05

3.6K 359 103
                                    

"Ada yang bisa kubantu nona?" Tanya seorang wanita muda padaku.

"Ya aku membutuhkan buku anak-anak. Tentang hewan peliharan juga." Jawabku tak kalah ramah dari pegawai toko ini. Kini aku berada di toko buku yang tak jauh dari klinik tempat ku bekerja. Kufikir dengan mencari buku-buku yang menarik bisa membantu ku melupakan mimpi-mimpi ku itu, Harry dan juga masalah lainnya. Walaupun aku sadar buku tak akan membuatku melupakan mereka seutuhnya.

Aku mengikuti pegawai toko ini menuju buku yang ku maksud tadi. Ia menunjuk beberapa buku yang ia rekomendasikan untuk kubaca. Setelah ia meminta ijin untuk meninggalkan ku, barulah aku dengan leluasa memilih buku yang ku mau.

Kenapa buku anak kecil yang ku pilih? Karena aku menyukai anak kecil. Bahkan di klinik, ayah selalu mengarahkan anak kecil yang membawa peliharaan mereka untuk menemui ku. Ayah dan juga Annie bilang aku nampak bersemangat ketika berhadapan dengan anak kecil. Dan aku menyetujui ucapan mereka. Entah mengapa semua anak kecil terlihat begitu menggemaskan bagiku. Mereka lugu, terlihat manis dan lucu.

Ya tentu saja aku ingin memiliki anak sendiri. Aku ingin merawat anak ku sendiri. Tapi entahlah, masih terlalu banyak yang membuatku ragu. Salah satunya adalah hubunganku dengan Shane. Bukan aku tidak ingin menikah dengannya. Hanya saja kurasa semua orang di dunia ini tau bahwa aku mencintai pria lain. Ah sudahlah, hal ini tidak pantas di pikirkan di saat seperti ini.

Aku kembali fokus mencari beberapa buku tentang hewan peliharaan dan juga anak-anak. Sampai aku merasakan seseorang menarik-narik tas panjang ku yang membuatku kaget.

"Abby?" Panggilnya. Suaranya yang lembut dan lucu membuatku senang bertemu dengannya.

"Hai Abby." Balasku bersemangat karena bertemu dengannya lagi. "Sedang apa kau disini? Dimana ibu mu? Kau tidak kehilangan ibu mu lagi kan?" Tanyaku sedikit menggodanya. Ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya secara bersamaan.

"Aku senang bertemu dengan mu lagi." Ucapnya yang membuatku seratus persen gemas dengannya. Aku mencubit pipinya dengan gemas. "Kau sedang mencari buku apa?" Tanya.

"Ini. Dan kau sendiri?" Balasku bertanya.

"Buku mewarnai."

"Hei, mau ku traktir ice cream di depan sana?"

"Ya. Aku akan meminta izin pada Karen."

**

"Jadi, ceritakan tentang dirimu. Berapa umur mu? Siapa nama mu? Dan dimana kau tinggal?" Tanyaku setelah menemukan tempat duduk yang pas untuk kami berdua.

"Nama ku Abigail Rose. Umurku 6 tahun dan aku sudah bisa memasak pancake untuk ayah ku." Jawabnya dengan suaranya yang menggemaskan khas anak berumur enam tahun.

"Oh ya? Bahkan ketika aku berumur enam tahun aku tidak bisa memasak apapun untuk ibu dan ayahku." Balasku merendah. Dia tertawa memperlihatkan beberapa giginya yang ompong. "Jadi itu tadi ibu mu? Maksud ku Karen."

"Bibi Karen? Dia pengasuh ku. Ibu ku sudah meninggal dan kata ayah ia pantas untuk itu. Ibu pergi meninggalkan aku dan ayah." Wajahnya berubah menjadi sedih ketika ia bercerita semakin jauh tentang keluarganya. Aku tidak suka melihat anak sekecil dia sudah merasakan kebencian antara ayah dan ibunya. "Tapi aku tidak suka tinggal dengan ayah, aku lebih suka tinggal dengan kakek dan nenekku. Ayah selalu saja membentak ku." Lanjutnya dengan suara terisak. Tanpa perintah akupun langsung memeluk gadis kecil ini.

"Abby sudahlah jangan bersedih. Kau bisa tinggal denganku kapanpun kau mau. Akan ku ajak kau ke apartemen ku, kerumah ayah ku, bahkan ke klinik tempat ku bekerja agar kau tidak kesepian. Bagaimana?" Tawarku mencoba untuk menghiburnya. Ia menatap ku lalu mengangguk tanda setuju. "Baiklah gadis manis, habiskan ice cream mu selagi kita menunggu bibi Karen."

STYLES 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang