27 - Couple

4.1K 310 0
                                    

"Kenapa muka lo?" Baru saja aku mengucapkan salam, Vero yang sedang duduk dikursi ruang tamu langsung bertanya kepadaku. Aku menatapnya heran. Memang sih semenjak kejadian tadi bibirku tidak berhenti ingin tertarik keatas.

"Dek." Kataku lalu meringsut duduk disebelahnya. Vero menaikan sebelah alisnya.

"Gue .... Udah punya pacar."

"PFFTT!!" eh si kunyuk ganteng menertawakanku. Aku melihatnya dengan mata yang sambil menyipit. Dapat kulihat dia ikut tersenyum juga sekarang. Aku melihatnya, menunggu bagaimana reaksi selanjutnya.

"Alhamdulillah, akhirnya ada juga yang mau sama lo. Siapa cowok sinting itu?" Aku menatapnya datar. Memangnya sifatku itu jelek sekali apa sampai aku harus tidak berharap ada cogan yang menjadi pacarku?

"Andra."

"Andra? Anaknya Pak Geva? Blok sebelah?" Aku mengangguk mendengar perkataannya. Vero tersenyum miring sambil melihatku. Tatapan matanya sangat jahil dengan alisnya yang mengejek. "Kepincut juga kan lo?"

Aku mengangguk setuju. Memang benar, benci dan cinta itu beda tipis. Aku menerima Andra 'mungkin' karena aku mulai menyukainya, dan dia mengatakan padaku bahwa akan mengajariku untuk lebih terbuka dan percaya kepada orang lain. Dia tidak hanya mengajariku Fisika lagi. Dan aku harap dia mampu memegang perkataannya. Karena aku percaya kepadanya.

"PJ nya dong." Aku memutar bola mataku.

"Order pizza aja buruan. Yang ukuran kecil. Satu aja. Gue juga bagi." Kataku dan dapat kudengar teriakan senang dari Vero sbeelum aku masuk ke kamar.

Dikamar aku melemparkan tasku dibawah meja belajar dan langsung menghempaskan tubuhku dikasur. Menatap langit-langit kamar. Jantungku berdegup keras dan wajahku panas. Rasanya, aku seperti melayang di alam mimpi.

TOK! TOK!

"Kamu udah pulang Ner?" Suara Bunda dari luar kamar.

"Udah, Bun. Masuk aja. Nggak dikunci."

Ceklek!

"Itu kok si Vero langsung mesen pizza pake telepon rumah? Katanya dari kamu?" aku tersenym mendengar Bunda. Aku yakin sekali, Bunda pasti sudah tahu. Dia hanya ingin memastikan saja. Buktinya, dia sampai menghampiriku dikamar.

"Jadian Bun."

Bunda tertawa pelan. Aku menatapnya sambil tersenyum kecil. Buda duduk dipinggiran kasurku dan mengusap dahiku pelan. "Sama siapa?"

"Andra."

"Yang ngajak kamu ke pantai?" Aku mengerenyit heran. Yang mengajakku ke pantai kan Vektor.

"Bukan Bun. Yang ngajak aku ke luar kota itu."

"Oh, anaknya Pak Geva?" Aku mengangguk lagi mendengarnya. Lalu bunda menghembuskan nafas lelah. Aku bangun dari acara tiduran-tiduranku.

"Kenapa bun?" Tanyaku. Sepertinya memang sedang ada masalah.

"Kevin masih bikin ulah sama kamu?" Aku menggeleng. "Kalo yang nindas kamu?" aku menggeleng lagi. Bunda menaikan sebelah alisnya. Dia menatapku dalam. Dan aku menegrti maksudnya.

"Iya aku tahu bun. Aneh kan ya tiba-tiba mereka ilang? Aku juga khawatir sebenernya."

"Bunda Cuma takut. Jujur, Fredick gak bakalan main-main soal Vero. Tapi anaknya aja sekarang nggak ngapa-ngapain kamu lagi kan? Terus disekolah gimana tuh?"

Changing Me [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang