4 - Kenyataannya

6.4K 456 0
                                    

Aku itu sangat elastis. Seberusaha apapun seseorang untuk mempengaruhiku, aku tetap kembali ke wujudku semula. Dan itu tidak berpengaruh sama sekali bagiku. Sudah muak berurusan dengan manusia kulkas ditambah badboy. Seketika aku ingin ditelan saja sama ikan paus.

Aku melihat mataku sudah memiliki lingkaran hitam disekelilingnya. Ini ulah tempat les ku kemarin. Setelah aku sampai disana, ternyata hanya aku sendiri yang mengikuti les itu. Apalagi pelajarannya Fisika. Aku ingat betul, guru lesku menghela nafas berulang kali melihat hasil latihan soal yang kukerjakan. Mengapa? Dari lima soal yang beliau berikan, taka da sedikitpun yang benar.

Saat ini aku berjalan di koridor ingin menuju kelasku. Sebelum sampai, aku menengok ke arah kelas IPA 5 yang tepat berada di samping kelasku. Membayangkan ada genk badboy di dalamnya. Aku merinding ngeri. Berharap kemaren terakhir dan pertama kalinya aku berurusan dengan Viktor. Jujur, dia menyenangkan. Namun aku tidak ingin image-ku di depan guru menjadi tambah jelek jika bergaul dengannya.

Kata Ayah, aku harus pandai membiasakan diri. Tahan banting disituasi apapun kelak akan berguna di jenjang kuliah. Aku tahu maksud Ayah. Ayah menginginkan anak perempuan yang kuat dan tahan banting. Tapi inilah aku. Aku yang selalu pura-pura tahan banting dan pura-pura tangguh. Egoku yang selalu menang. Terlalu banyak berfikir dan membuat masalah kecil menjadi rumit.

Hari ini aku berniat bersantai-santai sepulang sekolah. Duduk di depan laptop sambil menonton film.

"Nera?" Lagi-lagi tubuhku menegang mendengar suara itu. Suara ramah yang kutemani di UKS kemarin. Aku mengangkat kepalaku yang tadinya selalu menunduk. Tidak berani menatap dan ditatap.

"Pagi." Kataku sambil tersenyum kaku. Dia membalasku senyumannya. Ya Tuhan! Kenapa makhluk satu ini begitu manis? Aku melihatnya yang juga salah tingkah. Memang, tidak ada bahan pembicaraan diantara kami. Aku menengok ke samping kananku yang merupakan kelasku.

"Gue .. ke kelas dulu." Kataku lalu berjalan melewatinya dan memasuki pintu yang berada satu langkah dibelakangnya. Dia mengikuti gerak-gerikku dengan matanya. Tanpa mempedulikannya, aku masuk ke kelas dan duduk di tempatku. Mengatur deru nafasku yang sedikit ngos-ngosan karena aku harus turun dari Angkot yang terjebak macet panjang dan memaksaku untuk berjalan ke sekolah.

Aku mengeluarkan ponselku dan segera mengaktifkan Internet. Mencari-cari bahan bacaan segar untuk memulai hariku. Namun yang kutemukan adalah Berita Panas di sebuah situs berita harian. Aku mengerenyit melihat tulisan itu.

"TAWURAN PELAJAR SMA TARWI JAYA"

Aku melirik ke arah koridor yang dapat kulihat dari jendela kelas. Vector sudah tidak ada disitu lagi. Aku menghela nafas. Apa mungkin ini yang dikatakan Surya kemaren? Perihal perkelahian Vektor dan seorang anak dari SMA Tarwi Jaya? Aku membaca artikel itu bingung. Kemarin Vektor menjelaskan kepadaku penyebab lukanya. Dia bilang itu hanyalah perkelahian biasa satu lawan satu. Aku mempercayainya begitu saja. Tapi begitu melihat artikel 'Tawuran' ini apa aku harus tidak mempercayainya lagi? Rasanya aku sangat bodoh. Kenapa aku mempercayai perkataan sang badboy itu kemarin?

###

Aku mempercepat langkahku ke arah toilet. Aku benar-benar panic ketika Gea mengirimiku pesan bahwa dia 'bocor'. Segera mungkin aku keluar dari kelas dan pergi ke UKS. Namun sayang, persediaan UKS sedang kosong. Hal ini membuatku berlari ke kantin dan lagi-lagi warung yang biasa menjualnya belum buka. Setelah lelah lari dari kelas-UKS-Kantin, aku terus tidak berhenti berlari hingga aku tiba di meja piket dengan nafas tersengal-sengal. Aku meminta izin untuk keluar, dan akhirnya aku diberi izin untuk pergi keluar.

Changing Me [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang