11

3.9K 292 17
                                    

Abby's POV (+18)

Aku terduduk lemas begitu Harry menutup pintu dari luar. Apa aku sedang bermimpi? Apa tadi aku benar-benar berciuman dengan Harry? Tolong jangan ada seorangpun yang mencubit ku. Kalau benar ini hanya mimpi, aku sungguh tidak ingin bangun dari tidur ku.

Ada perasaan begitu bahagia sehingga membuatku tak bisa menahan senyum lebar diwajah ku.

Aku segera berlari kecil kearah pintu ketika seseorang dari luar mengetuk pintunya. "Har--," Panggilku ketika pintu terbuka sebelum aku sampai.

"Oh kau menunggu seseorang?" Tanya ayah yang kubalas dengan gelengan. Ayah menatapku sedikit tak percaya lalu ia memilih untuk duduk dan memandangku sebelum akhirnya ia berdehem cukup keras. "Jadi ku dengar tadi ada keributan disini. Kau sedang bertengkar dengan Shane?" Tanyanya.

"Tidak. Ehm hanya teman lama ku." Jawabku sedikit tegang. Jujur saja ayah tidak akan suka jika aku bilang Harry yang datang kemari. Ayah sama seperti ibu, mereka tidak suka melihat Harry semenjak kejadian enam tahun lalu. Wajar saja jika mereka marah hingga tidak suka melihat Harry, orang tua mana yang akan diam saja melihat seorang pria memperlakukan anak mereka seperti barang yang mudah sekali di dapatkan.

Aku juga akan marah pada Harry jika pada saat itu posisiku adalah seorang ibu, bukan gadis yang ia tukar dengan ganja.

"Teman lama?" Ayah mengajukan pertanyaan lagi yang membuatku seakan diinterogasi oleh pihak berwenang.

"Ayah, dia hanya teman lama ku. Teman ehm teman ku saat kuliah dulu. Ya dia datang kemari untuk meminta maaf karena dulu kami sempat bertengkar. Dan aku sudah memaafkannya." Jelasku berusaha terlihat meyakinkan agar ayah tidak curiga padaku.

"Baiklah ayah percaya mu. Ayah akan pergi sekarang." Ucapnya lalu tersenyum seakan mencoba untuk percaya padaku. "Oh Abby, bagaimana tentang pindah rumah mu?" Tanyanya sekali lagi sebelum benar-benar pergi.

"Ya Shane mengurus semuanya. Kurasa dua hari lagi aku sudah bisa menempatinya. Setidaknya rumah itu dekat dengan klinik kan ayah." Jawabku.

"Ya terserah padamu saja. Aku sudah lelah menyuruh mu untuk menempati rumah pemberian ku. Baiklah aku akan pergi, kurasa nyonya Ali sudah menunggu ku." Kini ia berdiri dan benar-benar pergi meninggalkan ruangan ku.

Aku yang kini sendirian kembali memikirkan apa yang telah terjadi diantara aku dan Harry tadi.

Apakah ia benar-benar mencari ku? Aku memang selalu berharap ia akan mencari ku untuk meminta maaf padaku atau setidaknya hanya untuk tersenyum kepadaku. Tapi aku tidak pernah menyangka ia akan mencariku seperti itu.

Dan kini ia datang kembali, menuliskan pertanyaan untukku. Apakah ia benar mencintaiku? 

Apa yang akan terjadi jika saja pada saat itu aku mengatakan aku mau menjadi miliknya. Apakah aku masih akan bersama dengannya sampai saat ini. Ya walaupun masalah itu datang untuk menghancurkan kami.

Dan kurasa, perasaan cinta yang begitu besar dari diriku muncul lagi. Aku mencintainya, lagi.

Aku menghirup nafas lalu membuangnya secara perlahan. Aroma tubuh Harry seakan kembali tercium olehku. Aku memejamkan mataku mencoba mengingat wajah tampannya siang tadi.

Bagaimana caranya ia mendekat padaku hingga menghapus jarak diantara kami. Bagaimana cara dia memandang ku. Aku suka ketika ia mulai memelukku. Pelukannya menenangkan hampir sama dengan pelukan ibuku. Dan caranya mencium ku tadi, aku menyukai momen itu.

Ia menatapku dengan begitu intens, mendekatkan wajahnya secara perlahan seakan agar terkesan dramatis. Menempelkan bibirnya ke bibirku tanpa melakukan apapun yang lebih dari itu. Aku menyukainya. Klasik.

STYLES 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang