19. Misunderstanding

10K 809 17
                                    

Clarissa pov
Kayak kesamber petir. Itu yang gue rasain saat ini. Gue lagi asik berjalan dengan riang gembira mau nyamperin guru idola gue dan Yogi si mantan yang norak muncul bawa bunga ngajak gue balik.

"Hell no, minggir lo ganggu gue aja" Tolak gue tegas lalu melanjutkan langkah gue. Shit, Sacha cabut pula.

"Kasih gue kesempatan lagi Sa" Yogi memohon pada gue.

"Pokoknya gak" Tegas gue.

"Ok kalo ga hari ini, tapi liat aja ntar lo bakal nerima gue balik sama lo" Seru Yogi sebelum membalik badan dan pergi.

"Gila mantan lo" Komentar Nora setelah si mantan gila pergi.

"Yang jadi masalah sekarang Ra, pacar gue mana? Gue takut dia salah paham" Kata gue dengan khawatir.

"Yadah yuk kita cari dulu" ajak Nora.

Dan sampai jam terakhir gue abisin buat nyari Sacha yang bagaikan di telan bumi. Mulai dari ruang guru sampe ke kantin Sacha tidak tampak juga. Ketika bel pulang sekolah berbunyi gue buru-buru ke lapangan parkir buat nyegat dia tapi sialnya mobil Sacha malah udah ga ada di parkiran.

"Yah dia udah pulang duluan kayaknya Sa" Ujar Nora.

"Iya, udah ga ada di parkiran, apa gue ke rumahnya aja yah? Gue chat juga ga di baca dari tadi, gue telpon ga di angkat" Ujar gue bingung.

"Okedeh ayo gue anter ke rumah Sacha" Ajak Nora.

Dan ketika kami sampai di rumah Sacha, mobilnya pun ga ada. Belum pulang apa udah jalan lagi? Entahlah, gue memutuskan untuk mengetuk pintu.

"Hey, kalian, baru pulang sekolah ya" Sapa Shasenka begitu melihat kami di balik pintu.

"Iya nih, Sacha ada?" Tanya gue tanpa basa-basi.

"Belum pulang, lah ga ketemu di sekolah?" Shasenka bertanya balik.

"Dia ngilang tiba-tiba, makanya kita susul ke sini" Jawab Nora.

"Hmm dia kesel ya?" Selidik Shasenka.

"Iya tadi pas gue mau nyamperin dia tiba-tiba ada mantan gue ngajak balikan depan dia, eh dia langsung cabut" Jelas gue sedih.

"Kalo gitu biarin aja dulu sampe dia tenang. Lo jangan khawatir, dia ga macem-macem kok" Saran Shasenka. 

"Okedeh kalo gitu, eh kita balik dulu ya" Gue pamit ke Shasenka.

"Lah ga mau mampir dulu?" Tanya Shasenka.

"Next time kita pasti mampir kok" Jawab gue.

"Okedeh kalo gitu, take care guys" kata Shasenka.

"Jadi mau kemana nih?" Tanya Nora ketika kami sudah memasuki mobil Nora.

"Pulang aja deh Ra" Jawab gue lemas.

Sesampainya gue di rumah, kabar dari Sacha tetap nihil. Sialnya lagi rumah gue kembali kosong karna kakak gue liburan sama temen-temen kuliahnya dan mama menulis notes bahwa dia mendadak pergi urusan bisnis. Yup, mama gue selalu gitu, ngasih kabar lewat notes yang di tempel di kulkas padahal bisa aja ngirim sms kan.

Dengan gontai gue melangkahkan kaki ke kamar. Hari ini banyak jam kosong tapi rasa lelah gue begitu terasa karna mencari Sacha. Gue merebahkan diri di tempat tidur gue dan memejamkan mata. Gak perlu waktu lama hingga gue terlelap.

***

Gue terbangun dan mencium aroma musk yang familiar. Gue mengerjap-ngerjapkan mata dan melihat ke sosok yang berbaring mendengkur di samping gue. Lah ini orang ngapain disini?

"Hoamms, eh kamu bangun?" Katanya begitu membuka mata.

"Kamu kok disini? Kamu dari mana aja aku cariin?! Telpon ga di angkat, sms chat ga di bales?! Darimana??" Gue mencubit perutnya.

"Eh eh eh lepasin dulu sakit" Katanya berusaha melepaskan diri dari cubitan gue di perutnya.

"Aduuuh lepasin dulu ga bisa jawab niiiih" Sacha memohon pada gue.

"Okeh di lepasin, jadi dari mana kamu?" Tanya gue galak.

"Dari servis hape, hapeku LCDnya rusak, gimana mau bales kalo ga keliatan apa-apa di layarnya" Terangnya mengelus-elus perutnya.

"Kamu ga bisa pamit apa?!" Tanya gue kesel.

"Aku panik dong buru-buru langsung ijin hehehe" Jawabnya cengengesan.

"Terus kamu kok bisa masuk rumah aku?" Kali ini gue bertanya dengan nada penasaran karna tadi gue udah pastiin pintu gue kunci.

"Gak ada kunci yang ga bisa di buka" Jawabnya dengan tatapan tajam.

"Gak usah sok magician, kamu bobol rumah aku yaaa" Kata gue seraya memites kepalanya.

"Eh eh sakit, kamu ga asik ah" Protesnya.

"Biarin, kamu bangun gih, aku mau mandi" Kataku melepas pakaian lalu mengambil handuk.

"Ogah, aku mau tidur dulu" Katanya ikut-ikutan melepas baju lalu tidur telungkup membenamkan wajahnya di bantal.

"Males, bangun gih kamu nyebelin" Kata gue menarik-narik tangannya tapi dia tetap tidak bergerak.

"Banguuuun" Kata gue menduduki punggungnya lalu menarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya.

"Oy sakit oyyy" Katanya sambil berusaha melepaskan diri.

"Biarin, mau bangun ga?" Tanya gue.

"Ga mau, lepasin aku mau tidur" Katanya menggelapar kayak ikan.

"Saaaa? Lagi tidur yaaaa?" Tiba-tiba Nora membuka pintu kamar gue dan melihat dengan tatapan kaget.

"Eh Nora" Ucap gue sama kagetnya.

"Eh sorry sorry ganggu, lanjutin aja, gue kebetulan lewat doang tadi ngetuk pintu taunya ga ke kunci jadi gue ke kamar lo" Kata Nora canggung.

"Ngomong-ngomong ini ga kayak dugaan lo, gue cuman mau bangunin dia" Jelas gue.

"Gak apa kali Sa, gue pengertian kok" Nora mengedipkan matanya.

"Iya ni Ra, masa dia godain gue sambil buka baju terus dia buka baju gue juga" Sacha berkata dengan wajah memelas.

"Enak aja, boong dia Ra" Gue membela diri dari pembunuhan karakter yang barusan di lakukan Sacha.

"Terus kenapa masih dudukin aku?" Sacha tersenyum licik, gue buru-buru turun dari punggungnya dan memakai handuk gue.

"Hmm ga nyangka gue Sa, lo udah sedewasa ini aja" Nora menggeleng-gelengkan kepala.

"Ihhh nyebelin lo bedua" Gue ngeloyor masuk kamar mandi.

"Hahahahhaahahhahahaha" Terdengar suara tawa mereka berdua hingga gue masuk kamar mandi.

To be continued

Swagger TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang