12. The Date

11.9K 873 16
                                    

Sacha pov
"Gak apa nih nonton horror?" Tanya gue ke Clarissa.

"Iya gak apa, saya suka kok" Jawabnya. Dia milih nonton Sinister 2 which is film horror dan setau gue dia takut banget kemaren pas nonton horror.

"Okeh, tapi kalo kamu ketakutan ga nanggung ya hehe" Goda gue sambil menyerahkan uang ke mbak petugas tiket.

"Mau ngemil apa?" Tanya Clarissa ketika kami melangkah menjauhi antrian tiket.

"Hmm saya kenyang, minum aja deh" Kata gue sambil merogoh tas gue untuk mengambil dompet.

"Eits, kakak udah bayarin nonton, awas aja kalo berani bayarin cemilan, saya aja yang beliin, tunggu disini, jangan kemana-mana!" Ancam Clarissa kepada gue. Ya mau ga mau gue nurut deh. Ini anak SMA emang agak tinggi harga dirinya.

Gue hanya bisa memperhatikan dia dari belakang saat pergi ke counter snack and beverages. Dari belakang aja udah cantik. Apalagi dari depan. Saat sudah menerima pesanannya dia pun membalikkan badan dan berjalan menuju gue.

"Yuk masuk" Katanya lalu menggandeng tangan gue. Kami berjalan menuju studio 2 dimana film yang akan kami tonton di putar.

Kami duduk dibangku penonton deretan agak belakang. Padahal weekend tapi studio ini tidak terlalu penuh. Tapi yah bagus lah kalo ga terlalu rame. Gue duduk di sampingan sambil senyum - senyum menyeringai ke arahnya. Kebayang deh gimana ntar dia bakal panik meluk gue hehehehe...

Clarissa pov
Entah kenapa dia daritadi senyum-senyum licik melulu. Tapi senyum liciknya gue abaikan. Film pun mulai di putar. Gue merapatkan duduk ke arahnya. Selain agak takut, studionya agak dingin juga karna penonton tidak sepenh weekend pada umumnya. Atau jangan-jangan ini film serem banget ya?

"Ihhh" Gue terpekik tertahan ketika adegan mengagetkan ala film horor pada umumnya membuat jantung gue hampir copot.

"Hehehe" Gue denger dia terkekeh di sebelah gue.

"Hih nyebelin" Dengus gue kesel.

"Yee malah kesel, udah kalo takut sembunyi aja sini di belakang saya" Tukasnya dengan ekspresi meremehkan.

"Gak takut kok yee, cuman kaget doang" Jawab gue manyun.

"Iya jangan takut ini film ga serem-serem amat kok, alurnya mudah ditebak, bisa diprediksi kapan setannya bakal kelu... AAAAAARRRRRGHHHHHHH" Tiba-tiba Kak Sacha berteriak menggelegar sampe-sampe gue terlonjak kaget karna adegan serem dalam film ini tidak terprediksi seperti katanya dan baru saja kemunculan setannya ngagetin dia.

"Eh kenapa kak? Kok kaget? Tadi katanya mudah ditebak? HAHAHAHHAHAHAHA" Gue gak tahan ngetawain dia yang masang wajah kesel banget habis ketipu setan sinister.

"Saya pura-pura kaget aja kok biar kamu ga tegang-tegang amat" Kak Sacha ngeles udah kayak bajaj.

"Hahahahahahahahahaha iya deh iya percaya saya" Kata gue sambil mengelap air mata yang keluar saking gelinya gue tertawa.

"Hush berisik lanjut nonton sana" Tukasnya jutek.

Film ini jadi terasa tidak terlalu seram sejak adegan dia teriak tadi. Tiap adegan tegang gitu gue malah geli inget teriak tadi. Dan dia jadi masang muka datar sepanjang film ini berlangsung. Tiap ada adegan serem dia malah bete menatap si setan yang muncul di layar bioskop. Setelah sekitar kurang lebih dua jam kami menonton, filmnya pun kelar. Gue siap-siap beranjak dari bangku gue ketika film baru saja berakhir. Ketika gue baru berdiri gue merasakan tepukan di bokong gue.

"Apasih genit ah nepok-nepok" Sungut gue ketika menoleh.

"Kamu mau main ninggalin aja, yang deket cuma pantat kamu, masa iya saya mau nyeleding kaki kamu?" Jawabnya ngeles lagi. Ini orang jago banget ngelesnya.

