02

4.7K 358 40
                                    

"Ya baiklah gadis kecil, kurasa tak ada masalah dengan Frank mu. Dan ingat, jangan beri dia makanan kucing lagi." Ucapku pada gadis berumur sepuluh tahun di depanku sambil tersenyum riang. Ia yang sekaligus menjadi pasien terakhir ku juga ikut tersenyum riang lebih dari senyumku.

Aku segera menggantungkan seragam putih ku setelah pasien terakhir ku keluar dari ruangan. Mengambil ponsel dan tas, aku buru-buru keluar dari ruanganku. "Kau sudah selesai dok?" Tanya Annie yang hampir saja bertabrakan denganku.

"Ya. Shane menunggu ku. Dimana ayah?" Tanyaku seraya mengecek barang-barang yang ada di tas ku. Sekedar memastikan aku sudah memasukan ponsel dan dompet ku ke dalamnya.

"Dia di ruangannya. Bisa kau tanda tangani ini?" Aku segera menandatangani kertas yang dibawa oleh Annie tanpa membacanya terlebih dahulu.

Setelah urusan dengan Annie selesai, aku segera masuk ke ruangan ayah tanpa mengetuk pintu. "Abby, kau mengagetkan ku." Ucapnya nampak terkejut melihat kedatanganku.

"Maaf aku tidak mengetuknya, aku buru-buru ayah. Shane sudah menunggu ku." Ucapku meminta maaf setelah melihat ayah begitu terkejut. "Haruskah ku panggilkan taxi? Atau menelpon Fred supaya ia menjemput ayah? Aku tidak bisa mengantarkan ayah hari ini." Lanjutku merasa bersalah karena telah membuat janji tanpa memikirkan ayah terlebih dahulu.

"Pergilah. Ayah bisa pulang dengan siapa saja. Dan ingat, jangan tergoda rayuan lelaki." Balasnya dengan perubahan wajah yang cepat dari yang serius menjadi tersenyum lebar ketika melihatku memerah.

Aku mengangguk dan segera menciumnya sebelum meninggalkan ruangan kerjanya. Tak lupa aku berpamitan pada Annie juga sebelum keluar menuju tempat parkir.

Aku segera memasuki jalanan kota menuju tempat yang telah ditentukan oleh Shane. Malam ini ia mengajak ku makan malam yang katanya sangat spesial untuknya. Memang ini bukan makan malam pertama yang spesial yang ia siapkan untukku. Tapi tetap saja aku merasa selalu spesial ketika bersamanya.

Setelah beberapa menit perjalanan, sampailah aku di depan sebuah restoran yang tidak begitu besar. Tidak biasanya Shane mengajakku ketempat seperti ini. Maksudku bukan menyombongkan diri, hanya saja selama ini Shane selalu mengajakku ke restoran yang mewah. Yang hampir semua konsumennya mengenakan pakaian resmi dan semacamnya.

Aku segera mengambil ponsel di tasku dan mengetik nomor Shane. Belum sempat aku meletakan ponsel ditelinga ku, Shane sudah mengetuk kaca mobilku.

"Hey, siap untuk pergi?" Tanyanya ketika kaca mobil ku sudah terbuka setengah. Aku mengangguk sebelum ia membuka pintu mobilku dan menyuruhku keluar. "Masuklah. Kita tidak akan makan di restoran ini." Perintahnya, menyuruhku masuk kembali kedalam mobil. Melihat Shane yang sudah berada dibalik kemudi, aku segera masuk kembali kedalam mobil.

"Kita mau kemana?" Tanyaku tepat ketika ia sudah menancapkan gasnya. Shane hanya menatapku lalu tersenyum manis tanpa manjawabnya. Aku hanya membalas senyumannya tanpa memintanya menjelaskan apa maksud dari semua ini, kemana ia akan membawa ku pergi, dan sebagainya.

Diperjalan, kami banyak membicarakan tentang bagaimana hari ini untuk kami. Aku yang terus membicarakan tentang anak-anak kecil yang membawa hewan peliharaan mereka ke klinik. Shane yang menceritakan bagaimana ia harus mengurusi perusahaan besarnya.

Sebenarnya aku tidak banyak mengerti tentang bagaimana cara Shane bekerja. Ia adalah CEO sebuah perusahaan yang cukup terkenal di New York. Shane memang sering menjelaskan pekerjaannya tapi tetap saja otakku tidak bisa menangkap apa yang ia jelaskan padaku. Di satu sisi aku tidak mengerti tentang hal itu, dan di sisi lain aku sama sekali tidak peduli hal itu.

"Dan, kita sampai." Katanya seraya memberhentikan mobilnya.

"Chinatown? Kita akan makan disini?" Tanyaku begitu bersemangat.

STYLES 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang