Four

52 4 0
                                    

"Lucas Derreck Hemmings yang sangat malang. Kerja kalian bagus dan ini imbalan untuk kalian." seorang pria yang umurnya tidak jauh berbeda dengan Lucas itu menyodorkan amplop coklat tebal kepada dua pria dihadapannya setelah kedua pria itu menunjukan foto Lucas yang babak belur.

Pria berkemeja hitam yang lengannya digulung sampai siku itu tertawa miris memandangi foto yang ada ditangannya. Tatapan penuh kebencian dari matanya hanya tertuju pada foto ditangannya. Dia kemudian berjalan kearah tembok dan menempelkan foto itu dengan asal. Pria itu mengambil jarak dari foto itu sekitar enam langkah.

"Kau akan merasakan apa yang pernah dia rasakan dan orang-orang yang ada disekitarmu akan merasakan apa yang aku rasakan." pria itu melemparkan pisau lipat yang tepat mengenai foto Lucas yang berada ditembok.

Sally's Pov

Pria berwajah pucat yang tengah duduk diatas ranjang rumah sakit itu langsung tersenyum saat aku melihat kearahnya. Ia nampak berbeda tanpa ada tindikan dibibirnya. "Kau terlihat begitu asing."

"Well, mungkin itu karena aku memang orang asing?" Dia tergelak sendiri dengan ucapannya. "Apa yang sedang kau lakukan disini?"

Aku menarik kursi dan mendudukinya tepat disebelah ranjangnya. "Ayolah Lucas. Aku disini menjengukmu karena Michael bilang kau dirawat disini dan rusukmu cidera."

Entah karena alasan apa dia kembali tersenyum kemudian menundukan kepalanya. "Sekali lagi. Kau begitu baik padaku walau sepertinya kau begitu membenciku."

Aku terdiam dalam waktu beberapa detik menatap kosong kedepan. Entahlah apakah pernyataan itu bermaksud untuk menyindir atau hanya sekedar pernyataan aku pun tidak peduli. Aku disni karena-entah aku malah jadi bingung akan alasanku kesini. Pertama, Lucas bukan temanku. Kedua, kami baru kenal beberapa hari yang lalu. Ketiga, aku merasa ini adalah pembodohan.

Aku bangkit dari posisiku dan berbalik arah menuju pintu. "Terima kasih sudah mau mampir Sally. Well, aku tidak akan bertanya kenapa kau langsung pergi jadi berhati-hatilah dijalan." Aku bisa melihat Lucas melambaikan tangannya dari kaca yang berada didepanku. Ingin rasanya aku menoleh kearahnya tapi sesuatu didalam pikiranku memaksaku untuk tetap berjalan keluar. Oh, aku benci hal seperti ini.

Aku berjalan dan menarik knop pintu kamar rawat yang disinggahi Lucas dan keluar tanpa menoleh sedikitpun. Saat sudah diluar aku langsung menarik dan menghembuskan nafas panjang yang rasanya membuat sesak dadaku. Tak mau memikirkan hal lain, aku langsung lanjut berjalan kearah ruangan tempat Justin berada.

Disebelah kanan dan kiri aku hanya melihat kamar-kamar rawat dan beberapa perawat yang keluar dari sana. Masuk kedalam lift, aku menuju lantai dasar tempat Justin berada. Didalam lift hanya ada aku dan dua orang perawat yang berwajah begitu kelelahan seperti baru saja menangani pasien melahirkan. Selang beberapa menit lift terbuka dan ternyata Justin sudah berada tepat didepan lift.

Kedua perawat itu menyapa Justin dengan ramah dan dibalas oleh Justin dengan berwibawa. Dan aku sangat menyukai sifatnya yang satu ini sejak dulu kami masih kecil. "Apa kabarmu Dokter?"

Justin memutar bola matanya. "Aku memang harus membiasakan diriku dengan panggilan itu. Kau tau? aku sudah menghitung orang-orang yang-"

"Selamat siang Dokter Mills." ucap salah satu perawat yang baru saja keluar dari lift.

"Dan kurasa itu yang ke 46. Sudahlah ayo kita keruanganku karena ada sesuatu yang harus kutunjukan padamu." Dengan rasa penasaran aku mengikuti Justin masuk kedalam ruangannya.

KNOCKED | ON HOLD📌Where stories live. Discover now