FE - 8

240 57 13
                                    

Dengan mata yang masih ngantuk Ariska mencoba membuka matanya, melawan pantulan cahaya matahari dari jendela yang masuk ke dalam kamarnya. Ariska menutup wajahnya dengan bantal dan mencari posisi yang nyaman untuk melanjutkan tidur.

"Cle bangun, sudah siang." ucap Ara- Bunda Ariska dari sudut kamarnya.

Ariska tidak menggubrisnya.

Bunda menggelengkan kepalanya lalu berjalan mendekati Ariska untuk membangunkannya.

"Cle, ini udah jam setengah tujuh." tanpa aba-aba lagi Ariska membelakkan mata melihat ke arah jam dinding yang ada di hadapannya dan melompat dari tempat tidur.

Dengan cepat ia langsung mengambil handuk yang tercantel di pintu masuk kamar tanpa bicara sepatah kata pun.

Lagi-lagi Bunda menggelengkan kepalanya.

***
Usai selesai mandi Ariska menuju ruang makan untuk menemui Bundanya.
"Bunda ah bukannya bangunin Cle dari tadi," gerutunya sambil mengikat tali sepatu.

Bunda meliriknya sekilas lalu kembali membaca koran. "Kamu sih kebiasaan, kalo gak di bangunin gak bangun."

"Cle bangun jam 4 pagi setiap hari Bun." tanpa sadar, Ariska hari ini tidak bangun jam 4 pagi karena dia tidak enak badan usai kehujanan kemarin dan kejadian yang membuat hatinya teriris.

Saat ini, Ariska menganggap kejadian kemarin hanyalah mimpi buruk, tidak lebih dari itu.

"Iya tapi kamu tidur lagi, biasakan bantu-bantu Bunda di dapur."

"Iya, iya."

"Udah ah Bun, Cle mau berangkat sekarang, assalamu'alaikum."

"Iyaudah hati hati ya, wa'alaikumsalam."

Ariska bergegas keluar dari rumahnya, terlihat jelas Varo-ayahnya sedang memberi makan ikan kesayangannya.

Ariska menghampirinya. "Yah, ayok berangkat."

Vero hanya menatapnya sekilas lalu menggebuk-gebukkan tangannya seraya membersihkan dari makanan ikan yang tersisa di tangannya, kemudian mengangguk sambil berdeham.

"Lho? Kok pake mobil Yah? Motornya kemana?" tanya Ariska dengan mengerutkan dahi, tidak biasanya.

"Lagi di bengkel, kemarin dipakai sama temen ayah terus ada kecelakaan sedikit."

Ariska hanya ber-oh ria dan mengangguk paham.

"Yaudah yuk berangkat, nanti kamu terlambat."

"Iya."

Sepanjang perjalanan Ariska dan Vero berbagi cerita. Ariska lebih dekat dengan Vero dari pada ke Ara. Mungkin karena dulu Ara sering pergi ke luar kota.

Sewaktu Ariska kecil, ia pernah di buatkan lagu oleh Vero. Judulnya pasar minggu, lagu itu menjadi lagu favorit Ariska, juga mendengarkan cerita dongeng hewan-hewan yang sering Vero bacakan untuknya. Tak heran jika sekarang Ariska menjadi mendengar yang baik.

Banyak teman Ariska yang bercerita tentang masalahnya kepada Ariska. Tapi sangat sulit bagi Ariska untuk menceritakan masalahnya kepada mereka, termasuk urusan perasaan.

Ariska lebih memilih untuk diam, memendam semua perasaan yang sedang menimpanya. Terkadang seseorang hanya ingin tahu, tidak ada pikiran untuk membantu menyelesaikan masalah yang terjadi.

"Yang bener, yah?" Ariska membenarkan posisi duduknya menghadap Vero.

Vero terkekeh, "Iya dulu waktu kecil, kamu pecicilan banget hampir sering ke tabrak motor. Dua kali malah kamu ke tabrak motor, dua kali juga kamu gelinding di tangga." jelas Vero.

Faded ExpectationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang