42. Happy Meal

8.6K 659 95
                                    

Clarissa pov
Sacha bilang malem ini kami diajak sama Arvin dan bosnya buat makan malam yang dia bilang buat merayakan kerjasama perusahaan Arvin sama dia. Jadi, gue berdandan dengan manisnya dan memakai dress yang gue padukan dengan kardigan. Terdengar ketukan di pintu depan rumah gue. Pasti itu dia.

"Wow kamu cantik, rapi, anggun..." Itu hal yang pertama kali diucapkan Sacha saat gue membuka pintu.

"Hah?" Sahut gue bingung dan agak malu mendengar kata-katanya barusan.

"Kamu mau kemana pake dress gitu?" Kali ini dia ngomong dengan ekspresi ngeledek, cepet banget berubah pendapat.

"Kamu juga mau kemana pake baju kayak tukang sulap gitu?" Tanya gue menunjuk dia yang menggunakan kemeja item, jeans item, sweater tipis item.

"Kalo aku pesulap sih aku bakal sulap kamu biar rada pinter dikit" Balasnya ngeledek.

"Ih nyebelin" Sahut gue manyun.

"Uuuh makin maju aja tuh bibir, yuk berangkat, Arvin udah di tkp loh, mama kamu mana? Mau ijin dulu" Sacha melongok-longokkan kepala ke dalam rumah gue.

"Ga ada, belum pulang, kakak juga ga tau kemana, ini mau aku kunci aja, mundur gih mukanya ntar kejepit jadi fosil kayak cicak" Gue mengunci pintu rumah gue dan memasukkan kuncinya ke dalam tas kecil yang gue bawa.

Bener kata Sacha. Arvin sudah berada di tkp, bersama seorang wanita cantik yang tersenyum menyambut kami. Mungkin ini pacar Arvin. Eh katanya rayain kerjasama, kok kayak double date?

"Udah lama bro?" Tanya Sacha begitu kami mendudukkan pantat di kursi yang berhadapan dengan Arvin dan wanita yang mendampinginnya.

"Gak kok baru aja, eh iya Sa, kenalin ini bos gue Bu Anna" Ujar Arvin, gue tersenyum pada wanita yang ternyata adalah bos Arvin.

"Salam kenal Bu Anna, makasih yah sudah memperbolehkan saya ikut" Kata gue sambil senyum-senyum malu.

"Ah bukan apa-apa ini Sa, ini ucapan terima kasih saya buat Sacha juga atas bantuannya tadi ..."

"BU!" Sahut Sacha keras memotong omongan Bu Anna dan membuat gue kaget setengah mati.

"Boleh saya pesan appetizer?" Tanya Sacha dengan ekspresi ganjil.

"Tentu saja boleh" Jawab Bu Anna agak kaget.

Arvin memanggil waiters yang mencatat pesanan kami berdua. Main coursenya udah dipesenin sama bosnya Arvin jadi kita cuma milih appetizer, dessert dan minumannya. Gue masih bingung dengan perubahan sikap Sacha. Dia daritadi menatap tajam ke arah Arvin seolah berusaha menembus jidat Arvin pake tatapannya.

"Kamu kenapa?" Tanya gue saking penasarannya.

"Aku gak apa kok sayang" Jawab Sacha sambil tersenyum manis.

WHAT??? SAYANG?? Sejak kapan dia manggil gue pake kata sayang? Sejak jadian mungkin bisa di itung pake jari dia menyebut kata sayang ke gue. Itu juga kalo kalimat semacam 'ih ujan, baru aja cuci mobil, sayang banget' juga dihitung.

"Emmmm" Guman Arvin dan Bu Anna bersamaan bikin gue tambah bingung sama kelakuan ganjil mereka semua. Ini apa cuman gue aja yang ga ngerti?

Sacha pov
Seharusnya gue tau mengajak Clarissa malem ini beresiko karna gue ga cerita soal kejadian gue sama Arvin harus mengurus Bu Anna yang tepar kemaren. Gue ga tau gimana harus jelasin hal itu tanpa terdengar mencurigakan dan membuat dia ngambek. Dan gue juga ternyata belum cerita ke Arvin kalo si Clarissa ini pacar gue.

Swagger TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang