17 - Vero Andrasvani

3.7K 338 0
                                    

###

"Kak, mau mampir kemana gitu?"

"Nggak. Balik aja."

"Serius nih gue nawarin."

"Nggak."

"Etdah, mba. Jangan gucek mata lu gitu terus. Merah baru tau rasa lu."

"Bodo."

Aku menjawab pertanyaan Vero dengan jutek, aku sendiri tidak tahu. Hanya saja aku tidak ingin diajak berbicara. Lagian aku juga masih sakit hati tentang kejadian itu.

"Oh ya. Kata Ayah nanti ada acara keluarga."

"Arisan? Kan Bunda udah ikutan arisan di komplek?"

"Bukan oncom. Maksudnya main. Kita-kita."

"Oh boleh tuh."

"Ada saran mau kemana?"

Aku berpikir keras. Temat satu-satunya yang terbayang dikepalaku saat ini adalah langit yang cerah, suara ombak, air laut yang berwarna biru, dan angina laut yang masuk memenuhi indera penciumanku. Dan betapa halusnya pasir pantai yang membuatku berpikir untuk membenamkan diri dan tidak ingin pulang.

"Biru."

"Pantai maksud lo?"

Aku mengangguk tanpa melihat kearah Vero. Aku yakin Vero tahu maksudku apa. Dan aku harap dia mengerti aku sedang dalam masa 'penyendirian'.

###

"Tinggalkan kami sebentar, Vero." Ayah berkata demikian, membuat Vero meninggalkanku dengan Ayah dan Bunda.

"Ada apa?"

Aku melihat Ayah dan Bunda saling tatap. Bunda berdeham lalu menatapku.

"Sebenarnya Vero itu memang adik kamu. Adik sepupu. Maaf selama ini Ayah sama Bunda merahasiakannya."

Apa?

"Maksudnya?"

"Kamu ingat om Joseph?"

Aku menganggukan kepalaku. Om Joseph atau lebih tepatnya Om Josh adalah anak pertama dari keluarga Andrasvani. Namun, katanya beliau meninggal dalam kecelakaan mobil di jalan tol. Kata Ayah, ketika aku masih bayi, beliau sangat menyayangiku, bahkan namaku, Nera, merupakan pemberiannya. Aku sangat ingin sekali bertemu dengannya. Namun, waktu berkata lain. Tak lama setelah kepergian Om Josh, Tante Lily atau istrinya meninggal dunia juga. aku tidak tahu pasti penyebab kematiannya, katanya depresi. Hal itu membuat perusahaan kakek diturunkan kepada Putra keduanya, dimana seharusnya Om josh lah penerus utamanya.

"Ya."

"Ayah mengunjungi rumah Lily tak lama setelah kejadian itu. Saat itu Lily sudah mengalami depresi berat sehingga mengharuskannya dirawat dirumah sakit. Yang lebih mengejutkan lagi adalah ternyata Josh memiliki seorang anak saat itu. Ayah juga tidak tahu, namun setelah melakukan tes DNA anak itu benar-benar anak Josh dan Lily."

Jangan bilang bahwa anak itu Vero?

"Ya. Dia Vero."

Aku memberlalakan mataku. Kulihat Ayah tersenyum. Separuh bebanku hilang seketika mengetahui Ayah tidak membuat masalah dan memiliki anak oleh wanita lain. Namun separuh hatiku juga pedih mendengar bahwasanya Vero hanya sebatang kara. Ya, dia sendirian.

"Tadinya Ayah hanya ingin mengasuhnya setidaknya hingga Lily sembuh, namun Lily telah tiada. Ayah juga tadinya ingin menyerahkan Vero kepada Kakek. Apa boleh buat, kamu sangat senang sekali melihat Vero walaupun kamu belum tahu apa-apa saat itu. Ayah memutuskan untuk mengurusnya. Hingga dia menginjak usia 20 tahun."

"Setelah 20 tahun?"

"Vero penerus utama. Ayah mengambilnya dan mengakuinya sebagai Putra ayah juga salah satu cara untuk melindunginya. Sehingga tidak ada yang meyakitinya. Tapi maaf, kamu malah kena imbasnya, Bunda juga, bahkan ayah sendiri. Tapi ini satu-satunya cara."

Aku tersenyum. Air mataku menetes dengan deras. Tak mampu berkata-kata. Aku lihat wajah Ayah dan Bunda yang ugsa sama-sama terharu. Aku tidak menyangka, keluargaku sangat baik. Melindungi Vero. Membuat hidupku berwarna karena membawa Vero. Berani menerima akibat, menanggung semua masalah.

Cukup.

Aku hanya ingin keluargaku ini bahagia.

"Tapi, jangan beritahu yang lain. Kamu harus bersabar. Hingga saatnya tiba ketika Vero berumur 20 tahun." Aku mengangguk. Tidak masalah bagiku, dugaanku benar. Semua perbuatanku memang benar. Vero memang adikku. Adik sepupu. Aku sangat menyayanginya bagaikan saudara kandungku. Dan aku akan melindunginya.

"Iya."

###

Dikit banget? iya emang :b

Changing Me [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang