16-first you

133 8 1
                                    

Arbani.. Arbani..

Arbani bilang, budayakan vote and comen yah.

Cekidot.

Hubungan serius bukan soal kapan di tembak, kapan jadian dan kapan putus. Tapi lebih dari itu, cinta berdampingan dengan kecewa. Dia ada karna air mata bahagia dan air mata kecewa.

**
Sejak kejadian dimana Zevana di celakai oleh Zulfa, Arbani menyuruh pihak sekolah untuk memantau setiap Zulfa berkunjung ke sekolah dengan alasan apapun. Laki-laki itu mencoba berpikir realistis karena tidak mau di salahkan atas hal gila lainnya yang akan di lakukan Zulfa kedepan.

Zevana duduk manis di bangkunya, beberapa anak di kelasnya memandangnya penuh selidik. Perban di kepala Zevana mungkin sudah di lepas, tapi cerita tentang penyerangan Zulfa pastilah akan selalu menjadi bahan gosip berhari-hari ke depan.

Biarlah, lagi pula Zevana hanya mempunyai dua tangan. Dan itu tidak akan cukup untuk menyumpal mulut-mulut yang berkata menyimpang tentangnya. Jadi, Zevana memilih menggunakan kedua tangannya itu untuk menutup telinganya. Malas mendengar apa yang mereka bicarakan tentangnya.

Salsa memasuki kelas dengan menghentak-hentakan kakinya, matanya melebar begitu melihat Zevana duduk di kursi sebelahnya.

Sahabatnya itu sudah tiga hari tidak masuk sekolah, semenjak insiden mengerikan di rooftop tempo hari.

Dengan cepat Salsa menghampiri Zevana yang tengah melamun menatap keluar jendela.

"Zeze, lu udah sembuh?"

"Hei, oneng. Udah,"

"Ish, lu bikin gue khawatir aja sih. Nggak cumak khawatir tapi ngenvy di waktu yang bersamaan tau nggak,?"

"Yaelah si Sasha, lu pingin di jambak sama Zulfa juga?"

Salsa tersenyum lebar lalu menganggukan kepalanya tiga kali, "kalo itu bikin gue di gendong kak Bani dari lantai lima sampek parkiran, gue jabanin kok"

Zevana melongo, bukan karena Salsa yang mencalonkan diri ingin di-- apa Salsa bilang tadi? Zevana di gendong Arbani?

Apa?!

"A-apa? Pantesan banyak yang bisik-bisik gitu pas gue lewat,"

"Kak Bani nggak cerita kalo dia gedong lu Ze,?"

Zevana menggeleng.

"Gila yah, lu bisa dapetin cowok kayak kak Bani. Gila sumpah gila, nih yah dia yang terkenal prince ice pas tau lu pingsan di rooftop langsung berubah jadi dream knight tau nggak,"

"Yak elah, drama banget cerita lu Sha,"

Salsa memberengut, "parah pokoknya gue harus tau apa rahasia lu sama kak Bani,"

Zevana mendadak diam tak bergeming, "r-rahasia a-apaan?"

Apa Salsa tau mengenai perjanjiannya dengan Arbani?

"Rahasia lu bisa naklukin kak Bani lah Ze, pura-pura bego lu!"

Zevana bernafas lega, "oh, i-itu. Gue kira apaan?"

"Emang lu beneran ada rahasia sama kak Bani?"

**
"Saya salut sekali dengan keuletan yang anda miliki pak, di umur yang bisa di bilang sangat muda ini ada sudah memiliki perusahaan sebesar ini," laki-laki bertubuh gemuk dengan mata sipit itu tertawa sumbang sebagai pelengkap percakapan.

"Terima kasih pak, bagaimanapun juga saya masih belajar untuk menjadi pembisnis yang baik dan berpengalaman,"

Laki-laki bertubuh gemuk itu mengangguk-anggukan kepalanya, "anda memang terlihat seperti pak Tama waktu masih muda, dan sekarang ia punya banyak hal"

Story Of SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang