Six

29 6 0
                                    

"Baiklah. Kabari aku saat kau sudah tak terlalu sibuk. Sampai jumpa." Sally pun menutup telponnya tanpa menunggu sahutan dari orang disambungan telpon itu, Justin. Baru saja Sally berniat untuk mengajak Justin menonton film terbaru dibioskop tapi sayangnya Justin masih terus disibukan dengan tugasnya sebagai Dokter UGD di medical center.

Awalnya Sally akan mengajak Gabriella tapi anak itu sudah memiliki janji untuk pergi menonton acara musik EDM dengan kekasih barunya, Thomas. Agak sedikit menyebalkan tentunya tapi apalah daya Sally yang harus menelan kepahitan dari kedua sahabatnya yang sibuk dengan kehidupannya masing-masing.

Sally menatap dua tiket bioskop yang terjadwal besok malam dengan wajah yang sangat murung. Sally sangat ingin menonton film yang diangkat dari novel ternama berjudul Me Before You itu. Tapi, harapannya kini terbuang percuma. Sally tidak akan mungkin pergi menonton film itu sendiri atau mengajak Joe. Mustahil.

Merasa putus asa bercampur rasa kesal. Sally pun memasukan tiket kedalam tas dan berjalan keluar dari Oliver's yang telah tertutup rapat itu. Seperti malam yang biasanya, jalanan selalu sunyi dan sepi.

Ruas Wulfrich street sudah mencapi penghujung. Biasanya Sally akan tetap berjalan lurus melewati Gastonburry street namun rasanya begitu berat sekali melewati jalanan menyeramkan itu setelah beberapa pekan lalu ia menemukan Lucas yang tengah dipukuli oleh sekumpulan pria-pria urakan, lebih urakan daripada Lucas tentunya.

Memutar arah. Sally memilih untuk lewat ruas 41th Street walaupun ia harus sedikit memakan waktu yang lebih lama daripada melewati Gastonburry street.

"Hey nona, kemarilah! Kami punya beberapa bir dan nachos. Ayo kesini cantik." mendengar suara-suara pria jalanan pemabuk itu membuat Sally mempercepat langkah kakinya. Hanya tinggal beberapa langkah lagi Sally memasuki kawasan jalan yang lebih ramai. Sally mempercepat langkahnya dengan nafas yang tersengal-sengal karena ketakutan.

Sally tiba-tiba saja menghentikan langkah kakinya saat ada dua orang pria yang menghalangi jalannya. Terkejut, ia pun melangkah mundur dan langsung menabrak tubuh pria lainnya yang tinggi besar. "Jangan sombong pada kami nona manis." salah satu pria itu berusaha memegang dagu Sally namun langsung saja ditepis olehnya.

"Jangan macam-macam. Biarkan aku pergi tuan-tuan."

Pria-pria jalanan itu tertawa renyah sambil terus memandangi Sally dari atas hingga kebawah. "Wah, kau ini sombong sekali rupanya. Ayolah sudah lama kami tidak bermain dengan gadis cantik sepertimu." salah satu pria yang mengenakan kemeja kotak-kotak lusuh itu melirik bokong Sally dan mulai mendekat.

"Jangan mendekat atau aku akan berteriak!" Sally mulai bergetar. Air mata sudah hampir jatuh kepipinya dan nafasnya terasa semakin sesak.

"Jangan mengancamku nona manis atau kau akan rasa-"

Bugh!

Pria berkemeja kotak-kotak itu jatuh tersungkur berkat tendangan keras dari seseorang dibelakangnya. Kedua temannya yang lain terkejut dan mulai memanas karena melihat temannya itu terjatuh seperti orang bodoh. Sally menutup mulutnya dengan kedua tangannya seraya terkejut melihat pria yang menendang pria kurang ajar itu.

"Lucas?"

"Menjauhlah Sally. Mereka sekarang urusanku." Sally berjalan kebelakang Lucas dan menjauh beberapa meter dari Lucas dan pria-pria itu. Ketiga pria yang salah satunya baru saja bangkit dari jatuhnya itu pun mengepalkan tangan mereka masing-masing. "Hey kalian! Sudah bosankah kalian hidup di New York?"

Salah satu pria berkupluk hitam pun maju. "Ini adalah daerah kekuasaan kami! Jadi, terserah kami ingin melakukan apa!"

Lucas melihat kesekeliling area tempat ia berdiri. "Aku tidak melihat ada tanda kepemilikan disini."

