31. Shocks

8.2K 705 86
                                    

Febian pov
Kelar makan kami langsung pulang. Langit menunjukkan tanda-tanda gerimis, untung aja pas udah sama rumah Stiffy hujan baru mulai menggila. Gue tau apa yang lo pikirin. Gue cewek ga tau diri yang maksa nginap di rumah Stiffy yang udah punya pacar. Lo pasti mikir gue cewek kesepian yang menyedihkan. Duh, lo ga tau aja gimana jadi gue.

Kalo ingatan lo cuma berupa hal samar dan di antara hal samar itu lo mengingat seseorang dengan sangat baik, lo pasti bertindak kayak gue. Pasti terlihat rancu buat yang liat, tapi gue ga tau harus kemana kalo bukan ke Stiffy. Setidaknya dia bukan orang yang bakal melakukan hal buruk ke gue. Yang ada gue yang melakukan hal buruk ke dia, tapi itu karna kelupaan gue.

"Lo kenapa bengong sih? Sini masuk, hujan bego" Stiffy menyadarkan gue dari lamunan gue.

"Iya iya rese lo" Sahut gue melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Hujan di luar memang sudah mulai menggila. Petir mulai terdengar menyambar-nyambar. Udara malam ini semakin dingin. Tiba-tiba ruangan menjadi gelap, yup listrik padam.

"Aaaaaaaaaaaaaahhhhhh" Terdengar teriakan melengking.

"Clarissa? Lo ga apa?" Tanya gue khawatir, kasian cewek ini pasti dia ketakutan.

"Bukan gue kok, Sacha tuh" Gue mendengar suara Clarissa menjawab dalam kegelapan.

"Ih apaan sih lo Fy pake tereak-tereak segala" Protes gue dalam ketidaknyangkaan gue.

"It was so scary" Jawab Stiffy membela diri dengan suara sedikit merengek.

"Otot aja lo digedein gitu doang takut, cari lilin sana" Perintah gue.

"Gue kaget tadi, yadah bentar lo bedua duduk dulu ya gue ke dapur dulu" Stiffy lalu melangkah ke dapur sedangkan gue dan Clarissa duduk di sofa ruang tamu.

Ga banget deh pake mati listrik gini. Gue merogoh saku jeans gue dan mengambil handphone gue. Ada baiknya gue nelpon Pak Jajang buat bawain generator kesini. Gue memencet tombol kunci di sudut kanan atas handphone gue tapi tidak terjadi apa-apa, sial pasti low bat dari tadi gue ga nyadar.

"Sa, lo punya powerbank?" Tanya gue pada Clarissa tapi dia ga menjawab.

"Sa?" Gue meraih-raih dalam kegelapan ke tempat Clarissa duduk sialnya dia ga disana, berarti daritadi gue ngomong sendirian.

Gue beranjak dari sofa dan berjalan dalam kegelapan menuju dapur sambil berpedoman pada dinding samping gue mudahan aja gue ga nyenggol barang-barang. Sampe di ruang tengah gue liat seseorang berbaring di sofa. Ih nyebelin katanya mau cari lilin. Gue menghampirinya dan mengguncang-guncang bahunya.

"Heh malah tidur, usaha kek sana biar ga gelap banget, gue pinjem powerbank dong mau nelpon Pak Jajang nyuruh bawa genset ke sini" Ujar gue agak sebel.

"Loh By, ngomong sama siapa?" Terlihat cahaya lampu emergency dari arah dapur Stiffy dan Clarissa membawa lampu emergency.

"Loh? Kalian? Terus ini siapa?" Tanya gue menunjuk sosok yang berbaring dalam kegelapan di sofa tengah.

Tangan orang yang gue guncang-guncang sedari tadi meraih bahu gue. Rasa dingin menjalar sampai ujung jari kaki gue. Gue menatap Stiffy dan Clarissa yang melihat gue dengan tatapan ngeri karena melihat sebuah tangan memegang gue dari biasan cahaya lampu emergency yang dia pegang.

"Aaaaaaaahhhhhhh" Stiffy, Clarissa dan gue berteriak bersamaan.

"Aaaaaaahhhh" Sosok yang memegang gue berteriak. Gue memukul pemilik tangan itu sekuat tenaga lalu berlari ke arah Stiffy dan Clarissa.

Stiffy menghampiri sofa ruang tengah dan menyinari sosok yang tadi gue sentuh. Sosok itu duduk mengucek mata dan mengelus-elus pelipisnya. Entah kenapa dia terlihat familiar.

Swagger TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang