FE - 15

36 4 0
                                    

"Iya! Apa lagi pas malem-malem, sering banget gue liat bayangan item, gitu." seru Merly.

Di hari libur seperti ini Merly dan Khanza memilih untuk bermain di rumah Ariska. Beruntungnya Senin besok tidak ada tugas. Hari yang harus dirayakan.

"Serius?!" tatapan Ariska tidak beralih sedetikpun pada manik mata Khanza. Tatapannya fokus pada Merly.

Merly mengangguk meyakinkan, "Dulu waktu gue kecil, gue di rumah sendirian dan itu lagi hujan. Pintu rumah gue yang keras kaya gitu ketutup sendiri pas gue mau ke luar." jelasnya.

Khanza bergedik ngeri, "Aku juga pernah!" sanggahnya. "jadi, waktu aku lagi insomnia dan kebetulan tidur sendirian jendela kamar aku kaya ada yang ngetuk gitu, aku pikir ranting pohon." Khanza membenarkan posisi duduknya.

"Aku masih tetep tidur sampe ketukan itu bunyi tiga kali. Karena aku penasaran, jadi aku buka hordengnya." jelas Khanza.

Merly dan Ariska menatap lekat-lekat manik mata Khanza.

"Terus-terus?" ucap Merly dan Ariska berbarengan.

Khanza memejamkan matanya ngeri, ia memundurkan badannya mendekati tembok.
"Ada wajah ancur! Sumpah saat itu aku langsung jerit!" serunya, Khanza menautkan kedua alisnya sebagai rasa khawatir.

Ariska menutup wajahnya dengan kelapak tangan.

Khanza menatap Ariska, "Aku takut banget, jadi aku tutup lagi terus aku kabur ke kamar mama." lirihnya.

"Pas mama yang cek, udah gak ada. Aku dikira bohong padahal aku liat sendiri!"

"Mukanya penuh darah."

"Giginya ancur."

"Rambutnya acak-acakan."

"Bibirnya panj–"

"Udah, udah!" potong Ariska. "gue gak mau denger lagi." lanjutnya.

Merly melirik sinis ke arah Ariska, "Apaan sih, lo, lagi seru juga!" omelnya lalu beralih menatap Khanza. "lanjut, za."

"Terus apa lagi ya?" Khanza memicingkan kepalanya.

"Ah, yaudah gantian gue yang cerita." ucap Ariska tak mau kalah.

Khanza dan Merly hanya diam sebagai jawaban menunggu cerita Ariska.

"Jadi, dulu waktu gue lagi selfie-selfie di kamar ini." bisik Ariska. "gue pernah nangkep foto penampakan." gumamnya.

Dengan refleks Khanza dan Merly melihat kanan-kiri untuk memastikan bahwa tidak ada sosok yang menampakan diri.

Ariska menahan tawa.

"Gue bener-bener gak berani nengok ke belakang."

"Tapiii... karena gue penasaran jadi gue lihat ke belakang!" seru Ariska.

Ariska menatap temannya itu bergantian, sesekali mengigit jari dan menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Gue kaget!" seru Ariska. "ternyata itu bunda lagi pakai masker." desahnya.

Merly berdecak dan memutarkan bola matanya malas diikuti Khanza yang hanya terkekeh.

"Kalo mau marah, marah aja gakpapa kok, Za." tukas Merly.

Sedangkan Ariska hanya tertawa melihat wajah Merly yang sedang kesal. Ia pikir Merly akan menjitaknya atau memukulnya ternyata tidak. Namun, itu lebih baik.

"Ke luar, yuk!" ajak Khanza.

Merly menoleh, "Mau ke mana?"

"Mau ke mana pun tiket.com aja." balas Ariska.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Faded ExpectationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang