya?"
"Gak tahu bu."
"Ketua kelasnya mana?"
"Saya bu." sahut Cahaya sembari mengangkat tangan.
"Cepat lihat di kantor."
"Iya bu."
Cahaya langsung berjalan menuju ruang guru, sedangkan guru BP ini masih diam di ambang pintu, sambil memandang siswa-siswi yang ada. Lalu dia angkat bicara.
"Ada yang tahu nama saya?"
Satu pun siswa tidak ada yang tahu, guru itu sempat berdecak.
"Nama saya Lina." katanya.
Siswa-siswi di kelas itu hanya diam.
"Saya harap kalian bisa mematuhi peraturan di sekolah ini dan menjadi penerus yang lebih baik." kemudian Bu Lina berjalan menuju jendela pojok kelas. Menatap taman belakang sekolah dari situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faded Expectations
Novela JuvenilAriska mengusap air mata yang masih tersisa diwajahnya. "Ryck," panggil Ariska. Rycki menoleh, mencoba menutupi rasa khawatir kepada gadis itu. "Ke-kenapa Anrez," Ariska menyeka air matanya yang hendak keluar lagi. "gak s-su-ka sama g-gue?" Suaranya...