Ariska dan semua siswa berkumpul di lapangan sekolah mereka untuk mengikuti upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin. Cuaca mulai memanas seiring jalannya upacara. Sekarang Ariska merasa waktu begitu lambat, 99% siswa pasti sangat tidak menyukai upacara karena hambar, yang dibahas juga hanya itu-itu saja. Tentang kebersihan , belajar yang rajin, dan mengomentari petugas upacara. Mending kedatangan artis korea. Ariska pasti bersemangat, tidak layu seperti sekarang ini.
Setelah upacara selesai, mereka masuk ke kelas masing-masing, menurut Ariska hari ini sangat membosankan. Ditambah lagi dengan pelajaran PKN yang sangat tidak ia sukai. Dan sekarang disuruh menghafal pasal-pasal. Lengkap sudah.
Ariska sangat tidak menyukai pelajaran PKN, bukan karena gurunya. Kalau masalah guru, guru mata pelajaran PKN sangat baik dibanding guru-guru lainnya. Jika disuruh memilih, Ariska lebih memilih menghafal sejarah dari pada pasal-pasal.
Walaupun tidak ada bedanya–tetap saja menghafal.
Gadis itu menutup mulutnya dengan tangan berkali-kali, Ariska ngantuk sekali hari ini. Rasanya ingin tidur, matanya tidak kuat untuk melihat pelajaran sekarang.
Sebenarnya kata Bu Tarsa–guru PKN, kalau ingin tidur silahkan asalkan sampai rumah pekerjaan saat ini disalin. Kalau ingin makan pun tidak masalah, asal tidak mengganggu yang sedang belajar.
Tapi bagaimana jika menghafal?
Melody memperhatikan gerak-gerik temannya yang satu ini. "Kenapa lo?" tanya Melody.
"Ngantuk." jawab Ariska seadanya.
"Nih," dia menyodorkan sebotol minuman bersoda kepada Ariska.
"Gila ya lo, di depan ada guru." walaupun sedang ngantuk berat Ariska masih menghargai guru yang sedang mengajar.
Melody hanya menaikkan satu alisnya lalu menaruh minuman itu ke dalam tasnya.
***
Tiga menit yang lalu pelajaran PKN telah selesai, sekarang lanjut ke pelajaran Matematika. Tamat sudah hari ini. Beruntung hari ini Bu Indra tidak dapat hadir dikarenakan ada saudaranya yang meninggal. Sedikit berduka tapi banyak senangnya. Sebenarnya Ariska sangat senang belajar Matematika, di tambah lagi dengan bu Indra yang mengajar.
Melody dan siswi lainnya membuat lingkaran di belakang pojok kelas, Ariska yakini mereka pasti sedang bergosip, itu kebiasaan cewek.
Ariska salah satu tipe cewek yang anti rumpi-rumpi club. Lebih baik bicara langsung dengan orangnya. Ariska selalu menunjukkan sifat ketidakpeduliannya padahal ia sangat peduli.
"Haha anjirt." ucap salah satu siswi dikelas.
Sedangkan Ariska hanya menggambar asal asalan-yang ada di otaknya. Ia ingin menjadi disigner tapi tidak bisa menggambar, gadis itu bahkan tidak bisa menggambar dua gunung yang di tengah-tengahnya terdapat matahari juga ada jalan, di atas gambaran itu ada awan dan burung-burung.
Ia juga ingin menjadi penulis tapi tidak suka menulis. Bahkan pelajaran Bahasa Indonesia ia tidak menyukainya. Hobinya olahraga. Memang, hoby dan cita cita tidak mendukung.
Jika disuruh berkhayal tentang masa depannya nanti, ia ingin menjadi disigner ternama dan penulis terkenal juga pintar berolahraga. "Gue bisa mewujudkan impian itu."
Sedari tadi Tio memperhatikan Ariska, menatap setiap gerak-gerik yang dilakukan gadis itu. Tetapi Ariska tidak sadar.
"Ris," panggil Tio yang duduk besebrangan dengan Ariska. Ia menoleh kearahnya dan menaikkan satu alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faded Expectations
Fiksi RemajaAriska mengusap air mata yang masih tersisa diwajahnya. "Ryck," panggil Ariska. Rycki menoleh, mencoba menutupi rasa khawatir kepada gadis itu. "Ke-kenapa Anrez," Ariska menyeka air matanya yang hendak keluar lagi. "gak s-su-ka sama g-gue?" Suaranya...