Harry's POV
Ah sial! Berkali-kali aku mencoba berkonsentrasi dengan pekerjaan ku tapi hasilnya membuat ku begitu kesal. Memang wajar jika konsentrasi ku seperti ini. Sejak kemarin, sejak pertemuan ku dengan Abby, aku tak bisa sedetikpun tak memikirkannya. Selalu ada saja hal-hal tentangnya yang muncul dalam benakku.
"Kau mau secangkir kopi?" Aku menoleh kearah datangnya suara. Karen berdiri tepat di depanku dengan wajah yang terlihat sedikit khawatir.
"Ya." Jawabku.
Karen masuk ke dalam dapur dan beberapa menit kemudian ia keluar dengan membawa secangkir kopi. Ia meletakkannya di meja lalu memilih duduk di sofa sambil menghidupkan televisi.
"Bagaimana keadaan mu?" Tanyanya yang sedikit membuat ku merasa aneh. Maksud ku, aku tidak sakit atau merasa ada sesuatu yang aneh dalam diriku. "Dasar kau bodoh. Untung saja kau bukan anak ku, Harry." Lanjutnya, membuat ku mengurungkan niat ku untuk menyeruput kopi yang telah ia siapkan.
"Tunggu Karen, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau katakan." Ucapku.
"Kau pikir kau terlihat baik-baik saja setelah bertemu dengan gadis itu? Aku sudah lima tahun mengenal mu dan setidaknya aku mengerti bagaimana kau." Aku mulai sadar dan mengerti apa maksud Karen. Ya harus ku akui aku sedang tidak baik-baik saja. Bahkan hari ini kuputuskan untuk tidak pergi ke kantor.
Aku tidak bisa menyalahkan Abby karena telah membuat ku tidak baik-baik saja. Dia pantas membuat ku begini. Dan sampai saat ini, hanya dia dan masih dirinya yang pantas membuat ku terlihat seperti lelaki lemah. Tidak ada seorangpun yang bisa membuatku demikian. Membuatku linglung, membuat diriku terlihat seperti orang yang sudah menghabiskan 20 botol minuman keras dalam sehari. Walaupun kenyataannya aku hanya memberanikan diriku minum tiga botol semalam.
Tapi sesuatu membuatku gusar. Apa dia juga memikirkan ku seperti aku memikirkannya? Apa dia juga mengalami hal yang sama? Apa dia menangis semalaman karena pertemuan kita? Atau mungkin dia melupakannya begitu saja.
"Hello, kau tidak mendengarkan perkataan ku?" Kini entah bagaimana tiba-tiba Karen telah berada di sampingku dengan melambaikan tangannya di depan wajahku.
"Aku mendengar mu." Alasan ku.
Aku kembali mencoba memfokuskan diri kedalam pekerjaan ku. Meliburkan diri dari kantor bukan berarti membuatku lepas dari tugas-tugas ku. Masih ada beberapa berkas yang harus ku pelajari sebelum pertemuan ku dengan beberapa investor tiga hari lagi.
Mengenai hal itu, ini pertemuan besar ku. Jika gagal dalam pertemuan ini, maka setidaknya ada beberapa persen ancaman perusahaan baru yang akan aku dirikan mengalami kegagalan. Dan semoga Abby bisa mengerti hal ini dan mencoba menghilang dari pikiran ku beberapa hari saja.
"Karen, dimana Abigail?" Tanyaku setelah menyadari sejak tadi aku tak mendengar suaranya sama sekali.
"Oh Sam mengajaknya pergi ke taman. Katanya ingin mengajak Gayel menemaninya bermain dengan Leah." Aku hanya mengangguk mendengarkan penjelasan Karen. Sam memang sering mengajak Abigail keluar dibandingkan dengan aku. Ya aku tau, aku hampir tidak pernah sekalipun mengajaknya keluar. Kalaupun kami makan bersama atau semacamnya, itu adalah ajakan Karen atau Sam biasanya.
"Jadi kenapa kau menanyakannya?" Karen meletakkan omelet di sampingku dan menatapku seakan ia sangat ingin tau.
"Tidak ada. Hm hanya ingin uhh mencoba perhatian padanya." Apa yang aku lakukan? Aku berbicara seperti orang gagap. Dan tunggu, mencoba perhatian padanya? Sejak kapan kalimat itu melintas di otakku? Tak pernah sedikitpun aku ingin memperhatikan gadis kecil itu.