Kehidupan Kelvin

18.4K 180 4
                                    

Ariana POV

Aku belum siap untuk bertemu dengannya. Aku masih muak melihat wajah sok polosnya, tapi jika dipikir-pikir lagi aku tidak pantas untuk menghakiminya, aku juga tidak punya hak untuk mengucilkannya. Sepertinya aku harus mendengarkan penjelasan kelvin dulu, baru aku bisa menghakiminya; ah, semakin aku berpikir semakin pusing kepalaku.

Akhirnya aku memutuskan untuk memejamkan mata dan menuju ke alam mimpiku.
.
.
.

Matahari semakin tinggi memijarkan terik cahayanya. Aku mulai terbangun saat alarm di HP-ku berdering membuat aku akhirnya terbangun juga.

Saat aku sedang mencoba untuk duduk di kepala ranjang, ada sebuah ketukkan yang membuatku semakin pusing.

Tok... Tok... Tok....

"Non... Non Ariana? Apakah Non sudah bangun?" Bi Tini ternyata yang mengetuk pintu

"Iya Bi udah, kenapa?" Jawabku di atas ranjang sambil memijat pelipisku karena pusing

"Non ditunggu di meja makan untuk sarapan bersama" ujar Bi Tini di balik pintu

"Ana masih pusing Bi, bawain makanan ke sini aja" ujarku

"baik Non"

Bi Tini pun sepertinya sudah turun ke bawah untuk mengambil sarapan. Saat ini aku masih memijit pelipisku yang semakin pusing, mungkin akibat aku terlalu banyak minum tadi malam.
.
.
.

Satu jam telah berlalu dan kini sudah menunjukkan pukul 08:00 pagi

"Kayanya sudah sepi, gue berharap Kelvin ga ada di rumah saat ini, karena kalau dia ada pasti bakal bikin gue makin pusing" ujarku dalam hati

Tok... Tok... Tok...

Suara pintu kembali diketuk oleh Bi Tini (sepertinya) untuk mengantar sarapanku (Kayanya).

"masuk Bi!" Ujarku, dan saat pintu terbuka aku menoleh, seketika aku kaget, karena yang datang membawakan aku sarapan adalah Kelvin, namun kekagetanku berubah menjadi datar saat Kelvin tersenyum kepadaku, itu membuat aku menjadi tidak berselera makan

"Na.. Gue bawain sarapan nih buat lo" ujar Kelvin sambil menaruh nampan yang berisi sarapan di meja samping  ranjangku

Aku tidak meladeni ucapan kelvin. Saat ini kelvin sudah duduk di sebelahku dan langsung memelukku dari samping, aku hanya diam saja, karena aku sudah lelah menghadapinya. Ketika dipelukannya aku rasa Kelvin mulai menangis, hal ini terasa saat aku merasa bajuku basah.

"Na.."

"..."

"Ana"

"..."

"ARIANA!!!"

Kelvin berteriak padaku dan kini dia sudah menegakkan kepalanya menghadap kepadaku dengan wajah yang sudah penuh dengan air mata serta sudah berwarna merah padam.

"Apa vin?" Ujarku setenang mungkin, kali ini aku sudah siap mendengar cerita Kelvin, meskipun itu menyakitkan

"Na, gue mohon lo dengerin gue..." ujar Kelvin menggenggam tanganku

"Vin gue ga mau lo jelasin hal yang terjadi kemarin, tapi gue mau dengerin kenapa lo bisa kaya gini!" Ujarku dingin dan menatap kosong ke depan dengan pikiran yang kosong juga

Free Sex [Andrea & Kelvin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang