"Hai nama ku Abby, senang berkenalan dengan mu." Gadis kecil itu benjulurkan tanganny untuk bersalaman dengan ku. Ia memiliki mata biru yang indah, mengingatkan ku pada pria yang juga mempunyai mata hijau yang indah, Harry.
Ia menarik tanganku, mengajakku pergi ke sebuah tempat. Taman bermain? Pekikku dalam hati ketika gadis kecil ini membawa ku ke sebuah taman bermain. Aku kenal taman bermain ini. Di sinilah, di taman inilah aku sering menghabiskan waktu luang ku bersama pria itu waktu kami masih berumur enam tahunan.
Tiba-tiba aku melihat seorang gadis kecil lainnya sedang duduk di ayunan. Di belakangnya berdirilah laki-laki kecil yang terlihat juga berumur enam tahun sedang mendorong ayunan itu dengan hati-hati.
Pandanganku terpusat pada mereka berdua. Gadis kecil yang sedang tertawa begitu ceria. Gadis kecil itu memiliki warna rambut yang sama denganku, caranya tertawa dan tersenyum begitu mirip denganku. Dan laki-laki kecil itu, dia mirip dengan seseorang. Mata hijau yang indah.
Anak laki-laki itu memelankan dorongannya dan menatap ku. Membuatku terkejut ketika menatap keseluruhan wajahnya.
Tidak mungkin!! Ini tidak mungkin dia. Harry? Kau kah itu?
"Harry. Harry. Harry."
"Abby, bangunlah sayang. Abby,"
Aku terbangun ketika merasa seseorang menggoyangkan bahuku dengan cukup kasar. Aku menatap wajah pria yang balik menatapku dengan bingung. "Kau bermimpi buruk lagi?" Tanyanya.
Aku langsung memeluknya. "Aku merindukan mu." Ucapku dalam pelukannya. Aku mencoba mencium aroma badannya. Bukan! Ini bukan Harry! Ini bukanlah pria sialan yang sangat aku rindukan itu. Tanpa sadar aku sudah meremas baju pria yang kupeluk ini ketika menyadari ia bukanlah pria yang aku harapkan. Ada rasa sakit yang tak bisa ku jelaskan dalam diriku sekarang ini.
"Kau merindukan ku? Kau baik-baik saja Abby?" Tanyanya. Aku memandangnya ketika ia memaksa ku menatap ke dalam matanya.
"Maafkan aku Shane. Aku hanya mimpi buruk dan aku merindukan mu. Berapa kali mimpi buruk yang ku alami dan aku terbangun tanpa melihat mu. Aku hanya, aku hanya merindukan mu." Aku tau tak seharusnya aku berbohong pada Shane. Dan wajah Shane tentu saja mengisyaratkan keraguan.
"Maafkan aku selalu sibuk dengan pekerjaan ku. Kembalilah tidur Abby, aku akan menemani mu." Ucap Shane setelah mengecup keningku. Bisa kurasakan nada ketidak yakinan dalam suara Shane. Tapi Shane tetaplah Shane, dia tak pernah ambil pusing dalam masalah kecil seperti ini.
Dalam pelukan Shane, aku kembali terlelap.
Harry's POV
"Baiklah akan ku berikan berkas-berkas itu pada anda besok." Ucapku pada pria berumur kurang lebih 40an yang sedang berjabat tangan denganku ini.
"Tidak perlu tuan Styles. Asisten ku akan mengambilnya jam 10 pagi besok." Balasnya dengan yakin.
Aku segera keluar dari ruangan Mr. York setelah semua urusan ku dengannya selesai. Bergerak di bidang jasa berupa asuransi, tak membuat perusahaan ku terpuruk. Buktinya aku bisa melebarkan sayapku hingga ke Austin, Texas.
Aku segera masuk kedalam mobil yang telah di siapkan oleh asisten ku dan menuju hotel tempat ku menginap. Membuka ponsel, aku segera menghubungi Karen dengan panggilan video.
"Maaf mengganggu mu, apa kau sedang beristirahat?"
"Tak apa Harry, ini sudah jam lima pagi di New York. Bagaimana kabar mu di sana?"