One

137 11 0
                                    

Mata perempuan yang setajam elang itu sibuk mengawasi sosok pria berjaket kulit hitam yang tengah duduk dimeja luar kafetaria tempatnya bekerja. Ia menatap dengan tatapan mengawasi dengan begitu detail tanpa ingin kelewatan satu detik pun. Perempuan berambut panjang yang terkuncir rapih dengan balutan seragam khas Oliver's Coffee Shop terus saja membersihkan meja sambil mengawasi gerak-gerik pria yang urakan itu.

Tertarik? tentu tidak. Perempuan ini malah muak dengan kelakuan pria itu yang sudah hampir tiga jam duduk disana tanpa membeli apapun dari kafetaria ini. Ia melihat pria itu mematikan bara rokoknya diatas meja tepat diatas meja sehingga terlihat jelas bekas bara api yang membuat tanda diatas meja tersebut. Merasa muak dan gerah dengan pria itu akhirnya perempuan berambut panjang dan bermata setajam elang itu melempar kain yang ia gunakan untuk membersihkan meja dan berjalan keluar menghampiri pria urakan itu.

"Hey!!" pria itu sama sekali tidak menoleh, malahan pria itu kembali menyulut rokok barunya. "Kau tuli atau memang sengaja tidak mendengar ucapanku?" lanjutnya.

Pria itu menoleh kearah perempuan itu sambil mengepulkan asap dari mulutnya yang ternyata diberi tindikan berwarna hitam itu. Pria itu tersenyum miring dan melirik kearah tanda pengenal yang berada disaku kiri seragam perempuan itu. "Sally." ucapnya. "Ada yang bisa kubantu?"

Sally-itulah namanya-memutar kedua bola matanya seraya kesal kepada pria urakan itu. "Oh banyak tentunya. Bisa kah kau berhenti mematikan bara api diatas meja kafetariaku? kau merusak!" ucap Sally dengan begitu tegas dan keras.

Pria urakan itu berpaling kearah kanan dan kiri kemudian melihat kewajah Sally kembali. "Aku tidak melihat ada namamu tertera dikafetaria ini. Kukira ini milik Oliver."

Sally mengerutkan dahinya. "Kau mengenal Tuan Oliver?"

"Menurutmu saja." Sally langsung terhenyak mendengar ucapan pria itu. Namun tiba-tiba saja pria urakan itu tertawa terbahak-bahak. "Kau pikir aku ini siapa bisa mengenal si Tua Oliver? Aku memang tau dia tapi mana mungkin si Tua itu mengenalku?" ucap pria urakan itu dan melanjutakan tawanya.

"Cukup!!!" Sally merasa pria ini sedang bermain-main dengan kesabarannya. "Pergi dari sini atau kulaporkan kau dengan polisi dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan dan perusak fasilitas!" amarah Sally mulai meledak-ledak karena pria urakan ini terus saja membuatnya kesal.

Pria urakan yang tidak diketahui namanya itu pun bangkit dari kursi dan berdiri dihadapan Sally. Ternyata pria itu lebih tinggi dari Sally hingga membuat Sally harus mendongak saat ingin melihat si pria itu. Pria itu membuang puntung rokoknya kebawah dan menginjaknya dengan sepatu boots hitam miliknya. "Kau lihat? aku tidak merusak mejamu atau meja siapapun itu. Terima kasih atas tumpangannya untuk duduk, Sally." Pria itu kembali tersenyum miring.

Dengan tampang masih penuh amarah Sally membuang wajahnya jauh-jauh dari pria urakan itu. Akhirnya pria itu melangkahkan kaki memutar arah meninggalkan Oliver's Coffee Shop dan meninggalkan Sally.

Beberapa langkah setelah pria itu meninggalkan tempatnya kemudian Ia berbalik. "Sally!" Sally pun menoleh dengan enggan. "Kuyakin kita akan bertemu lagi."

**

Rasa kesal terhadap pria urakan itu masih membara dihati Sally walaupun ratusan kali ia mencoba untuk menghilangkannya. Sally tidak mengenal siapa pria itu dan darimana asal pria itu, ini sangat tidak masuk akal.

"Dia Lucas." sontak saja Sally langsung menoleh dan mengerutkan dahinya. "Pria yang urakan yang tadi kau usir dan sekarang tengah kau pikirkan Sally sayang." ucap Gabriella sahabat Sally.

Sally memutar bola matanya. "Aku tidak memikirkan pria urakan itu, Gabby bahkan setitik pun tidak kupikirkan. Untuk apa?"

Gabriella melepas apron khas Oliver's Coffee Shop kemudian langsung menggantungnya. "Sudah hampir empat tahun kita bersahabat dan kau masih berani membohongiku? Kau bodoh Sally."

KNOCKED | ON HOLD📌Where stories live. Discover now