Two

73 7 0
                                    

      Sinar mentari pagi mengintip dari celah jendela kamar frat milik Lucas. Sally yang tertidur ditempat Michael enggan sekali membuka matanya karena rasanya dia baru tidur sebentar bahkan rasanya kurang dari tiga jam. Sally membuka matanya perlahan-lahan dan menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya hingga akhirnya terbuka dengan sempurna.

Sally bangkit dan menguncir ulang rambut panjangnya dan melihat kearah Lucas dihadapannya yang ternyata masih tertidur. Seketika Sally mengingat pertanyaan Lucas semalam yang belum sempat ia jawab atau lebih tepatnya tidak ingin ia jawab.

"Kenapa kau membantuku padahal kau terlihat begitu membenciku?."

Pertanyaan Lucas masih terputar jelas diotak Sally. Sally bertanya pada dirinya sendiri, kenapa dia bisa berbaik hati membantu Lucas padahal sudah jelas dirinya begitu membenci Lucas yang amat sangat urakan. Bahkan rasanya baru saja kemarin dia mulai membenci Lucas tapi hari ini dirinya berada disatu ruangan yang sama dengan Lucas—pria urakan yang ia benci.

Sally secara tidak sadar ternyata sedang menatapi punggung Lucas yang terbalut selimut hangat. Entah apa yang dipikirkan Sally bahkan dirinya sendiri tidak mengerti apa yang sedang ia pikirkan.

Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dan tak lama terbuka dan memunculkan seorang pria tinggi dengan tatto berbentuk tanda panah dilengannya. "Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja seperti yang Mike titipkan. Omong-omong, namaku Liam dan apa kau ingin sesuatu? mungkin kau ingin mandi atau sarapan?" Ini pria yang dimaksud Mike tadi malam. Pria yang bisa membantu Sally jika ia perlu apa-apa dan ternyata benar, Liam sangatlah membantu.

"Ya mungkin aku bisa meminjam kamar mandi kalian." sahut Sally sembari berdiri dari posisinya.

Liam mengangguk. "Tentu saja. Kamar mandinya ada diluar, mari ikut denganku." Sally pun setuju dan pergi mengikuti Liam menuju kamar mandi yang terletak diujung lorong.

"Ini pakaian milik kekasihku, Sophia. Kau bisa gunakan ini karena diluar cuaca begitu dingin." Liam menyerahkan handuk beserta pakaian milik kekasihnya, Sophia yang suka rela dipinjamkan kepada Sally.

Sally menerimanya dengan senang hati walaupun sedikit kaku. "Terima kasih, kau sangat membantu." Liam pun pergi untuk memberikan ruang kepada Sally. Sally pun bergegas menenangkan dirinya dengan sentuhan air hangat.

**

Dengan langkah terbata-bata Lucas berjalan keluar kamar dan mencari Sally saat ia menyadari bahwa sosok Sally sudah tidak ada didalam kamar. Lucas yang masih merasa kesakitan pada tubuhnya akibat luka lebam itu hendak mengetuk pintu kamar Liam yang masih tertutup rapat. namun ia langsung saja mengurungkan niatnya saat dirinya melihat sosok perempuan yang baru saja keluar dari kamar mandi fratnya.

Lucas menghela nafas lega mengetahui bahwa ternyata Sally belum pergi. "Kukira kau sudah pergi."

Sally yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk pun menoleh menyadari keberadaan Lucas dihadapannya. "Tadinya, tapi temanmu berbaik hati mengizinkan aku mandi dan meminjamkan pakaian kekasihnya."

Lucas tersenyum. "Jadi kau akan pergi sekarang?"

Sally berjalan melewati Lucas. "Tentu saja, lagipula aku harus kembali ke Oliver's."

"Kalau begitu biar aku antar, sebagai tanda terima kasihku." ucapan Lucas membuat Sally menghentikan langkahnya yang sudah mendekati kamar milik Lucas.

"Aku menolongmu karena aku kasihan padamu dan sebagai tanda kemanusiaanku." sahut Sally sebelum ia masuk kedalam kamar.

Lucas pun ikut masuk kedalam kamar dan melihat Sally tengah merapihkan tasnya dan bersiap untuk pergi. "Baiklah kalau kau tidak mau kuantar tidak apa-apa tapi biarkan aku mentraktirmu nanti malam, ayolah hanya ini yang bisa aku lakukan sebagai tanda rasa terima kasihku."

KNOCKED | ON HOLD📌Where stories live. Discover now