15. Who's That Chick

13.1K 856 14
                                    

Clarissa pov
Perlahan gue membuka mata gue dan mendapati Sacha lagi duduk tapi kepalanya ditidurkan di ranjang UKS yang gue tempati. Sial, pasti gue kelamaan tidurnya. Gue mengguncang bahunya pelan, dia membuka mata lalu menatap gue tajam.

"Apa-apaan kamu sampe aku kelar ngajar masih tidur aja, pingsan apa males sih" Bangun-bangun dia malah ngomel.

"Emang berapa lama?" Tanya gue heran.

"Dari habis istrahat pertama aku bawa kamu kesini, terus aku pergi ngajar, terus istrahat kedua, terus masuk lagi terus kelar jam terakhir aku kesini kamu masih tidur jadi aku ikutan" Jelas Sacha.

"Wow, kenapa ga bangunin aja coba? Nora mana? Aku kan kudu latihan"  Gue mendudukkan diri di tepi ranjang.

"Dia udah duluan, ini tadi dia bawain tas kamu" Katanya menunjuk tas gue.

"Lah? Aku ditinggal?" Tanya gue ga percaya, ah Nora parah ih.

"Aku yang nyuruh, kamu istrahat aja hari ini, aku yang anter pulang yuk" Jawab Sacha cuek lalu berdiri memakai tas gue.

"Eh ayo malah bengong" Tegurnya lagi.

"Masih lemeees" Kata gue sambil cemberut memonyongkan bibir gue.

"Duile dah kayak ikan mujaer, mau di gendong?" Tanya Sacha

"Hehehe gak kok udah bisa jalan sendiri" Kata gue lalu beranjak dari tempat tidur.

Sacha membuka pintu UKS dan gue mengekorinya. Kami berjalan menuju parkiran. Untung parkiran jaraknya ga jauh kalo dari UKS. Sacha membukakan pintu mobil buat gue.

"Silahkan masuk" Katanya sambil membungkukkan badan.

"Terima kasih pengawal" Jawab gue tengil lalu mendudukkan diri di sebelah kursi pengemudi.

"Mau makan dulu?" Tanya Sacha ketika mobilnya sudah meninggalkan halaman sekolah.

"Terserah kamu aja" Jawab gue.

"Jangan terserah, harus mau ya kamu kayaknya kurang darah tu sampe gitu, aku tau ayam gepuk enak deket sini" Katanya memutuskan sendiri, hih kalo gitu ngapain tadi nanya.

"Yaudah iya" Jawab gue pendek.

Ingatan gue balik ke kejadian tadi. Tengsin banget deh kok bisa-bisanya gue lemes sampe segitunya. Terus terang gue malu nginget kejadian itu tapi kayaknya dia ga mempermasalahkan soal itu. Kejadian di lab tadi itu di luar dugaan gue. Gue sama sekali ga tau kalo 'itu' rasanya gitu banget. Secara selama ini gue kalo pacaran paling banter jalan bareng doang sambil pegangan tangan. Entah kenapa gue merelakan diri gue di sentuh sejauh itu sama dia. Lebih tepatnya malah gue mancing dia buat nyentuh gue.

Gue masih ingat gue buka kemejanya, ternyata badannya lebih bagus dari gue. Kalo gue slim cenderung kerempeng, dia slim cenderung terbentuk. Dia pasti rajin olahraga. Dan bagian yang paling bikin stunning adalah dadanya yang bikin gue jadi ngerasa iri. Dadanya termasuk lumayan, walaupun ga gede banget tapi bener-bener sempurna dibalut bra warna hitamnya.

"Udah sampe nih" Katanya membuyarkan lamunan gue.

"Kamu mau muntah? Aku nyetirnya jelek ya?" Tanyanya khawatir.

"Gak kok, kenapa?" Tanya gue heran.

"Itu muka kamu merah" Jawabnya membuat gue tambah blushing.

