34. Lucky?

7.8K 644 112
                                    

Clarissa pov
"Kata Sacha kalo dateng langsung masuk aja tunjukkin tiket ini" Kata gue ke Nora saat kami keluar dari mobil.

"Masuk lewat sini kali yah" Kata Nora menunjuk pintu masuk yang ramai dengan antrian.

"Iya kayaknya yang itu, yuk kesana ntar telat" Ajak gue, baru kami melangkahkan kaki seorang pria berpakaian rapi muncul di hadapan kami.

"Permisi, maaf apakah kalian Clarissa dan Nora?" Kata pria tersebut dengan sopan.

"Iya bener, ada apa ya?" Tanya Nora menyengitkan dahi.

"Nona berdua sudah di tunggu oleh nona Febian di sana, mari saya antar" Pria itu membungkukkan badan seperti memberi hormat dan menunjukkan kami jalan.

Kami mengikuti langkah pria itu menuntun kami lewat jalan yang ternyata langsung menuju VVIP. Disana Febian dan Shasenka sudah menunggu kami. Seakan tidak cukup duduk di VVIP, beberapa orang Febian yang berjaga di sekitarnya menyiapkan kipas angin yang menyemburkan uap2 air kecil yang terlihat menyejukkan.

"Gila adem bener disini ga kayak di luar tadi" Kata Nora begitu sampai di tempat duduknya.

"Ini nih anak manja ngeluh kepanasan daripada dia pingsan gue minta kipas deh" Jawab Febian menunjuk Shasenka.

"Yaa yaa terserah deh yang penting gue adem" Sahut Shasenka rileks.

"Udah mau mulai yah?" Tanya gue melihat lapangan hijau luas yang di masuki pemain dari kedua tim sembari diiringi lagu yang biasa gue denger kalo main game bola di playstation.

"Iya nih anthemnya udah diputer, bentar lagi kick off kok" Jelas Shasenka.

"Is she good?" Tanya Nora.

"Gue pernah diem-diem nonton dia pas ada turnamen di Senayan 2 tahun lalu, lumayan sih" Jawab Febian.

"Gue ga pernah nonton langsung kayak sekarang sih, tapi gue liat di youtube not bad lah" Ujar Shasenka.

"Dia apaan? Penyerang?" Tanya Nora.

"Attacking Midfielder" Sahut Febian.

"Apaan tu attacking midfielder?" Tanya gue ga ngerti, jujur masalah gini gue ga paham banget.

"Gelandang penyerang, jadi dia yang ngatur pola serangannya" Jelas Febian.

"Jadi dia tugasnya ngasih umpan jitu ke penyerang dan bantu nyerang" Lanjut Shasenka.

Gue memperhatikan Sacha yang berlari mengambil posisi setelah peluit tanda pertandingan di mulai berbunyi. Gue ga ngerti memang soal bola, tapi menurut gue Sacha adalah tipe pemain yang ngotot banget. Gue jadi khawatir dia bakal kenapa-kenapa ngeliat dia sebegitu berjuangnya merebut atau mempertahankan bola.

"Argh lambat sih temennya" Gerutu Shasenka saat umpan yang diberikan Sacha untuk strikernya ga bisa di terima sama strikernya. Si striker menyatukan kedua telapak tangannya membuat isyarat maaf yang di tanggapi dengan acungan jempol oleh Sacha.

"Yaaah sayang banget offside padahal udah bagus" Guman Febian kecewa ketika salah satu pemain tim Sacha melakukan pelanggaran menurut hakim garis.

"Lo suka bola?" Tanya Shasenka ke Febian.

"Lumayan, gue suka aja nonton bola" Jawab Febian dengan pandangan masih fokus ke lapangan.

"Hmmmmm" Guman Shasenka sambil memandang Febian.

"Ga sopan kali ngeliatin orang kayak gitu" Protes Febian tanpa mengalihkan fokusnya dari lapangan bola.

"Sorry, abis lo cewek kekinian banget gitu, ga nyangka aja gue" Jawab Shasenka.

Swagger TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang