Ten

35 4 2
                                    

Dengan langkah terburu-buru aku berjalan menyusuri koridor mengejar seorang perempuan yang tak jauh ada didepanku. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai, tak seperti biasanya. Dia pun berbelok menuju koridor loker hingga akhirnya ia berhenti dan membuka pintu lokernya.

Ini memang sebuah keajaiban yang sangatlah ajaib. Apa yang dilakukan Sally disini? Tentu saja, jika dia punya loker itu berarti ia adalah mahasiswi di NYSU.

"Sal."

"Ya, Tuhan. Kau mengejutkanku." Sally hampir melompat karena sedikit agak terkejut akan kehadiranku. "Tunggu, jadi yang kemarin kulihat itu benar kau?" lanjutnya.

Aku mengangguk. "Ya. Andaikan saja siperempuan tanpa ekspresi itu tidak membawamu masuk kedalam ruangan Dekan, pasti aku sudah menghampiri dirimu."

Sally tersenyum singkat. Walaupun hanya sebuah senyuman yang singkat, tapi itu begitu berarti bagiku karena lagi-lagi aku membuatnya tersenyum dengan secara tidak sengaja.

"Ini ajaib, Sal." Aku menatapnya. "Kau secara tidak sengaja masuk kuliah ditempat aku kuliah dan kau perlu tau bahwa Mike dan Liam juga ada disini."

"Sebuah kebetulan yang aneh."

"Kurasa kita memang ditakdirkan." Kini ia malah memutar kedua bola matanya seraya kesal dengan ucapanku. "Ohya, omong-omong apa jurusan yang kau ambil?"

"Jurusan pisikologi."

Aku sedikit terkejut mengetahui bahwa Sally mengambil jurusan yang lumayan sulit itu. Maksudku bukan berarti mata kuliah dan jurusan lain itu mudah. Tapi jurusan pisikologi memerlukan sebuah konsentrasi khusus dan ketekunan.

"Aku tidak menyangka kau mengambil jurusan itu."

Sally mengangkat bahunya. "Lalu, apa jurusanmu?"

"Hal biasa, manajemen."

"Itu bukan hal biasa. Kau bisa sukses jika kau menekuni mata kuliahmu."

Aku hanya bisa tersenyum. "Aku harap juga begitu."

Sally menutup pintu lokernya. "Baiklah sepertinya aku harus pergi karena kelas pertamaku akan segera dimulai."

"Tunggu. Apa kau sadar? aku sama sekali belum menyimpan nomer ponsel milikmu."

Sally menaikan alisnya sebelah. "Lalu?"

"Oh ayolah, Sal. Kupikir kita berteman?"

Oh, dia tersenyum lagi. "Baiklah. Mana ponselmu?" Dengan sigap aku pun langsung memberikan ponselku pada Sally dan menunggunya hingga ia selesai memasukan nomernya diponsel miliku. "Sudah."

"Baiklah akan kuhubungi kau nanti. Sampai jumpa, Sal." Sally memutar tumitnya dan berjalan kearah kelasnya berada. Aneh bagiku rasanya merasakan hal yang seperti ini. Aku merasa seperti ada kumpulan burung atau entahlah apa yang berterbangan didalam perutku.

Memeriksa kearah ponselku. Aku pun sontak menaikan alisku sebelah saat melihat nama yang ia bubuhkan pada kontak.

This is my number, Idiot!
86211–xxxx–xxx

**

"Bagaimana? Apa kau sudah bertemu lagi dengannya?" tanyaku pada Calum yang sedang sibuk mengutak-atik satu buah motor yang tidak kunjung selesai semenjak beberapa hari yang lalu itu.

Ia mengangguk. "Sudah, maka dari itu aku memintamu agar cepat-cepat menemuiku."

"Apa yang ia katakan?"

KNOCKED | ON HOLD📌Where stories live. Discover now