"Gak kok, yuk turun, aku ternyata laper hehe" Gue mengalihkan pembicaraan.

"Okedeh, yuk Princess" Ajaknya sambil tersenyum manis lalu keluar dari mobil.

Rumah makan ini tidak jauh dari sekolah. Dari sekolah kesini mungkin hanya butuh 5 menitan bahkan kurang dari 5 menit kalo emang jalanan ga padet.

"Kamu pesen apa? Aku ayam gepuk, disini ayam gepuknya enak banget" Kata Sacha bersemangat.

"Samain aja deh, aku ayam gepuk juga" Jawab gue.

Sacha pun menuliskan pesanan kami di kertas yang di berikan pelayan rumah makan lalu memanggil pelayan untuk memberikan kertas tersebut. Tulisannya klasik abis. Baru kali ini di jaman yang serba online ini gue ngeliat tulisan tangan tegak bersambung, ga cocok banget sama gayanya yang selengean.

"Kamu kok tau disini enak?" Tanya gue kepo.

"Tau dong kan dulu aku sekolah di Bhayangkara juga" Jawabnya.

"Hmm gitu, pantesan tau banget, ngomong-ngomong besok tanggal merah loh" Kata gue tiba-tiba teringat.

"Iya ya? Ntar malem jalan yuk" Ajaknya tiba-tiba juga.

"Kemana?" Tanya gue.

"Temenin aku beli sepatu" Jawab Sacha.

"Oke, jam berapa?" Tanya gue lagi, kan gue kudu dandan dulu kalo di ajak jalan sama dia.

"Jam 7 aku udah di depan rumah kamu deh pokoknya" Katanya lalu beranjak ke kasir membayar makan siang kami.

Nora pov
Sungguh ini hari libur yang gemah ripah loh jenawi hingga Clarissa dateng ke rumah gue misuh-misuh. Untung dia sahabat gue, kalo ga udah gue pites ganggu hari libur gue yang berharga ini. Dia datang dengan wajah kusut penuh kekesalan.

"Nape lo kusut banget" Tanya gue.

"Itu tuh Sacha semalem ngajak gue jalan, tau-tau dia pulang buru-buru kayak ada yang penting gitu tapi ga ngomong ada apa ke gue, terus abis anter gue pulang dia main hilang aja sampe sekarang ga ngasih kabar sama sekali ke gue" Clarissa ngomel panjang kali lebar.

"Ah lo, jangan-jangan dia sakit lagi" Gue mencoba menenangkan dia dengan prasangka baik.

"Ih lo kok malah belain dia sih" Ujarnya kesal.

"Gini aja daripada lo kesel sendiri yuk cus ke rumahnya aja biar lo cari tau sendiri keadaannya gimana" Saran gue.

"Tapi lo temenin gue ya" Pintanya.

"Iya beres, yuk sekarang aja" Ajak gue.

Gue pun menemani sahabat bawel gue menyatroni rumah pacarnya, berhubung deket kita naik motor aja, ga pake helm juga ga masalah sih kalo ke rumah Kak Sacha doang. Sesampainya kami di depan rumahnya, mobilnya terlihat berada di rumah artinya dia gak kemana-mana. Clarissa pun buru-buru turun dari motor dan mengetuk pintu rumah Kak Sacha. Gak lama setelah mengetuk, pintu dibuka oleh seseorang yang sama sekali bukan Sacha. Seorang cewek berwajah oriental yang terlihat baru bangun tidur membuka pintu sambil mengucek mata.

"Cari siapa?" Tanya si cewek oriental membuka Clarissa bengong beberapa saat.

"Sachanya mana?" Tanya Clarissa agak shock.

"Oh dia, masih tidur tuh" Jawab si cewek oriental.

"Hmm okedeh, makasih ya, kita pulang dulu" Kata gue mengambil tindakan sebelum Clarissa pingsan depan pintu rumah Sacha.

To be continued

Swagger TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang