25-Sastik vs Basket

106 8 3
                                    

Sejauh apapun kamu pergi kalau tuhan bilang 'kita ketemu' kamu bisa apa?
**

Bola basket mengelinding perlahan ke pinggir lapangan, gadis berseragam olahraga biru muda itu tidak ingin menyerah pada lebarnya diameter ring basket.

Ia mengelap keringat didahinya kasar. Mengabaikan sinar matahari yang tepat berada diatas kepalanya, tidak mengubris teman-temannya yang bahkan sudah bubar lima belas menit yang lalu.

"Zeze, lu mau sampek lebaran kutu disini? Bentar lagi masuk oneng," Salsa mengipaskan tangannya ke udara. Meskipun gadis itu duduk dibawah pohon sekalipun, cuaca panas kota Jakarta memang seperti monster hingga membuatnya kegerahan, terlebih usai pelajaran olahraga.

"Bentaran doang Sha, nanggung. Lagian minggu depan udah test," gadis itu masih mencoba melompat, memasukan bola basket warna jingga kedalam ring yang lagi-lagi meleset.

"Tiap lima menit gue nanya, jawaban lu gitu terus dih,"

"Duluan aja kalo mau ke kantin,"

"Ogah, udah ayok buruan. Keburu belang kayak zebra lu,"

Zevana berjongkok dengan nafas terputus-putus, menatap bola basket ke dua puluhnya yang memantul dilantai lapangan. Dua puluh kali gadis itu mencoba menaklukan permainan bola besar ini. Namun hasilnya nihil, bahkan membuatnya frustasi sementara minggu depan ia harus menjalani test penilaian untuk ujian praktik.

"Sumpah yah, pengen gue rujak nih bola," ucapnya berapi-api, berjalan ke atah Salsa. Keduanya lalu menuju loker untuk berganti pakaian.

"Kak Bani bukannya jago basket yah,?"

Zevana mengangkat bahunya acuh, segera mengganti seragam olahraganya menjadi seragam batik sekolahnya yang berwarna coklat.

"Minta ajarin aja, so sweet tau kalo diajarin,"

Zevana terkekeh, "nggak penting, mana mau dia ngajarin. Udah ah, buruan ganti. Laper nih gue,"

"Ih, kan belum lu coba," Salsa memberengut, "lagian siapa suruh lu pakek mau naklukin ring basket segala,"

**
Zevana dan Salsa berjalan pelan kearah kerumunan siswa yang berdiri di depan mading dekat kantin. Keduanya baru saja dari arah kantin dan tertarik menatap mading yang hari ini ramai.

"Apan nih?" Zevana lebih dulu menyela diantara kerumunan, menarik Salsa untuk ikut mendekat.

"Penggumuman Pengisi Pensi Kelulusan,"

"Lah, cepet amat. Bukannya masih sebulan lagi," Zevana berdecak.

Salsa sibuk mencari namanya diantara deretan nama siswa lainnya. Hingga ia menemukan namanya yang berada di deretan club teater. "Gue masuk teater, Ze,"

"Bagus dong, hidup lu kan drama banget,"

Salsa memutar bola matanya, menatap lagi nama-nama siswa di papan penggumuman, "nih," ia menunjuk sesuatu dengan telunjuknya, "Zevana Arga, sastik,"

Zevana melotot, ia kembali melihat namanya yang memang tertulis di deretan club sastik, "mabok kali nih yang nulis,"

Story Of SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang