29 - Trusting You

3.9K 286 1
                                    

                   "Nera, kamu diajarin lagi sama Andra gak apa-apa ya?" Aku mengangguk sambil tersenyum. Kini aku sedang berada diruang guru. Menghadap Pak Herman yang memanggilku lagi.

"Tapi, kamu Andra."

"Ya pak?" Tanya Andra yang berdiri disebelahku.

"Sekalian ngajarin si Vektor gak apa-apa?"

Aku dan Andra langsung terkejut mendengar ucapan Pak Herman. Dapat kulihat ekspresi wajah Andra yang tidak suka.

"Nilai dia juga hancur. Kasian."

"Ya pak." Aku langsung menoleh cepat kearah Andra. Ya? Dia setuju?

Lalu setelah keluar dari ruang guru aku memegang lengan Andra. Menatap kearahnya yang terhalang oleh kacamata. Aku langsung melihat ekspresi wajahnya.

"Kan kamu bisa nolak tadi." Kataku dan dia hanya tersenyum kecil mendengarku berbicara. Aku melihatnya bingung.

"Aku emang mau nolak. Tapi, Pak Herman udah banyak bantuin aku buat OSN. Aku gak bisa nolak permintaan dia yang terkesan sepele ini."

Aku mengangguk. Ya, aku memang egois. Bagaimanapun nilai Vektor juga sangat rendah. Membantu sesama dan mengenyampingkan masalah pribadi kurasa bukan ide yang buruk. Aku harus mempersiapkan diriku. Entah mengapa, rasanya aku harus bersiap saja. Melihat bagaimana Vektor menjauhiku selama ini.

"Oh gitu. Yaudah."

"Tapi, Nera. Walaupun gini, jangan deketin Vektor. Ngerti?"

Aku mengangguk setuju meng-iyakan peringatan Andra. Selama tiga hari aku harus menghadapi dua laki-laki itu.

###

"Emm.. Yaudah mulai aja langsung." Kata Vektor sambil memegang pinsil ditangan kanannya. Aku yang sedari tadi menatap buku dengan kosong segera membuka halaman soal-soal. Andra yang duduk disampingku segera membenarkan letak kacamatanya.

"Coba kerjain nomor satu." Andra berkata dengan dingin. Tanpa ba-bi-bu aku langsung membaca soal itu dan memasukan angka-angka dan mencoba mengingat rumus. Aku dapat merasakan hembusan nafas Andra di lenganku. Kurasa dia sedang melihat pekerjaanku. Bukannya semakin focus, aku malah gagal focus.

"Udah." Aku dan Andra langsung menatap kearah depan kami. Dimana Vektor sedang memakan chiki dan menyodorkan bukunya kepada Andra. Andra segera mengambil buku itu dan membacanya. Aku dapat melihat senyum kecil diujung bibirnya.

"Nih, lu bisa." Kata Andra datar. Vektor berdecih.

"Gue emang bisa. Cuma males. Apalagi ngeliat muka Pak Herman udah bikin gue muak." Katanya terang-terangan.

"Oh, lu udah bisa? Terus kenapa nilai lu tetep rendah?"

Vektor menatap tajam Andra dan sebaliknya. "Gak enak masa SMA kalo gak bandel. Mending bandel sekarang daripada bandel nanti." Katanya lalu melirik sekilas kearahku.

"Bandel. Lu udah sejauh apa sama Camel?"

"Maksud lo?!"

"Hotel?"

"Anjing!" Umpat Vektor kasar sambil matanya menatap nyalang Andra. Laki-laki disebelahku malah tidak menunjukan ekspresi apapun. Apa yang harus aku lakukan?

"Kalo mau berantem, mending gak usah belajar." Kataku datar. Tanpa melihat kearah mereka berdua dan akhirnya aku dapat menyelesaikan soal nomor satu. Aku langsung bangun dari tempatku menuju ponselku yang sedang di charge . aku mengambilnya dan memanggil Vero. Bermaksud meminta dijemput.

"Nera." Andra memanggilku. Aku menoleh kearahnya. Dia menepuk-nepuk karpet disebelahnya.

"Kita lanjut belajar lagi. Maaf." Aku langsung memutuskan panggilan teleponku dan duduk di samping Andra. Kini, kami sedang berada dirumah Andra. Entah bagaimana caranya, tapi Vektor ada dirumah Andra. Dan dapat aku lihat juga ekspresi wajahnya yang tidak nyaman berada disini. Sama saja masuk wilayah musuh.