"Filmnya udah kelar, ayok keluar" Ajak gue kali ini.

"Ayok, eh udah jam segini, kamu udah laper lagi belom?" Tanya Kak Sacha. Gue melirik jam tangan gue. Udah pukul 5 sore.

"Hmm lumayan sih, kakak mau makan gak?" Tanya gue.

"Iya nih dah laper lagi, kita makan burger yuk, ga berasa tadi makan sushi gitu geli-geli doang di perut" Katanya sambil mengelus perutnya.

"Hahaha okedeh yuk makan burger" Gue menggandeng tangannya dengan ke-sok-imutan gue.

"Hmm sok manis kamu" Katanya mencubit gemas pipi gue membuat gue agak tersipu.

Kami berjalan bergandengan menuju restoran cepat saji yang menghidangkan burger sebagai menu utamanya. Restoran tersebut berada di lantai bawah jadi agak jauh juga sih jalannya. Tapi kalo jalan gandengan sama dia, jangankan cuman sampe lantai bawah, sampai neraka pun gue rela. Sesampainya kami di restoran cepat saji tersebut, sebagai guru sejati dia kembali memberikan perintah ke gue.

"Cari tempat duduk, saya pesen, kamu mau apa?" Tanyanya sambil memerintah, as usual.

"Cheese burger sama coke aja, duduk di pojokan situ aja ya?" Kata Gue.

"Oke buruan sana, ntar di ambil orang, saya ngantri dulu" Katanya melangkah menuju antrian.

Gue menunggu dia ngantri sambil memperhatikannya, pacar gue yang kece. Entah apa yang membuat gue sangat tertarik ke dia. Auranya enak aja gitu. Gue merasa klop sama dia. Gue suka semua yang ada di dia. Cara ketawanya, cara dia ngeledek gue, kulit tanned-nya yang menjadikan dia mirip indian (untuk urusan kulit setelah gue perhatiin di foto yang ada di rumahnya sebelumnya dia berkulit kuning langsat, mungkin dia agak eksotis setelah dia rajin bermain bola dan FYI aja dia ga item gosong yah, dia kemerahan gitu warnanya), mata cerahnya dan bibir penuhnya yang menjadikan dia terlihat cocok jadi model iklan lipstik. Intinya dia ini cewek hot, mungkin karna rajin olahraga bentuknya jadi bagus walaupun dia ga setinggi gue dia cukup porposional deh. Dan yang paling mencolok adalah hidung mancungnya yang agak diatas rata-rata orang indonesia pada umumnya.

"Ngelamun aja lo ntar kesambet loh" Sebuah suara mengagetkan gue. Pemilik suara itu adalah Tia si tukang gosip abad ini yang kelasnya sebelahan sama kelas gue.

"Eh Ti sama siapa?" Kata Gue berbasa-basi.

"Sama temen gue, lo sama siapa?" Tanya Tia balik.

"Sama saya" Kak Sacha tiba-tiba muncul menjawabkan pertanyaan Tia.

"Eh lok kok?" Tia tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Gue juga jadi bingung mau jawab apa. Masa iya gue bilang Kak Sacha pacar baru gue dan ini kencan pertama kami.

"Dia ini sepupu jauh saya" Kata Kak Sacha merangkul gue dengan ekspresi ke-kakak-sepupu-an yang berlebihan.

"Ooooh pantesan" Tia manggut-manggut.

"Kamu udah pesen?" Tanya Kak Sacha ke Tia.

"Eh iya, tadi di pesenin temen, saya balik ke meja saya dulu ya, selamat makan" Tia pamit kepada kami lalu pergi ke mejanya.

"Hmm sepupu yah" Gumam gue menatap dia sinis.

"Tadi saya mau bilang calon istri, takutnya dia semaput kan kita yang susah" Katanya dengan cuek.

"Hehehe bisa aja ih kakak, iya lagian dia penggosip kak bahaya kalo tau" Tambah Gue.

"Nah yaudah kan bagus gitu, ayok di makan burgernya, abis ini kita pulang, besok kan udah sekoah ga boleh pulang malem-malem" Cerocosnya lalu menggigit burgernya.

Hmm, jadi ini yah kencan pertama kami? Habis ini apa lagi yah?

To be continued

Swagger TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang