Seven

21 5 0
                                    

"Jangan pulang terlalu larut seperti semalam. Kabari Ayah jika kau harus menginap atau pulang lebih lama. Kau mengerti Selena?" ucap Joe dengan nada khawatir.

Sally mencium pipi kanan, pipi kiri dan kening Joe. "Baiklah Ayah aku tidak akan lupa memberi kabar padamu."

"Sebenarnya dengan siapa kau pergi? Kenapa kau tidak membiarkan Ayah menemui pria itu?"

Sally memutar otaknya. "Kalian akan bertemu dilain waktu lagipula kami hanya teman saja. Yasudah aku pergi dulu!"

Keluar dari rumah kecilnya sosok Lucas pun sudah menunggunya diatas motor dengan gayanya yang seperti biasa. Sally yang mengenakan baju turtle neck itupun langsung saja pergi menghampiri Lucas.

"Kau sudah siap?" ucap Lucas pada perempuan yang berdiri disamping motornya itu.

"Berikan aku helmnya."

Tidak sesuai dengan yang Sally perintahkan. Lucas malah memakaikan kembali helm berwarna putih tulang itu kekepala Sally dengan sempurna. "Kurasa kau sudah siap sekarang, ayo naiklah."

"Kita pergi kebioskop terdekat, ya? Aku ingin menonton film lagipula aku sudah terlanjur membeli dua tiket."

Lucas tersenyum dibalik helmnya. "Jadi kau sudah menyiapkan kencan kita?"

Sally memukul bahu Lucas asal. "Enak saja. Aku tidak pernah berniat apapun denganmu ini hanya kebetulan saja."

Mereka pun memulai perjalanan mereka menuju kesalah satu bioskop yang biasanya ramai didatangi para pengunjung, Lincoln Plaza.

Membelah ruas jalan kota Manhattan yang selalu padat. Lucas dengan amat handal menyalip sekian banyak mobil yang berjalan didepannya sehingga membuat Sally sedikit gemetar karena tidak biasanya ia menaiki sebuah motor apalagi motor besar seperti yang Lucas miliki.

Sally memegangi bahu Lucas dengan kuat bahkan rasanya ia mencengkram bahu pria itu. Lucas terlihat tidak dapat menghapuskan senyuman manis dibalik helmnya itu. Bagaimana tidak? Diam-diam, Lucas merasakan sekumpulan kupu-kupu beterbangan didalam perutnya.

Selang beberapa menit kemudian akhirnya mereka tiba di Lincoln Plaza yang sudah mulai ramai pengunjung. Lima belas menit lagi film akan segera dimulai. Jadi, Sally memutuskan untuk membeli pepsi dan popcorn untuk camilan selama berada didalam sana karena tentu saja Sally tidak ingin hanya menonton dan berdiam didalam sana.

Dengan sabar Lucas mengikuti apa yang menjadi kemauan Sally walaupun dia sedikit agak kesal karena Sally masih saja bersikap acuh tak acuh padanya.

Dua buah pepsi dan satu kantung popcorn sudah ada ditangan mereka atau lebih tepatnya lagi Lucas yang memegang itu semua.

"Film apa yang sebenarnya akan kita saksikan?" tanya Lucas dengan penuh rasa penasaran.

"Itu." Sally menunjuk kearah sebuah poster paling besar di Lincoln Plaza. Itu adalah sebuah poster seorang wanita bergaun merah yang sedang saling bertatapan dengan seorang pria. "Aku sudah membaca novelnya dan saat ini aku ingin sekali melihat versi filmya."

Lucas menautkan alisnya. "Kau ingin menonton film cengeng seperti itu?"

Sally berbalik menautkan alisnya. "Apa yang salah dari film yang membuatmu menangis?"

"Masalahnya ak—"

"Ah pintunya sudah terbuka. Ayo masuk dan simpan kata-katamu untuk nanti." sebelum Lucas menyelesaikan kata-katanya Sally malah menarik lengannya dengan paksa dan dengan cepat masuk kedalam bioskop.

KNOCKED | ON HOLD📌Where stories live. Discover now