Hujan deras mengguyur Manhattan secara merata. Udara dingin membuat banyak orang yang membutuhkan rasa hangat dari kopi yang mereka bisa dapat dan rasakan salah satunya di Oliver's. Gabriella dan beberapa pegawai lainnya nampak sibuk, tak terkecuali sang manajer Ruby. Berbeda dengan Sally yang bekerja dengan begitu lamban dan terlalu banyak melamun.
"Demi Tuhan Sally! Jika kau terus melamun dan membuat kopi ini tumpah aku akan memecatmu!" Sally tersentak saat Ruby mengatakan hal itu. Sally meloncat keluar dari lamunan tidak jelasnya itu kemudian lanjut bekerja dan berusaha sebaik mungkin tidak membuat kesalahan.
"Jika aku menjadi kau pasti detik ini juga aku akan mengutuk diriku sendiri." ucap Gabriella tanpa melihat kearah Sally.
"Jangan menambah bebanku hari ini dengan kata-katamu itu."
Gabriella memutar tubuhnya dan melihat wajah Sally. "Ada apa denganmu sebenarnya?"
Sally menghentikan pekerjaannya kemudian menyandarkan tubuhnya pada dinding kayu. "Justin hampir menciumku kemarin saat dia memberikanku ini." ucapnya sambil menggengam kalung berbandul kunci kecil didadanya. "Dia tidak pernah bertingkah seperti ini padaku sebelumnya. Dia terlihat aneh dan hal itu membuatku merasa canggung."
Gabriella merasa rahangnya hampir saja mendarat dilantai saat itu juga. "Kini aku semakin yakin bahwa Justin Mills adalah pria brengsek sejak SMA bahkan sejak ia dilahirkan. Untuk apa dia hampir menciummu seperti itu? Oh, Sally apakah kau tidak berpikir bahwa dia menyukaimu?"
Sally terdiam. Dia menatap kearah Gabriella kosong tanpa maksud apapun. Sally terdiam dan berpikir serta mencoba mencerna kata-kaya Gabriella barusan. Apa iya Justin menyukainya? "Tidak. Itu sangat tidak mungkin terjadi Gabby!"
Gabriella menatap mata Sally lekat-lekat. "Dengarkan aku. Kalian sudah mengenal sejak lama sama seperti aku mengenalmu. Itu mungkin saja jika Justin menyukaimu dan itulah alasannya memberikanmu kalung itu."
Sally menggelengkan kepalanya. "Oh, tidak. Itu tidak akan terjadi dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
Gabriella tersenyum miring. "Pastikan jika kau tidak akan jatuh cinta padanya Sally."
**
"Dia mencarimu. Aku mendapatkan beritanya dari Calum semalam saat kami bertemu di Pub. Sialnya, Calum belum sempat menceritakan alasan mengapa bajingan itu mencarimu." jelas Liam pada Lucas yang tengah menyantap sarapannya. "Apa kau tau kenapa bajingan itu mencarimu? bukankah dia sudah mulai berhenti mencarimu sejak setahun yang lalu?" tanya Liam.
Lucas mengangkat bahunya seraya mengucapkan tidak tahu menahu mengenai masalah itu sementara Liam nampak khawatir dan penasaran mengenai masalah ini. Liam memutuskan untuk kembali mencari Calum secepat mungkin untuk mengetahui inti dari permasalahan ini.
"Liam." Liam pun menoleh pada Lucas. "Aku akan memberitahumu saat aku tau jawabannya. Jadi, biarkan ini semua menjadi urusanku dan jangan coba untuk mencari Calum."
"Atas dasar apa aku tidak boleh mencarinya?"
Lucas menatap Liam. "Kalian semua adalah keluargaku. Dan aku pernah bersumpah untuk tidak akan pernah membiarkan salah satu dari keluargaku terluka."
Liam mengusap kasar wajahnya dan menghembuskan nafas kasar. "Dan bagaimana jika kau yang terluka lagi? Bagaimana jika-"
"Jangan dasarkan semua itu dengan 'Jika' Liam. Kita semua akan baik-baik saja karena kita semua memanv baik-baik saja."
YOU ARE READING
KNOCKED | ON HOLD📌
Fanfiction[ DALAM PENUNDAAN ] Sosok gadis pemarah bernama Sally mampu membuat pintu hati sosok pria urakan bernama Lucas yang sudah lama sepi kini terketuk kembali dan kini Lucas ingin sekali mengetuk pintu hati Sally yang rasanya begitu tertutup rapat. Akank...