8-The day

163 13 3
                                    

Sebelumnya budayakan vote untuk menghargai penulis😁

Special part zevana point of view, enjoyy!

Zevana pov

Aku terdiam, banyak tumpukan buku di depanku. Sudah dua hari ini aku banyak menghabiskan waktuku di perpustakaan sekolah. Kadang hingga sampai petang aku baru pulang, aku juga tidak bekerja di resto dua hari ini. Itu karena alasan sakit yg ku sampaikan pada mbak Reni. Resto?

Memori ingatan ku mengulang kejadian dimana laki-laki menyebalkan yg ternyata adalah bosku itu menyampaikan perjanjian konyolnya. Perjanjian tidak masuk akal yg sampai hari ini belum aku setujui, bagaimana bisa aku menjadi tunangan sewaannya? Memangnya tidak ada yg lain?

Dasar orang kaya gila!

Sedikit bosan, akhirnya ku putuskan untuk pulang di jam empat ini. Sasya mengatakan jika ia berjanji menemuiku di kedai depan sekolah.

Kaki jenjang ku memasuki kedai yg terletak di depan sekolahku, aku sengaja memesan jus mangga kesukaan ku dan duduk di luar memandang langit sore yg tampak cantik.

Yah, memandang langit merupakan hal yg membuatku tenang, ketenangan langit tidak ada apa-apanya dibanding dgn ketenangan apapun di dunia ini. Bagiku, langit mengajari segalanya dalam hidup.

Aku menyeruput jus manggaku, kepingan memori mengingatkan ku pada keluargaku yg entah harus ku sebut apa? Dulu kami, aku, ayah, ibu, Bang Obiet, Rangga dan Bayu senang sekali bertamasya di alam terbuka dgn tidur di rerumputan.

Memandang langit dgn puas, memandang langit dgn serakah seakan besok langit sudah menghilang. Ah, tapi semua itu hanya kepingan masa lalu yg sama sekali tak bernilai apapun.

"hei Nona jus mangga.." ucap seseorg, yg ternyata adalah Sasya.

"lama lu nyet!"

"macet tadi babe, sory deh!"

Aku memutar bola mataku, tak berniat membalas ucapan Sasya, ku pandangi lagi langit sore yg mulai memudar. Berganti warna menjadi oranye, cantik!

Sungguh ciptaan tuhan yg paling ku kagumi ini cantik. Aku tersenyum sembari menyeruput jus mangga ku.

"hay.."

ku dengar seseorg tengah menyapa kami, aku dan Sasya. Namun posisiku masih sama, menghadap ke langit.

"jus alpukatnya abis jadi gue pesenin lemon tea" ucap seseorg itu.

"nggak papa kok"

Tunggu dulu, mengapa rasanya aku begitu familiar dgn pria dari pemilik suara itu?. Aku memutar wajahku ke arah laki-laki itu, mataku membola sempurna melihatnya yg duduk persis berhadapan dgn ku yg hanya di pisahkan oleh meja di tengah-tengah kami.

"Ray!" pekik ku spontan, masih dgn ekspresi kagetku.

Ia tersenyum, laki-laki itu tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya yg rapi. Wajahnya yg sekarang jauh lebih dewasa, walaupun dulu laki-laki ini begitu imut hingga banyak org yg menyangka jika Ray perempuan.

Itu juga karena rambut gondrongnya, serta poni dora miliknya dulu. Hey! Aku bahkan masih hafal diluar kepala bagaimana Ray dulu, dan sekarang laki-laki yg ada di hadapan ku sungguh berbanding terbalik dgn Ray si usil dulu.

Dulu, kami adalah teman se-bimbingan. Sewaktu SD aku sempat ikut khursus gitar, dan Ray khursus drum. Disitulah kami mulai kenal dan akrab tapi semua berubah ketika ia-

"bengong? Segitunya yah pesona gue" ucapnya mengibas-ngibaskan tangannya di hadapanku, sedangkan Sasya terkikik melihatnya.

"apaan? Ih pede deh lu, lu beneran Ray Prasetya?" jawab ku antusias, ku lihat Ray tersenyum -lagi- lalu mengacak rambutku gemas.

Story Of SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang