Three

68 5 0
                                    

"Tulang rusuknya mengalami cidera yang lumayan parah. Dia benar-benar butuh istirahat dan tidak boleh bangun dari tempat tidur setidaknya untuk satu minggu lebih." jelas seorang Dokter pria paruh  baya yang mengenakan jas kerja putih itu kepada Michael.

"Kau yakin tidak ada hal lain? Apa tak ada pembulu darah yang pecah atau hal menyeramkan lainnya?" tanya Michael dengan nada yang begitu khawatir.

Dokter itu memegang bahu kanan Michael kemudian tersenyum. "Tenang, sahabatmu akan baik-baik saja dan dia akan kembali sehat. Kalau begitu aku permisi." Michael terdiam saat Dokter itu pergi. Michael begitu bingung, kesal dan marah akan kejadian malam itu. Seharusnya dia datang lebih awal sebelum Dane dan Max memukuli sahabatnya. Namun sayang, dia terlambat.

Michael mengumpulkan banyak udara didalam rongga paru-parunya kemudian menghembuskannya secara perlahan. Pria berambut hitam kemerahan itu pun memasuki kamar rawat inap yang disinggahi Lucas. Michael berjalan perlahan-lahan kearah Lucas yang masih belum sadarkan diri. Sahabatnya itu terlihat begitu tenang walau wajahnya sedikit agak menyeramkan karena lebam.

Michael menarik kursi dan duduk didekat kepala Lucas. "Apa yang kau pikirkan Lucas?" kalimat retoris itu keluar begitu saja dari bibir Michael walaupun dia sendiri tau bahwa sahabatnya itu tidak akan menjawab pertanyaanya.

Michael mengubur wajahnya diantara kedua telapak tangannya kemudian mengusap wajahnya kasar. Hatinya begitu panas melihat sahabatnya terbaring lemah seperti ini. Michael tidak terima dengan perbuatan bajingan-bajingan yang memuakan itu. Dia bersumpah dalam hatinya bahwa dia sendiri yang akan mematahkan leher si bajingan itu.

Sally tengah bersiap-siap pulang kerumah karena hari ini Oliver's tutup lebih awal. Dengan kesempatan ini, Sally sudah berjanji kepada Justin untuk menemaninya menonton pertandingan basket oleh karena itu Sally terlihat begitu bersemangat.

"Sally tunggu sebentar aku ingin bicara padamu." ucap Gabriella sembari menahan lengan Sally saat ia hendak melewati pintu belakang Oliver's.

Sally melihat kearah Gabriella dan terdiam. "Ada apa? Aku—" ucapan Sally terputus saat terdengar suara ponselnya berbunyi dan terlihat nama Justin tertera disana. "Yap... baiklah tunggu... iya baik."

"Sal sebentar saja aku hanya—"

"Maafkan aku. Justin sudah menungguku didepan, aku harus pergi sekarang. Akan kutelpon kau saat aku tiba dirumah Gabby. Sampai jumpa!" Sally pergi melalui Gabriella yang masih berdiri diposisinya terdiam. Padahal Gabriella hanya berusaha memberitahu bahwa Lucas semalaman menunggunya disini kemarin.

To : Sally
Semalaman Lucas menunggumu didepan Oliver's tapi kau tidak datang juga. Sebaiknya kau hubungi dia karena kurasa dia mengharapkan hal itu. Xx

Gabriella langsung memasukan ponselnya kedalam saku dan mulai merapihkan diri. Jangan tanya apakah Justin mengenal Gabriella atau tidak karena nyatanya mereka saling kenal namun mereka adalah musuh bebuyutan. Gabriella dan Justin selalu bertengkar saat SMA dan Sally selalu menjadi penengah mereka dan Sally sendiri pun bingung mengapa dia bisa bersahabat dengan dua musuh bebuyutan seperti mereka ini.

Beralih kepada Sally, kini gadis itu tengah berjalan mencari-cari keberadaan Justin hingga matanya menangkap Justin yang tengah bersandar disebuah mobil sport keluaran terbaru berwarna putih cemerlang. Mata Sally hampir keluar dari tempat asalnya dan Justin hanya bisa tertawa melihat kelakuan sahabatnya yang begitu konyol itu.

KNOCKED | ON HOLD📌Where stories live. Discover now