"Bajingan!" satu persatu pria-pria itu langsung menyerang Lucas yang langsung dibalas Lucas dengan begitu enteng. Dengan beberapa kali pukulan akhirnya pria-pria bajingan itu memilih untuk kabur.

"Jika memang ini daerah kekuasaan kalian, pasanglah foto kalian disekitar sini!" sorak Lucas saat pria-pria itu mulai meninggalkan tempat. Lucas pun merapihkan pakaiannya yang sedikit berantakan itu kemudian memutar balik tubuhnya untuk memastikan Sally masih ada disana dan dalam keadaan aman.

Sally berusaha mengatur nafasnya dan detak jantungnya yang berpacu tidak karuan. "Kau tidak apa-apa, Sal?" tanya Lucas sambil menerawang wajah Sally.

Sally memejamkan matanya sambil menarik nafas dan menghembuskan secara perlahan. "Aku baik-baik saja."

"Ayo biar Sal, biar kuantar kau pulang." Lucas meraih lengan Sally dan membawanya hingga menuju sisi jalan dimana motor Lucas terparkir rapih. "Pakai ini." Lucas memberikan sebuah helm berwarna putih kepada Sally yang malah terdiam terpaku disampingnya itu.

Gemas dengan Sally yang malah diam terpaku bak patung itupun Lucas langsung berinisiatif memasangkan helm berwarna putih itu dikepala Sally. "Cara memakai helm yang benar itu seperti ini dan jangan lupa dikaitkan hingga kedua kancingnya menimbulkan bunyi klik." ucap Lucas seraya memakaikan helm kepada Sally.

Bibir Sally akhirnya mulai berkedut dan ia pun tersenyum. "Aku tau cara memakai helm, Lucas."

Lucas yang sedang memakai helmnya itu tertawa." Kukira kau para brandalan itu sudah mencuri pita suara milikmu. Sudahlah, ayo naik." Dengan sedikit canggung Sally merangkak naik keatas motor besar Lucas. "Pegangan yang kuat. Aku tidak ingin kau terjatuh dan terkena gegar otak." Sally pun mencengkram sisi kanan dan kiri jaket Lucas dan hal itu membuat Lucas tersenyum walau agak sedikit kesal karena Sally tidak memeluknya malahan mencengkramnya.

Perjalanan dimulai. Lucas dengan motor besarnya itu pun membelah ruas jalan kota Manhttan dimalam hari yang dingin itu. Sally mencengkram jaket Lucas dengan kuat-kuat dan gemetar menahan rasa dingin yang menusuk ini. Lucas menyadari bahwa Sally tidak memakai jaket atau baju hangat jadi ia memutuskan untuk mengurangi kecepatannya.

Berbelok satu blok akhirnya mereka tiba didepan pekarangan rumah kecil Sally. Sally pun turun dan melepaskan helmya kemudian memberikannya pada Lucas. "Terima kasih karena sudah menolongku tadi."

Lucas tersenyum. "Cepatlah masuk sebelum ada orang jahat yang akan menggangumu lagi."

Sally mengangguk. "Berhati-hatilah dijalan."

Sally pun berjalan melewati motor Lucas. "Sally!" Sally menghentikan langkahnya dan menoleh. "Apa kau ada acara besok malam?"

Mengingat-ingat Sally merasa ia tidak memiliki satu acara pun lagipula Gabriella dan Justin sibuk. "Tidak ada."

"Kau mau pergi bersamaku? jam 5 sore aku menjemputmu dirumah mungkin?" tanya Lucas dengan hati-hati.

Sally tersenyum melihat cara Lucas mengajaknya pergi. "Baiklah. Jam 5 sore jemput aku disini." Lucas pun mengangguk cepat dan langsung pergi meninggalkan pekarangan rumah Sally.

Sally pun masuk kedalam rumahnya dengan wajah yang berseri-seri. Sally tak kuasa menahan senyum dibibirnya yang Sally sendiri pun tidak mengerti kenapa hal itu bisa terjadi kepadanya. Sally sempat berpikir ini semua karena Lucas tetapi berulang kali ia mencoba untuk menghilangkan pikiran itu.

Sally merasa dirinya terlalu munafik untuk mengakui hal itu. Dia sadar akan keegoisan dan kemunafikannya itu tapi Sally tetap percaya bahwa ia tidak jatuh cinta kepada Lucas.

To be continued....

KNOCKED | ON HOLD📌Where stories live. Discover now