25. Few Years Ago

10K 673 100
                                    

Febian pov
Sial banget gue harus terpaksa ikut pindah kota ke kota di Kalimantan yang sebelumnya bahkan gue ga tau kalo kota ini ibukotanya. Gue taunya di kalimantan timur ya Balikpapan, eh kampret gue ga pindah ke Balikpapan deng, gue pindah ke Samarinda yang katanya sih ibukota tapi kok gue kudu terbang dari pulau Jawa ke Kalimantan Timur mendarat di Balikpapan dan menempuh perjalanan darat selama beberapa jam buat ke Samarinda.

Gue udah ngambek dua mingguan, tapi tetep gue harus ikut pindah ke Samarinda. Malah ade gue yang notabene lebih kecil dari gue lebih di percaya buat stay di Bandung bersama nenek gue. Well nenek gue kayaknya emang kurang suka sama gue, entah apa alasannya.

Hari ini hari pertama turun sekolah yang bertepatan dengan hari orientasi yang ga mutu banget menurut gue. Apaan perkenalan kok di ribetin, bawa ini lah, bawa itu lah, betein. Kami belum di kelompokkan berdasarkan kelas, tapi berdasarkan gugus yang namanya aneh-aneh. Gue masuk gugus 4, Kaladium. Katanya sih ntar kelasnya di acak lagi setelah orientasi.

Semua siswa baru disuruh berkumpul di Masjid yang kayaknya juga berfungsi untuk tempat ngumpul kalo ada acara besar kayak sekarang ini. Jadi, siswa baru dari gugus 1 sampe gugus 8 yang tadi udah gue bilang namanya aneh-aneh itu ngumpul dengerin berbagai macam pengarahan dari anak osis dan guru. Seperti yang gue duga, ini acara membetekan banget. Terlebih gue ga kenal siapa-siapa disini. Sebenernya daritadi gue menerima sinyal pertemanan dari beberapa cewek yang kayaknya menempati kasta teratas di sini. Tapi sorry, gue males liat muka mereka yang sok ngartis, sok cakep, padahal kemana-mana juga cakepan gue.

Akhirnya kami di persilahkan kembali ke kelas di mana gugus kami masing-masing di tempatkan, dengan mager gue keluar dari masjid dan sepatu gue jaaaaauuuuh banget migrasinya di pojokan masjid. Shit, itu kan sepatu mahal, apaan sih anak sini katro banget sepatu mahal gitu di biarin ketendang-tendang jauh. Sebaiknya gue mempergunakan pesona gue untuk memperbudak seseorang buat ngambilin sepatu gue.

Gue mengedarkan pandangan mata mencari mangsa yang bakal jadi suruhan gue. Seorang cowok menatap gue dengan tatapan mupeng, eeuhh males deh. Mending nyuruh cewek yang bisa gue manfaatin dan bakal pura-pura gue jadiin best friend. Nah ini ada cewek lumayan imut dengan cuek memasang sepatunya dekat pilar masjid. Gue menghampiri cewek yang udah kelar make sepatu itu.

"Hai" Sapa gue sok ramah, dia menoleh sejenak dan menatap gue.

"Hai" Balasnya lalu beranjak meninggalkan gue.

KOK BISA! Baru kali ini gue negor orang, doi cuma negor balik tanpa terpana melihat gue. Parahnya kali ini orangnya langsung pergi seolah tampang gue cuma selevel dengan pelawak garing yang tidak terlalu diminatinya. Brengsek tu orang. Bener-bener bikin gue dendam. Dia ga tau apa, cewek-cewek yang lebih gaul daripada dia aja setengah mati mau temenan sama gue, dia bisa-bisanya nyuekin gue! Gue berusaha sok cool dan menghampiri cowok culun yang duduk di pinggir masjid.

"Hai, lo bisa ambilin sepatu gue gak? yang di ujung sana itu" Tanya gue sambil menunjuk keberadaan sepatu gue.

"Eh iya bisa-bisa" Si cowok culun lalu tergopoh-gopoh mengambilkan sepatu gue.

"Thanks ya" Kata gue ketika ia meletakkan sepatu gue di depan gue.

"Sama-sama bi" Jawab si cowok culun.

"Lo kok tau nama gue?" Tanya gue heran perasaan gue belum ada kenalan sama siapa pun.

"Ah lo masa ga tau, anak -anak sini pada ngomongin lo. Katanya ada pindahan cantik dari Bandung. Terus sekarang tiba-tiba semuanya udah tau aja soal lo" Jelas si culun.

"Woo gitu, terus itu siapa?" Tanya gue menunjuk si cewek kampret yang tadi nyuekin gue.

"Gak tau juga, dia bukan dari SMP sebelah. Disini yang saling mengenal yah yang dari SMP sebelah. Kalo ga salah dia anak gugus 7, Adenium." Ujar si culun bagai mbah google buat gue.

Swagger TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang