18

4.2K 331 2
                                    


###

TOK! TOK!

Aku mengetuk pintu kamar Vero. Masih dengan air mata yang tidak berhenti menetes.

CEKREK!

"Oh, Ner-"

Aku langsung memeluknya. Menenggelamkan kepalaku dilekukan lehernya. Meluapkan perasaan sayangku kepadanya. Dapat kurasakan Vero menarikku ke dalam kamarnya. Menutup pintunya secara perlahan. Perlahan, tangan Vero memelukku balik.

"Adek durhaka lo sama gue." Kataku di sela isakan tangis.

"Emang ada ya adek durhaka sama kaka?"

"Ada."

"Siapa?"

"LO!"

"Salah gue apa coba, Kak?" Katanya sambil terkekeh. Aku segera melepaskan pelukan itu. Kutatap matanya yang berwarna hitam legam itu.

"Kok lo ngga bilang gue sih?"

"Nanti lo nangis kaya gini. Dih. Lo jelek amat sih. Tuh iler sama ingus kemana-mana. Mana ada yang mau sama lo?" Katanya dengan tatapan jijik melihat ke arahku. Seharusnya aku yang memanggilnya Kakak kan? Ah, yang lahir aku duluan ini. Sadis banget emang si kunyuk ganteng ini, masih aja bilang aku nggak laku. Liat aja nanti. Aku juga bakalan menikah.

"Bodo." Kataku ketus. Dia menanggapiku dengan seulas senyum di bibirnya.

"Makasih banyak, Kakak Nera." Aku mengangguk. Bagaimanapun aku juga berterima kasih kepadanya. Melihat wajahnya dan tersenyum senang. Kesenanganku hanya melihatnya tersenyu. Melihat keluargaku tersenyum.

Tiba-tiba ponselku berdering. Aku mengambilnya dari tas kecilku. Melihat nama yang tertera di layar ponsel. Andra?

"Ya, Ndra?"

"..."

"Oh gitu. Yaudah gak apa-apa."

"..."

"Oke siap."

Aku memutuskan panggilan itu dan menaruh ponselku lagi ke dalam tas. Andra tidak bisa mengajariku seminggu ini. Dia juga ada les tambahan perihal keikutsertaannya dalam olimpiade waktu itu. Aku berjalan lunglai ke arah kasur berukuran Queen Size Vero. Merebahkan tubuhku yang rasanya mati rasa.

"Ciee.. Ndra? Siapa? Cogan waktu itu apa cogan yang ngobrol sama lu tadi di hotel?"

Aku manatap horror Vero yang sudah terkekeh tidak jelas. Dia ikut duduk disampingku. Aku mengambil guling dan memukulkannya tepat diwajah vero. Reaksinya adalah masih tetap terkekeh walaupun posisinya sudah terduduk di lantai.

"Andra. Yang waktu itu kesini. Dia nggak bakalan ngajar gue lagi. Selama seminggu ini. Persiapan H-2 olimpiade Fisika doi."

Vero menatapku sambil menaik turunkan alisnya.

"Apaan deh?" Vero berdeham sebentar lalu menatapku masih dengan cengiran di bibirnya.

"Oh, segitiga ya?" Gumamanya namun masih dapat kudengar. Tidak ingin baper dan ge-er duluan, aku hanya mendengus mendengarnya. "Hebat juga lo bisa dapet dua cogan sekaligus. Nyantet lo ya?"

Changing Me [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang