14 - Nothing

4K 341 0
                                    

Aku mengerjapkan mataku. Hawa dingin segera menyergapku. Aku hafal betul baud an suasana itu. Apalagi selain UKS sekolah. Aku menatap langit-langit diatasku. Menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Aku menolehkan kepalaku kesamping. Melihat laki-laki sedang tertidur dengan headset dikedua telinganya.

Andra.

Aku bangun dari kasur. Menapik selimut dan turun secara perlahan dan mengenakan sepatuku. Tubuhku sudah lebih baik. Aku tidak ingin mempertanyakan bagaimana bisa Andra disini. Dan kurasa aku tidak enak juga membangunkannya. Aku mengambil selimut itu dan menyelimutinya. Mungkin ini dapat membuatnya lebih nyaman. UKS kosong seperti biasanya.

Aku keluar dari ruang UKS. Mengerjapkan mataku menyesuaikan dengan cahaya yang menerpaku. Melirik kesebelah kananku. Dimana seorang laki-laki menunjukan punggungnya dan sedang berjalan menjauh.

Vektor.

Lidahku kelu. Aku sangat ingin memanggilnya. Aku hanya dapat melihat punggungnya menjauhi tubuhku. Membuatku menutup rapat mulutku. Mungkin ini memang sudah saatnya. Kembali ke posisi semula.

Aku berjalan menjauhi UKS. Sekaligus was-was semoga tidak ketemu Pak Samuel. Mengendap-endap mendengar sayup-sayup suara dari ruang ekskul jurnalistik yang kulewati. Membuatku memekakan telinga. Entah kenapa telingaku bekerja lebih keras hari ini untuk dapat bisa mendnegar suara sayup-sayup.

"Kak Vektor di tembak sama Kak Camel ya?"

"Iya. Diterima pula. Gue nggak ngerti dia mau nerima si Camel itu. Jelas-jelas dia benci banget sama geng Bella. Eh, malah jadian sama anggotanya."

"Iya.. Aneh banget. Udah lagi ada isu Kak Andra sama Bella mau balikan. Si Kevin jadian sama Kak Helen. Bener gak sih??"

"Cogan sekolah kita di-embat aja semua sama tuh geng."

"Berita gini cocok gak sih jadi tranding topic bulletin kita?"

"Nggak lah! Kecuali lo mau dilabrak si Bella setelahnya."

"Iya sih.. Hehe.."

Itu menjelaskan semuanya. Vektor mungkin menjauhiku karena tidak enak jika dia selalu didekatku disaat dia sudah punya pacar. Aku dapat memaklumi perbuatannya. Tentu saja, Vektor harus menuruti Camel. Iya kan?

Aku mengetuk pintu kelas. Dimana ada guru sedang mengajar. Membuatku mengucapkan salam dan duduk dibangkuku yang disambut tatapan Gea.

"Udah enakan?"

Aku mengangguk.

"Lo tadi pingsan."

Aku menjawabnya dengan senyuman.

"Tadi KM yang bawa lo ke UKS. Kita semua panic loh." Aku merasa bersyukur masuk ke kelas yang sangat menjujung tinggi solidaritas ini. Aku mengangguk lagi. Mungkin sikapku yang diam ini membuat Jenny heran karena kini dia menepuk pundakku.

"Kenapa deh?" Aku menggeleng dan mengambil ponselku yang ternyata selama ini berada disaku rok. Merogphnya dan membuat secari kertas yang terlipat terjatuh dari saku. Aku menaruh ponselku di meja dan membungkuk meraih kertas yang sepertinya telah tercuci itu. Membuat bentuknya menjadi mudah hancur dan membuatku semakin penasaran. Dengan perlahan aku membuka lipatan kertas itu. Membaca samar-samar tulisan yang kulihat.

Changing Me [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang