Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku hingga membuat kau percaya
-selamanya cinta
**
Arbani menatap layar ponselnya yang masih menampilkan obrolannya bersama Zevana. Gadis itu mengerutu hanya karna Salsa tidak mau diajak makan gado-gado kesukaannya.Arbani tersenyum, senyum yang penuh makna. Ia bahkan tidak tau kalau sejak kapan ia menjadi murah senyum.
Laki-laki berkacamata hitam tampak membolak-balik kertas yang ada di tangannya. Sesekali keningnya berkerut karena menelaah maksud dari setiap kata dalam kertas tersebut. Bibirnya dengan pelan bergumam hal yang tidak jelas tapi ia tau maksudnya.
Dicarinya bulpoin yang selalu bertengger manis di saku kemejanya, dengan gesit tangannya mencoret beberapa kali kertas tersebut hingga sebuah decakan lolos dari bibirnya. Laki-laki itu menatap bos sekaligus kawannya yang tampak asik mengamati layar handphone-nya.
Kening laki-laki itu berkerut, tangannya dengan pelan menyentuh dagunya. Detik kemudian menggelengkan kepalanya dengan gerakan pelan.
"Oh, bagus yah lo. Nggak pernah dateng ke kantor sekalinya dateng malah senyum-senyum gak jelas?" timpalnya, melempar bulpoin di tangan kanannya ke arah sahabatnya yang duduk di kursi kerjanya.
Orang yang ia lempar bulpoin mendongak, menatapnya garang. Namun buru-buru ia abaikan, dengan cepat laki-laki itu bangkit dari soffa dan berjalan ke arah sahabatnya.
"Apa melotot-melotot? Nih urusin proposal," laki-laki berkacamata itu melempar dua map berwarna merah dan kuning. Tampak coretan bulpoin dimana-mana.
"Apaan sih lu Yel,?"
Gabriel terkekeh, "untung lu bos gue,"
Arbani melotot, bagaimana bisa orang kepercayaannya itu berbicara seperti tidak sopan dengannya?
"Halah, kebanyakan narasi lu. Nih gue jelasin, lu mesti ke Jogja ngecek sorum mobil kita yang ada disana deh kayaknya Ban." Gabriel memandang Arbani yang mulai merubah ekspresinya menjadi serius. "Nih, coba lu periksa anggaran dana yang masuk dan keluar. Kayak ada yang aneh nggak sih?" Gabriel menunjuk tulisan anggaran dana menggunakan bulpoin baru miliknya.
Arbani menatap rincahan angka yang tertera pada tabel anggaran dana, dimana terdapat uang yang masuk ke sorum mobilnya dan uang yang keluar. Keningnya makin berkerut ketika ia mendapati jumlah pendapatan yang masuk tidak sepadan dengan anggaran yang keluar serta saldo yang harusnya ia miliki.
"Ini kenapa bisa begini?" tanyanya.
"Lah kalo gue tau kan nggak bakal nyaranin lu buat ngechek kesana."
Arbani menganggukan kepalanya, "kayaknya emang harus di chek ke lapangan deh Yel,"
"Ya emang, tapi gue nggak bisa"
"Kenapa?"
"Lu tau kan bro kalo gue lagi mengajukan proposal skripsi? Gue mesti banyak bimbingan,"
"Lah menurut lu?"
"Kalo kita nyuruh orang buat turun ke lapangan, gue nggak jamin juga keakuratan data yang kita peroleh. Yah lu mau nggak mau harus langsung kesana, Ban"
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Sky
RomanceDidedikasikan untukmu yang abai, untukmu yang tidak ingin membahas perasaanmu sendiri. Tentang langit yang menjadi background seluruh ceritamu. Dan juga tentang bentuk darimu. Dan segala hal tentangmu.