Lalu, kami mulai belajar dengan serius. Kami tidak membicarakan hal diluar dari materi. Aku bersyukur Andra maupun Vektor bisa menjaga sikap mereka.

"Kamu aku anterin. Sebentar." Andra berlari kekamarnya hendak mengambil kunci motor. Vektor disebelahku sedang memakai helmnya. Suasana canggung menyergapi kami berdua.

"Gue khawatir sama lo." Ucapnya pelan dari balik helm.

"Kenapa?"

Maksudku adalah, kenapa dia menjauhiku selama ini?

"Gue gak bisa liat lo terluka lebih jauh lagi. Lo bisa anggap ucapan gue c]angina, Cuma gue mau bilang, gue bahagia kalo lo bahagia. Dan gue bersyukur lo masih bisa tersenyum walaupun bukan sama gue lagi. Dan gue harap, dengan Andra disisi lo, lo bakalan balik lagi menjadi Nera yang ceria. Bukan nona Invisible lagi."

Aku terdiam. Aku tahu, dia sedang menatapku dari balik helm hitamnya.

"Gue balik duluan. Bilang ke Andra, mulai besok gue nggak mau diajar dia lagi. Gue sendiri yang bakalan bilang ke Pak Herman." Ucapnya lalu berjalan menuju motornya. Menyalakan mesinnya dan keluar dari gerbang rumah Andra.

Mendnegar ucapannya, membuatku sesak. Entahlah, aku hanya merasa sedih.

"Ayo." Aku langsung tersenyum melihat Andra datang dari pintu.

Aku bahagia kan?

###

Aku melihat ke arah papan pengumuman dengan mata menyipit. Mencari namaku diantara deretan peserta UKK yang lainnya.

Aku berhenti diajar oleh Andra. Menurutku aku sudah cukup 'merepoti'-nya. Pak Herman juga sudah menaruh banyak kepercayaan kepadaku mengenai nilaiku yang lumayan mengalami peningkatan. Dan semenjak itu, Vektor benar-benar menghilang lagi.

NERA ANDRASVANI ZEHAN : RUANG 10

Setelah memastika namaku ada, aku segera pergi meninggalkan tempat itu. Kehidupanku berjalan dengan damai seperti biasa. Kini aku menikmati kehidupanku yang lama. Menurutku, perubahanku yang kemarin bukan dampak yang buruk, hanya saja terlalu larut dalam kesenangan itu sehingga membuatku melupakan tujuan utamaku.

"Ruang berapa?" Jenny langsung menodongku dengan pertanyaan itu. Aku yang baru saja duduk dibangku menatapnya heran.

"Sepuluh." Ucapku pelan.

Dan seminggu melaksanakan UKK kami lewati dengan belajar dan belajar.

###

"UKK BERES! UKK BERES! UUUUUUKK BERES!"

"Party kuy dirumah gue." Aku menimpuk Jenny dengan pinsil yang sedang kupegang. "Masih ada UTS kelas XII loh."

Jenny terkekeh mendengarnya. "Biarin aja itu. Yang penting nanti malam party dirumah gue!"

"Nggak bisa. Gue ada arisan keluarga. Hehe.." Sebenarnya Ayah mengundang Kevin kerumah. Kata Ayah masalah ini sudah keterlaluan jika sudah membawa namaku juga. aku hanya mengangguk mendengar perkataan Ayah saat itu.

"Do'ain aja ya semuanya biar lancer."

"AAAAAMMMMIIIIINNNNN."

"Gue balik duluan kalo gitu." Aku membalikan badanku dan keluar dari sekolah menuju lahan parker. Menyunggingkan seulas senyum dibibirku. Aku sudah mendapatkan pacar seperti Andra. Untuk apa aku masih saja bersedih? Hehe..

Ketika aku hendak menyalakan motorku aku melihat Bella berjalan dengan terburu-buru. Diikuti Andra dibelakangnya. Aku mengerjapkan mataku ketika mendapati mereka ternyata berniat bertemu dibelakangku. Bukan maksudku cemburu atau apa, hanya saja aku penasaran.

Aku kembali turun dari motorku dan berjalan dengan cepat. Menuju samping sekolah dimana biasanya tanaman hasil percobaan disimpan disitu.

"Jadi kapan lo mau balikan sama gue lagi?"

###

Changing Me [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang